Senin, 03 Juni 2013

JIHAD DAN PERDAMAIAN




Pertanyaan yang paling tajam tentang jihad dalam wacana keIslaman adalah : bagaimana mungkin Islam menyatakan diri sebagai agama perdamaian   rahmatal lil ‘alamin tetapi masih melegitimasi atau bahkan mewajibkan jihad ? Apakah bukan sebuah paradoks, bila disatu sisi menginginkan perdamaian tetapi disisi lain mewajibkan peperangan ? bukankah peperangan  selalu bertentangan dengan tujuan perdamaian, bertentangan dengan hak asasi manusia terutama menyangkut kebebasan dan kemerdekaan beragama dan berkepercayaan ? Inilah propaganda yang nyaring dilontarkan musuh-musuh islam untuk membenarkan tuduhan bahwa islam adalah agama perang.
Proganda ini muncul akibat mereka gagal memahami jihad dalam arti yang sesungguhnya. Telah dsinggung sebelumnya bahwa jihad tidak identik dengan qital (perang), Perang hanyalah salah satu instrument kecil dari universalitas jihad, itupun dimaksudkan untuk sebuah pembelaan karena diperangi, dianiaya, dirampas hak-haknya, difitnah dan diperkosa. Itu semua kalau tidak segera disikapi, jelas akan dapat mengancam niulai-nilai kemanusiaan, akan terjadi kerusakan di muka bumi dan ujungnya kebajikan sedikit demi sedikit akan tenggelam oleh semaraknya kemungkaran dan kekacauan, jadi kendati kita mau mengartikan jihad sebagai perang, mesti dalam konteks artikulasi yang semacam ini. Sebab perdamaian adalah hidup berdampingan secara terhormat, sementara penyerahan (terhadap kedzoliman, ketidak adilan, fitnah dan penindasan) adalah kenistaan, oleh karena itu maka jelas tidak sama antara peperangan yang agresi dan peperangan melawan agresi. Tidak sama peperangan untuk menjajah dan peperangan untuk membela kemerdekaan, juga tidak sama peperangan karena nafsu dan peperangan mempertahankan kehormatan dan harga diri (terutama harga diri agama dan kemanusiaan).
Disinilah dapat difahami firman Allah dalam Qs. Al-anfal : 60 : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.

Orientasi   Jihad  dalam Islam
Sesungguhnya Islam adalah sebuah proklamasi bagi kemerdekaan manusia dimuka bumi ini, pembebesan system penghambaan manusia atas manusia dan pembebasan manusia atas hawa nafsunya. Ini  proklamasi rububiyah yang berarti mengembalikan kekuasaan Allah yang hendak dirampas serta menghalau para perampasnya yang menghukumi manusia dengan hukum mereka sendiri sehingga mereka menempati kedudukan sebagai tuhan-tuhan kecil, sementara manusia lainnnya yang berada dalam kekuasannya berstatus sebagai hamba-hambanya, ini disinggung Allah dalam Qs At-tawbah : 31Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. Paahal dalam Qs. Yusuf : 40 Allah swt menegaskan keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Dengan demikian maka jihad adalah upaya rehumanisasi sekaligus upaya menuju revolusi social untuk mengikis habis orang-orang yang menjadi tuhan kecil dan menguasai manusia dengan segala tipu dayanya. Dengan kata lain jihad adalah system universal yang hendak menumbangkan semua system bathil yang terjadi di muka bumi. Proklamasi tentang kemerdekaan manusia dari segala kekuasannya yang bukan kekuasaan Allah adalah etos dan semangat jihad yang paling substansial dalam Islam. Yang pada tataran operasionalnya biasa mengambil bentuk harakah (gerakan) untuk menghadapi musuh-musuh Allah dan kemanusiaan, dan tentu saja dalam hal ini tidak selalu identik dengan pedang  melainkan yang lebih penting adalah dengan hujjah dan pencerahan.
Islam adalah gerakan revolusioner berskala global yang bertujuan membawa manusia kearah yang ideal, dan untuk mewujudkan gasasan ideal tersebut, diatas pundak setiap muslim terpikul kewajiban jihad sebagai bakti universal kepada agama dan kemanusian. Gerakan tersebut dimaksudkan memunculkan sebuah masyarakat yang mempunyai persamaan mutlak dan tidak mentolelir setiap pembagian kelas secara diskriminatif. Disamping itu jihad dalam Islam berorientasi kepada sebuah sosialisasi dan internalisasi amar ma’ruf nahi mungkar yang dalam Islam merupakan kewajiban agama bukanlah sesuatu yang pasif atau sekedar sebuah derivasi, melainkan harus bersikap aktif dan mengandung upaya keras demi terwujudmnya kebaikan umat manusia di muka bumi ini.
Dengan demikian sangat jelas bahwa dalam Islam jihad dimaksudkan menentang segala bentuk kemungkaran, mengembalikan manusia pada kedudukannya semula yang dengan ini perdamaian dan kebajikan umat manusia dapat ditegakkan secara baik, Rasululloh saw bersabda : Senantiasa ada segolongan umatku yang tegak membela kebenaran hingga datang kepada mereka keputusan Allah dan mereka menang.
Dengan bahasa lain, sasaran inti jihad adalah agar manusia hanya mengabdi kepada Allah semata dan membebaskan manusia dari segala tindakan yang melampaui batas, serta menghilangkan  segala tindak kerusakan dan keonaran di muka bumi, Allah swt berfirman dal Qs al-baqarah : 193Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Dan dalam ayat lain ditegaskan Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang  telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar (Qs. 8 : 73)
Dari uraian diatas dapat disebutkan bahwa jihad “dalam Islam” sama sekali tidak paradok dengan tujuan perdamaian, bahkan sebaliknya jihad dimaksudkan untuk menumpas perusak-perusak perdamaian  seperti para tiran, taghut, kezhaliman, penindasan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. Dalam pelaksanaannya, upaya perdamaian dalam arti yang sesungguhnya tetap harus didahulukan, akan tetapi jika mereka mengingkari maka tidak ada jalan lain kecuali perlawanan atau peperangan. Misalnya ketika kaum muslimin terus dijajah dan diperangi dalam segala bentuknya, maka merupakan kehinaan jika ia terus pasrah dan tidak melakukan perlawanan. Sungguh sangat berbeda antara peperangan karena nafsu menjajah dengan peperangan karena mempertahankan kehormatan dan harga diri. Kita memang tidak setuju dengan bom bunuh diri  tetapi lebih tidak setuju dengan pembantaian manusia secara besar besaran yang terus terjadi dihadapan  kita dengan dalih  yaang mengada-ada. Maka kendati islam mencintai perdamaian, tapi islam lebih mencintai kemerdekaan.
Yang paling penting diperhatikan adalah jihad dilakukan semata-mata demi tujuan kemanusiaan dan demi menegakkan kalimah Allah, bukan karena alasan subjektif atau bahkan karena hawa nafsu, dan itu harus dimulai dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu Rasul saw pernah bersabda bahwa jihad yang paling besar adalah jihad an-nafs, yakni perang melawan dirinya sendiri, dan mujahid yang paling agung adalah mereka yang mampu memenangkan peperangan melawan dirinya sendiri. #

Tidak ada komentar: