Muqoddimah
Dunia kita adalah dunia laki laki. Kamus
ilmiyah menyebutnya patriarkhi atau patrimonial. Budaya kita sejak dulu hingga
kini selalu didominasi oleh para pejantan, sehingga jadilah kaum laki laki
sebagai penguasa
di kehidupan ini. Budaya telah sedemikian rupa di setting untuk membuktikan
suprioritas laki laki atas perempuan, dan tampaknya hingga saat ini terdapat fakta yang sulit dibantah perempuan
masih diposisikan sebagai subordinat ,
infrior, terkungkung dan second class di bawah kaum laki laki.
Memang benar, akhir akhir ini tidak sedikit perempuan yang tenar, kaya,
menjadi tokoh dan populer. Tapi semua itu tetap dalam krangkeng kekuasaan laki
laki. Sejumlah perempuan menjadi selebritis sukses karena mereka beranii
mempertontonkan bagian dirinya yang memang disukai laki laki -meski untuk itu
mereka dirayu dengan argumentasi bahwa itu adalah seni, estetika, keindahan dan
sejenisnya-. Gelar wanita tercantik, terseksi, ratu dangdut, ratu joget, dsb,
diberikan kepada perempuan yang bersedia memperlakukan dirinya sesuai dengan
definisi yang dibuat sesuai selera laki laki. Perempuan disebut berhasil
menjadi tokoh ketika ia tampil dalam definisi laki laki. Ini adalah sebagian
contoh betapa perempuan diseret ke dalam dunia yang maskulin. Anehnya para
feminis berjuang mati matian mewujudkan kebebasan yang justru digandrungi dan
menjadi syahwat para lelaki.
Realitas
ini sepertinya kurang adil,
seorang pria yang play boy, penggoda dan penghisap madu wanita disebut
jantan, hebat dan perkasa. Tapi bila wanita yang bertindak sama seperti itu
akan disebut binal, kotor dan sebutan
lain yang diskriminatif. Sebegitu
infriorkah perempuan ? Bisakah mereka tampil mandiri, bernilai, berwibawa dan
mengagumkan karena ia memang seorang
perempuan, bukan karena bersedia ditarik tarik atau diadaptasikan kepada
keinginan kaum lelaki ? Lalu siapa perempuan sebenarnya, dan apa signifikansi
kehadirannya dalam makrokosmos ini ? tulisan singkat ini mencoba mengurainya kendati
tidak mendalam.
Islam memandang perempuan.
Allah menciptakan segala sesuatu berpasang
pasangan. (Wamin kulli sya’in kholaqna zaujaini). Perempuan menjadi pasangan laki laki dan
laki laki adalah pasangan perempuan, Al-Qur’an menyebutnya sebagai Hunna libasul lakum wa antum libasul lahun. Dengan berpasang pasangan itulah manusia ada. Karena kedua jenis
itulah manusia disebut manusia. Ketiadaan yang satu akan meniadakan yang lain.
Bisakah seseorang disebut laki laki bila tidak ada perempuan, atau sebaliknya
?. Bisakah ada malam atau disebut malam
bila tidak ada siang ? dan begitu sebaliknya .
Yang paling absah seseorang disebut perempuan atau disebut laki laki hanya bila ukurannya dilihat dari
perspektif fisik-biologis-seksual,
Misalnya : Karena ciri ciri organ tertentu
pada tubuh. Sementara ukuran
ukuran yang lain, seperti : cengeng, emosional, lemah dan mudah menangis
tampaknya tidak seluruhnya benar, sebab para Nabi pun yang semuanya laki laki adalah orang orang
yang juga mudah menangis.
Manusia pada hakekatnya tidak berjenis
kelamin. Jiwa atau ruh manusia tidak mengenal laki laki atau perempuan. Ruh
manusia ya ruh manusia, tidak laki laki
dan tidak perempuan. Karena itu ketika kita diperintahkan untuk meneladani Muhammad saw, itu adalah Muhammad sebagai
hakekat, sebagai nur dan sebagai esensi. Ibn Arabi menyebutnya “Haqiqoh
Muhammadiyah”,
sehingga siapapun, baik laki laki atau perempuan wajib meneladaninya.
Dan karena itu pula tidak ada alasan
bagi kaum perempuan untuk tidak beruswah
kepada Rasulullah saw dengan alasan berbeda jenis kelamin. Dengan demikian maka perempuan tidak lagi dilihat dari perspektif fisik-biologis-seksual, melainkan
lebih bersifat gender essensial.
Perempuan dalam
pesrspektif gnosis.
Perempuan
sering digambarkan dengan keindahan, dan keindahan selalu diidentikkan dengan
perempuan. Kalau ada sebuah permainan politik, catur, atau sepak bola
yang nampak indah, orang akan berdecak “wah.. cantik
sekali permainan ini.. tidak pernah kita dengar orang mengatakan “wah.. tampan
sekali permainan itu. Perempuan adalah manifestasi dari aspek Jamaliyah. Ajaran
Tao menyebutnya sebagai unsur Yin. Sementara Laki-laki digambarkan sebagai
keagungan, tradisi gnosis menyebutnya jalaliyah, Tao mengistilahkan sebagai
unsur Yang. Jamaliyah adalah segala
ekspresi dari sikap, sifat dan prilaku
yang merujuk kepada cinta, kasih sayang, kedekatan, kemesraan, kehangatan,
kelembutan, keindahan dan sejenisnya.
Sedangkan jalaliyah adalah segala hal yang identik dengan keagungan,
kekuasaan, keluhuran dan semacamnya. Juga Kesempurnaan, -karena itu pulalah-
jalaliyah sering juga dibahasakan dengan kamaliyah (kesempurnaan).
Secara
umum unsur jamaliyah dan jalaliyah menyatu dalam diri Tuhan. Tapi menurut tradisi gnosis,
Tuhan lebih memanefestasikan diriNya dalam unsur Yin, Jamaliyah, karena itu
para aktivis gnosis memposisikan cinta sebagai puncak kedudukan seorang hamba
disisi Allah. Berbeda dengan para theolog yang memandang Tuhan dalam kaca mata Jalaliyah, kaum
gnosis justru mementingkan kemesraan
dengan Tuhan, karenanya mereka tidak
jarang merasa telah begitu dekat dengan Tuhan
atau bahkan mengaku telah menyatu
dengan Tuhannya. Sesungguhnya pandangan bahwa Tuhan begitu dekat, lebih
dekat dari urat nadi (habl al warid) bisa dihayati dan dirasakan
kebenarannya secara mendalam lewat konsep cinta.
Kita
mungkin cukup sulit memahami gradasi
ketauhedan para aktivis gnosis yang menempatkan La ilaha illa Ana (Tiada
Tuhan selain Aku) sebagai puncak
kesaksian tauhid seseorang. Jika la ilaha illa huwa menurut
kaum gnosis Tuhan masih diposisikan sebagai pihak ketiga, sebagai Dia,
lalu lebih dekat lagi ketika Tuhan diposisikan sebagai pihak kedua,
berdialog, berhadap hadapan sebagai Engkau (la ilaha illa Anta), Dan puncaknya,
ketika sudah tidak berjarak dan tidak ada ruang yang membatasai seseorang dari
Tuhannya, maka terjadi keintiman yang
luar biasa ( penyatuan ) antara yang kull
dan yang furu’, antara pencinta dan yang dicinta, antara
setetes air dengan keseluruhan samudera, sehingga sudah tidak dapat diketahui lagi mana yang
setetes dan mana yang keseluruhan samudra,
maka diekspresikan sebagai La ilaha illa Ana (Tiada Tuhan selain
Aku).
Disinilah
unsur cinta menjadi aspek yang paling signifikan dalam proses penyatuan antara
hamba dan Tuhan. Sementara cinta termasuk unsur jamaliyah atau Yin.
Maka betapa penting posisi perempuan
dalam mengantar taqorrub dan bahkan penyatuan manusia dengan Tuhannya.
Terkenal
sebuah hadits yang mengatakan bahwa
sorga terletak dibawah kaki ibu (Al
jannatu tahta aqdamil ummahat), kalau di telapak kaki saja sudah
ada sorga (yang merupakan dambaan setiap insan) , logikanya, tentu terdapat
sesuatu yang lebih dahsyat dari sorga pada bagian lain seorang perempuan ? Wong sorga saja
ditempatkan di telapak kaki, kita tidak
bisa membayangkan sedahsyat apa sesuatu
yang ada di bagian lainnya
seperi di lutut, telapak tangan,
leher, dsb.
Imam Al
Ghazali dalam kitab “Kimiya Al-Sa’adah” memuat
sebuah hadits bahwa Rasululloh saw
bersabda “ Tiga hal di duniamu ini telah menjadi kecintaanku : Kaum wanita, parfum
dan kesejukan mataku ketika melakukan sholat. Hadits ini juga termuat
dalam Musnad Ahmad (III :28, 199 dan
285) juga Nasa’i, pada bab Isyarat Al-nisa’. Hadits diatas dalam bahasa yang lebih mendalam,
sebenarnya kian menegaskan betapa istimewa posisi perempuan dalam pandangan Rasul.
Dua dari ketiganya merujuk pada wanita. Kata wanita (Mar’ah)
jelas bersifat perempuan (mu’annas)
dan Sholat (Sholah) juga bersifat mu’annas, hanya satu yang berkonotasi laki
laki (mudzakkar) yakni parfum (Thib). Itu artinya, kata Ibnu Arabi,
seorang laki laki berada dan bergerak diantara dua perempuan.
Perempuan
yang pertama, yakni Mar’ah, menunjuk
pada makhluk nyata yang kepadanya seseorang menyemaikan benih cinta, Dan perempuan yang kedua, yakni Sholah,
menunjuk pada suatu perjalanan ruhaniyah untuk mengalamatkan cinta kemakhlukan
kepada cinta yang lebih tinggi , yakni cinta kepada Allah, al ilah
al mahbub al wahidah al mutlaqah.
Alhasil,
ternyata Perempuan dalam perspektif
gnosis, adalah makhluk yang mulia, ditelapak kakinya terdapat sorga. Dan
dirinya merupakan
sarana atau syarat mutlak bagi
para lelaki untuk mencapai Allah robbul alamin. Karena itu Rasululloh
saw ketika menjelang ajal merasa perlu mengeluarkan wasiat yang berisi tiga
hal, yakni : Sholat, perempuan dan ummat.
Maka itu berhati hatilah terhadap
mahluk yang satu ini. Dia bisa mengantarkan
kaum laki laki dengan mudah
mencapai sorga yang penuh kenikmatan,
tapi juga bisa membuat laki laki
terhempas tanpa ampun ke neraka. #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar