Suatu hari
kawan saya bernama Bonjol gedek-gedek kepala, pikirannya bergemuruh
penuh tanya, apa yang menyebabkan negeri ini panen masalah? kenapa korupsi
datang silih berganti dan susul menyusul hanya dalam hitungan hari di bumi
pertiwi ? Belum kering airmata menangisi kasus Hambalang, muncul kasus simulator
SIM, belum usai gonjang ganjing kasus cebongan dan eyang subur, kasus impor
daging sapi mengguncang PKS, belum tuntas kasus perbudakan di tengerang dan
lampung, menyusul lagi kasus yang melibatkan Fathonah mengenai pencucian uang dan gratifikasi seks yang melibatkan
wanita-wanita cantik. Belum lagi banjir di berbagai tempat, gunung meletus,
kebakaran, tawuran, kisruh ujian nasional, dan masih banyak lagi yang
lain....Ada apa ini ?, pertanda apa ini ? Tidak
hanya manusia yang berunjuk rasa, alam, bumi dan air juga unjuk gigi, bahkan api
dan udarapun turut mengamuk dengan aksi kebakaran dan semburan awan panas
mematikan. Dan kabar terkini, gunung anak krakatau dan puluhan gunung merapi
lainnya juga mulai berancang-ancang untuk ambil bagian dalam mengingatkan
ketersesatan kita.
Kawan yang lain bernama Chotib coba
menjawab....Keserakahan, keingkaran, dan kemaksiatan adalah
penyebabnya. Karena maksiat, barokah tertahan, karena maksiat, bencana berdatangan.
Chotib menyitir firman Allah dalam Alqur’an : Telah tampak kerusakan di daratan
dan di lautan disebabkan perbuatan manusia, (lalu Allah peringatkan
mereka), supaya merasakan sebagian
akibat dari perbuatan mereka, sehingga mereka menyadari dan kembali
pada jalan yang benar. (Qs. 30 : 41)
Sulit dibantah bahwa telah sekian lama sebagian warga negara diberbagai
lapisan berlomba menggarong kekayaan negara. Mencederai rakyat dengan korupsi,
mengelapkan uang pajak serta memperjual belikan hukum & keadilan. Disisi
lain, hutan-hutan digunduli, pasir-pasir di keruk tanpa batas, udara terus diracuni
dengan polusi dan zat-zat kimia yang berbahaya, bumi di bor sampai kedalaman
yang membahayakan, hewan-hewan ditangkapi demi tujuan bisnis. Akibatnya alam
rusak parah, musim tidak lagi beraturan, ozon kian menipis, limbah polusi mulai
menyerang udara, air dan bumi kita. Dari sini sebetulnya upaya mengundang
bencana secara sengaja sedang dimulai.
Belum lagi dengan ilmu pengetahuan modern yang lebih cenderung pada
pemenuhan hawa nafsu dibanding meredamnya, ketika sebagian orang terkena
penyakit kelamin, solusi yang ditawarkan adalah kondom, bukan cara mencegahnya.
Bila para orang tua risau oleh prilaku seks bebas anak-anaknya, jalan keluar
yang ditawarkan adalah obat anti hamil, bukan cara mencegah atau menghindari
seks bebas itu. Akhirnya apa ? kemaksiatan semakin merajalela, dan sebagaimana
hadits yang diriwayatkan Abu Daud,
Baginda Nabi saw bersabda : Bila semarak kemaksiatan maka
akan muncul kegoncangan
Tetapi semoga saja Allah swt tidak sedang murka kepada kita, melainkan
hanya mengingatkan kita agar kembali pada jalan yang benar. Sebab kalau Allah
murka, barangkali tidak sekedar sejumlah
masalah dan kasus atau bencana alam yang ditimpakan kepada kita, mengingat
persyaratan untuk kita dihancur leburkan selebur-leburnya sudah sempurna kita miliki. Ukuran kemaksiatan, kedurhakaan
dan kesalahan kita selama ini dari sudut aqidah, syariah dan ahlak, dari sudut
individu dan sosial sungguh tidak lebih rendah dibanding kedurhakaan kaum Nabi
Nuh as yang kemudian ditelan air bah raksasa. Sungguh penderitaan yang kita
alami akibat perbuatan kita jauh belum sepadan dengan kebusukan hati,
kebobrokan moral dan penghianatan yang kita lakukan selama ini baik secara
individu maupun secara kolektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar