Senin, 28 Januari 2013

REKONSTRUKSI NILAI-NILAI RISALAH SEBAGAI MOMENTUM MENAKAR DIRI



Ust. Hefni Zain

I
Jutaan bibir manusia di bumi ini menyebut namanya, jutaan huruf dan kalimat dirangkai oleh para ulama’, sastrawan, filosof dan sejarawan untuk mengungkap kekaguman yang tak pernah kering dari kepribadiannya.  Dialah Baginda Nabi besar Muhammad saw,  model tokoh paripurna yang kehadirannya tidak saja membawa pencerahan bagi seluruh umat manusia, tetapi juga sebagai rahmah bagi sekalian alam.  Karena itu, setiap kali bulan rabiul awal tiba, umat Islam dengan antusias menyambutnya dengan berbagai cara dan kegiatan, yang semua itu tidak bisa diartikan lain, kecuali sebagai ekspresi kecintaan dan penghormatan mereka kepada Rasululloh saw.
Sayyidina Abu Bakar Ash-Siddiq dawuh :  “Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga” . Sementara Sayyidina  Umar Bin Khoththob dawuh :  “Barang siapa yang memuliakan kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”  Sedangkan Sayyidina Ali Bin Abi Tholib dawuh : Barang siapa yang memuliakan kelahiran Nabi Saw, tidak meninggalkan dunia kecuali membawa iman.
Memang merupakan obsesi setiap muslim untuk selalu mendapatkan syafaat Nabi Muhammad saw, selalu dekat dengan beliau, diakui sebagai pengikut setianya dan dikumpulkan bersamanya di akherat kelak, dan tidak ada seorangpun diantara kita yang menghendaki jauh dari beliau,  sebab sejatinya tidak ada yang dapat kita andalkan dari amal kita dihadapan Allah tanpa syafaat beliau, terlalu banyak dosa dan kelemahan kita  dan terlalu sedikit amal sholeh kita untuk dipamerkan di hadapan Allah swt, maka satu satunya harapan kita yang masih tersisa untuk memperoleh kehidupan yang baik adalah pertolongan dan kasih sayang Allah swt juga syafaat Rasululloh saw. 
Namun sulit dipungkiri bahwa peringatan maulid Nabi Muhammad saw yang semula dimaksudkan untuk membangkitkan kecintaan kepada beliau dan meneladani pola hidup beliau, secara empiris perlahan mulai kehilangan nilai substansinya, bahkan tidak jarang Rasululloh saw tidak diikut sertakan dalam peringatan tersebut. Kegiatan-kegiatan itu acapkali  diisi dengan gelak tawa yang justru dapat menjauhkan kita dari dari syafaat  Rasululloh saw. Kita mau membayar mahal hanya untuk mengocok perut kita agar tertawa terpingkal-pingkal. Setelah peringatan itu usai tidak tampak efeknya bahwa kita baru saja memperingati maulid Nabi Muhammad saw.
Sayyidina Ali pernah mengingatkan para sahabat, “Demi Allah, janganlah kalian membuat Rasululloh kecewa, tidakkah kalian sadari bahwa prilaku kalian diperlihatkan kepadanya, jika beliau melihat prilaku tercela kalian, beliau sangat kecewa.  Di tegaskan dalam Al-Qur’an “Beramallah kalian, maka Allah akan melihat amal kalian, juga Rasululloh dan orang-orang yang beriman (Qs At-Tawbah : 105). Hari-hari ini tentu beliau sangat kecewa, tatkala diperlihatkan kepadanya prilaku umatnya yang keterlaluan, mengkomersilkan ayat-ayat Tuhan, mengkomoditaskan rakyat, , hati kita yang khianat, dan tubuh kita yang keasyikan dalam permainan dunia.  Dan kekecewaan itu semakin perih, ketika berbagai bentuk prilaku tak terpuji itu justru diatasnamakan membela ajaran beliau, laksana penyamun yang berjubah kesholehan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah disebutkan bahwa nabi saw  pernah bersabda ”Akan datang suatu masa pada umatku, mereka mencintai lima hal dan melupakan lima hal lainnya. Mereka mencintai dunia tapi melupakan akherat. Mencintai kemewahan tapi melupakan siksa kubur, Mencintai harta benda tapi melupakan hisab Allah,  Mencintai keluarganya tapi melupakan kebenaran, Mencintai dirinya tapi  melupakan  Allah swt.  Kata Nabi mereka jauh dariku dan aku jauh dari mereka”.

II
Apa yang diprediksi Nabi saw kini benar-benar terjadi, tidak sedikit orang yang mengaku pengikut setia Rasul saw terus berburu harta dan kemewahan, padahal kemewahan hanya dikendalikan oleh logika hasrat (logic of desire), maka pemburunya berkecenderungan menderita maniak rakus, dengan kata lain, dalam pelukan kemewahan seseorang pasti mengalami proses transformasi yang supercepat menjadi “kerakusan”, dan bila kerakusan menguasai seseorang, maka yang bersangkutan akan memburunya kemanapun dan dengan cara apapun. Akibatnya kemewahan mengaburkan pandangan yang bersangkutan dari segala sesuatu yang ada disekelilingnya, ia akan menelan habis kesadaran yang bersangkutan membuatnya buta dan tuli terhadap kegetiran, kepahitan, dan kekerasan hidup saudaranya yang lain. Inilah hal essensial yang dikhawatirkan Rasulululloh saw, dan mesti menjadi catatan penting bagi  semua pihak yang nuraninya masih normal.
Selama hidupnya, Rasululloh saw telah mengorbankan segalanya dalam membimbing kita ke jalan yang lurus dan selalu berharap agar kita menjadi orang yang baik, sebagai balasannya kita malah kecewakan dan khianati  hati beliau dengan menjadi pengikut manzhab kemewahan sambil mengaku pengikut Rasul.  Sejatinya pemuja kemewahan adalah para pecandu citra, simbol dan fantasi. Eksistensi mereka amat bergantung kepada seberapa banyak kepemilikan harta benda. Maka, bila para pecandu narkoba harus direhabilitasi karena mengalami perasaan tidak percaya diri, tidak berguna dan tidak berdaya jika tidak mengonsumsi zat adiktif itu, tentu siapapun yang tidak percaya diri karena penghasilan yang lebih rendah atau kepemilikan yang lebih sedikit adalah sama buruknya dengan pecandu narkoba yang juga harus menjalani rehabilitasi mental.  Kesadaran ini penting untuk mempertahankan keistiqomahan kita dalam mengikuti Rasul saw serta untuk memperkokoh tekad kita untuk tidak membiarkan diri kita dibuai oleh rumbai-rumbai kemewahan, kemegahan dan popularitas.
Islam mengajarkan umatnya hidup didunia tetapi tidak meletakkan hatinya didunia, bekerja di dunia tetapi semata mata untuk kepentingan akherat, dengan itu menjadikan  dirinya tidak mau ditipu dan diperbudak oleh permainan dunia sehingga hatinya menjadi merdeka, sebab dirinya tidak lagi hawatir atas apapun yang terjadi, ia tidak bersedih karena apa yang lepas dari tangannya dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadanya.
Dalam banyak riwayat disebutkan “Tiap sesuatu terdapat ujian dan ujian terhadap umatku ialah kecintaan terhadap harta benda” (Hr. Ibnu majah) “Cinta yang berlebihan terhadap harta dan kedudukan dapat mengikis agama seseorang (Hr. Tabrani) “Sesungguhnya kecintaan terhadap dinar dan dirham telah membinasakan orang orang sebelum kamu dan dimasa yang akan datangpun tetap akan membinasakan (Hr. Tabrani). Islam bukan mengajarkan umatnya menolak harta dan  tidak boleh  memilikinya, yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai seseorang terlalu mencintainya sehingga menjadikan dirinya diperbudak oleh hartanya itu. Bagi Islam manusia yang baik  adalah seseorang yang tidak meletakkan kebahagiannya pada apa yang dimiliki melainkan pada pemanfaatannya.


III
Rasululloh pernah bermimpi mimbarnya dikrubuti kera, sejak mimpi itu Rasul saw begitu sedih, Rasul Bersabda nanti akan ada fitnah yang menggunung, waktu itu berada di perut bumi lebih baik daripada di punggung bumi,  Saat itu Rasul membayangkan suasana ketika kaum munafiq mencemari ajaran rasul, ketika sunnah rasul dirubah menjadi ajang kepentingan  politik, ketika agama dimainkan oleh orang yang memiliki kewenangan, Rasul saw sangat menyedihkan hal itu dan menangisi mimbar agama Rasul sepeninggal beiau.  Ternyata semua itu terjadi, kini ajaran beliau banyak diubah oleh kaum yang mengaku umat beliau, ungkapan cinta yang semestinya menjadi sunnah dan ungkapan tauhid tak jarang disebut bid’ah atau bahkan syirk.
Sejumlah ulama menyebutkan bahwa ciri-ciri pengikut Rasululloh saw antara lain adalah :
1.      Mereka yang berjuang di jalan Allah dan tidak peduli apakah maut menjemput mereka atau mereka menjemput maut.
2.      Mereka yang berakhlaq mulia dan mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan mereka sendiri, mencintai orang lain sama dengan mencintai diri mereka sendiri.
3.      Mereka yang memberikan apa yang dipandang baik dan menahan apa yang dipandang jelek, menampakkan akhlak terpuji dan bersegera melakukan hal hal mulia, tidak didapatkan dalam diri mereka prilaku yang dilarang Allah swt.
4.      Mereka yang banyak memberikan manfaat pada orang lain, walau dirinya sendiri harus menderita.
5.      Mereka yang lebih banyak memberikan uswatun hasanah daripada mau’idatun hasanah.
6.      Mereka yang membalas makian dengan doa keselamatan.
7.      Mereka yang mengayomi siapa saja terutama orang kecil, teraniaya dan tertindas.
8.      Mereka yang prinsip hidupnya tidak bisa ditukar dengan gemerlap duniawiyah.
9.      Mereka yang meletakkan ukuwah diatas segalanya.

Maka kalau kita ingin menjadi pengikut Rasul yang sesungguhnya, seseorang harus banyak memberikan manfaat pada orang lain walau dirinya harus menderita, tidak berhenti mengupayakan persatuan kaum muslimin walau berat resikonya, terus berpegang teguh kepada dua pusaka peninggalan beliau dan terus berjuang mempersatukan sesama mu’min dalam akidah, bertoleransi dalam khilafiyah dan berfastabiqul khoirat dalam amaliyah. 
Kini saatnya bercermin diri pantaskah kita mengaku sebagai pengikut Rasululloh padahal sedikitpun kita tidak berpegang teguh pada prinsip hidup yang diajarkan dicontohkan beliau,  pantaskan kita mengharapkan sorga Allah  padahal kita tak berhenti bermaksiat  kepadaNya.
Selama hidup beliau sangat jujur dan amanah, shg mendapat julukan al-amin (terpercaya), Memilih pola hidup sederhana, Mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi, Menghormati yang senior dan menyayangi yang yunior, Selalu bertaqwa, bertaubat, Sabar dalam segala hal, Selalu bersyukur & Bertawakkal kepada Allah dalam segala urusan, (As safaqah & An nasru) Belas kasihan & Suka memberi pertolongan kepada yang lain, (Al Ikhaa), Memiliki mental persaudaraan yang tinggi, (An nasihaah),Suka memberi nasehat), (Al afwu) Suka memaafkan kesalahan orang lain dan semacamnya.
Dalam pemimpin, beliau bukan hanya pandai memberi teladan tetapi juga menjadi teladan bagi uamatnya, bukan hanya memberi contoh tetapi menjadi contoh. Bukan hanya pandai bermai’idah hasanah, tetapi juga  beruswah hasanah
Sifat-sifat seperti inilah yang kian hari kian langka dalam kehidupan kita. Sebaliknya Justru yang tambah subur dalam kehidupan kita adalah prilaku dan sifat-sifat yang selama hidupnya sangat di jauhi Rasululloh, yakni : ketidak jujuran, hidup mewah, berlomba memperkaya diri dan mendahulukan kepentingan diri, keluarga, kerabat, dan kroni-kroninya