Pertanyaan yang paling
tajam tentang jihad dalam wacana keIslaman adalah : bagaimana mungkin Islam
menyatakan diri sebagai agama perdamaian rahmatal lil ‘alamin tetapi masih melegitimasi
atau bahkan mewajibkan jihad ? Apakah bukan sebuah paradoks, bila disatu sisi
menginginkan perdamaian tetapi disisi lain mewajibkan peperangan ? bukankah
peperangan selalu bertentangan dengan
tujuan perdamaian, bertentangan dengan hak asasi manusia terutama menyangkut
kebebasan dan kemerdekaan beragama dan berkepercayaan ? Inilah propaganda yang
nyaring dilontarkan musuh-musuh islam untuk membenarkan tuduhan bahwa islam
adalah agama perang.
Proganda ini muncul
akibat mereka gagal memahami jihad dalam arti yang sesungguhnya. Telah dsinggung sebelumnya
bahwa jihad tidak identik dengan qital (perang), Perang hanyalah salah satu
instrument kecil dari universalitas jihad, itupun dimaksudkan untuk sebuah
pembelaan karena diperangi, dianiaya, dirampas hak-haknya, difitnah dan
diperkosa. Itu semua kalau tidak segera disikapi, jelas akan dapat
mengancam niulai-nilai kemanusiaan, akan terjadi kerusakan di muka bumi dan
ujungnya kebajikan sedikit demi sedikit akan tenggelam oleh semaraknya kemungkaran dan kekacauan, jadi kendati kita mau mengartikan jihad sebagai
perang, mesti dalam konteks artikulasi yang semacam ini. Sebab perdamaian
adalah hidup berdampingan secara terhormat, sementara penyerahan (terhadap
kedzoliman, ketidak adilan, fitnah dan penindasan) adalah kenistaan, oleh
karena itu maka jelas tidak sama antara peperangan yang agresi dan peperangan
melawan agresi. Tidak sama peperangan untuk menjajah dan peperangan untuk membela kemerdekaan, juga tidak sama
peperangan karena nafsu
dan peperangan mempertahankan kehormatan dan harga diri (terutama harga diri
agama dan kemanusiaan).
Disinilah dapat difahami
firman Allah dalam Qs. Al-anfal : 60 : Dan siapkanlah
untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Orientasi Jihad dalam Islam
Sesungguhnya Islam
adalah sebuah proklamasi bagi kemerdekaan manusia dimuka
bumi ini, pembebesan system penghambaan manusia atas manusia dan pembebasan manusia atas hawa nafsunya. Ini
proklamasi rububiyah yang berarti mengembalikan kekuasaan Allah yang
hendak dirampas serta menghalau para perampasnya yang menghukumi manusia dengan
hukum mereka sendiri sehingga mereka menempati
kedudukan sebagai tuhan-tuhan kecil, sementara manusia lainnnya yang berada
dalam kekuasannya berstatus sebagai hamba-hambanya, ini disinggung Allah dalam
Qs At-tawbah : 31Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah. Paahal dalam Qs. Yusuf : 40 Allah
swt menegaskan keputusan itu hanyalah kepunyaan
Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui."
Dengan demikian maka
jihad adalah upaya rehumanisasi sekaligus upaya menuju revolusi social untuk
mengikis habis orang-orang yang menjadi tuhan kecil dan
menguasai manusia dengan segala tipu dayanya. Dengan kata lain jihad adalah system universal yang hendak menumbangkan semua system bathil
yang terjadi di muka
bumi. Proklamasi
tentang kemerdekaan manusia dari segala kekuasannya yang bukan kekuasaan Allah adalah etos dan semangat jihad yang paling substansial
dalam Islam. Yang pada tataran operasionalnya biasa mengambil bentuk harakah
(gerakan) untuk menghadapi musuh-musuh Allah dan kemanusiaan, dan tentu saja
dalam hal ini tidak selalu identik dengan pedang melainkan yang lebih penting adalah dengan
hujjah dan pencerahan.
Islam adalah gerakan
revolusioner berskala global yang bertujuan membawa manusia kearah yang ideal,
dan untuk mewujudkan gasasan ideal tersebut, diatas pundak setiap muslim
terpikul kewajiban jihad sebagai bakti universal kepada agama dan kemanusian.
Gerakan tersebut dimaksudkan memunculkan sebuah masyarakat yang mempunyai
persamaan mutlak dan tidak mentolelir setiap pembagian kelas secara
diskriminatif. Disamping itu jihad dalam Islam berorientasi kepada sebuah
sosialisasi dan internalisasi amar ma’ruf nahi mungkar yang dalam Islam merupakan kewajiban agama bukanlah sesuatu yang
pasif atau sekedar sebuah derivasi, melainkan harus bersikap aktif dan
mengandung upaya keras demi terwujudmnya kebaikan umat manusia di muka bumi
ini.
Dengan demikian sangat
jelas bahwa dalam Islam jihad dimaksudkan menentang segala bentuk kemungkaran,
mengembalikan manusia pada kedudukannya semula yang dengan ini perdamaian
dan kebajikan umat manusia dapat ditegakkan secara baik, Rasululloh saw
bersabda : Senantiasa ada segolongan umatku
yang tegak membela kebenaran hingga datang kepada mereka keputusan Allah dan
mereka menang.
Dengan bahasa lain,
sasaran inti jihad adalah agar manusia hanya mengabdi kepada Allah semata dan
membebaskan manusia dari segala tindakan yang melampaui batas, serta
menghilangkan segala tindak kerusakan
dan keonaran di muka bumi, Allah swt berfirman dal Qs al-baqarah : 193 “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang
zalim. Dan dalam ayat lain ditegaskan “ Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan
terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar (Qs. 8 : 73)
Dari uraian diatas dapat disebutkan
bahwa jihad
“dalam Islam” sama sekali tidak paradok dengan tujuan perdamaian, bahkan
sebaliknya jihad dimaksudkan untuk menumpas perusak-perusak perdamaian seperti para tiran, taghut, kezhaliman,
penindasan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. Dalam pelaksanaannya, upaya
perdamaian dalam arti yang sesungguhnya tetap harus didahulukan, akan tetapi
jika mereka mengingkari maka tidak ada jalan lain kecuali perlawanan atau
peperangan. Misalnya ketika
kaum muslimin terus dijajah dan diperangi dalam segala bentuknya, maka
merupakan kehinaan jika ia terus pasrah dan tidak melakukan perlawanan. Sungguh sangat
berbeda antara peperangan karena nafsu menjajah dengan
peperangan karena mempertahankan kehormatan dan harga diri. Kita
memang tidak setuju dengan bom bunuh diri
tetapi lebih tidak setuju
dengan pembantaian manusia secara besar besaran yang terus terjadi
dihadapan kita dengan
dalih yaang mengada-ada.
Maka kendati islam mencintai perdamaian, tapi islam lebih mencintai
kemerdekaan.
Yang paling penting diperhatikan
adalah jihad dilakukan semata-mata demi tujuan kemanusiaan dan demi menegakkan
kalimah Allah, bukan karena alasan subjektif atau bahkan karena hawa nafsu, dan
itu harus dimulai dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu Rasul saw pernah
bersabda bahwa jihad yang paling besar adalah jihad an-nafs, yakni perang
melawan dirinya sendiri, dan mujahid yang paling agung adalah mereka yang mampu
memenangkan peperangan melawan dirinya sendiri. #