Minggu, 12 Mei 2013

SEMOGA TUHAN TIDAK MURKA




Suatu hari  kawan saya bernama Bonjol  gedek-gedek kepala, pikirannya bergemuruh penuh tanya, apa yang menyebabkan negeri ini panen masalah? kenapa korupsi datang silih berganti dan susul menyusul hanya dalam hitungan hari di bumi pertiwi ? Belum kering airmata menangisi kasus Hambalang, muncul kasus simulator SIM, belum usai gonjang ganjing kasus cebongan dan eyang subur, kasus impor daging sapi mengguncang PKS, belum tuntas kasus perbudakan di tengerang dan lampung, menyusul lagi kasus yang melibatkan Fathonah mengenai pencucian uang  dan gratifikasi seks yang melibatkan wanita-wanita cantik.  Belum lagi  banjir di berbagai tempat, gunung meletus, kebakaran, tawuran, kisruh ujian nasional, dan masih banyak lagi yang lain....Ada apa ini ?, pertanda apa ini ?    Tidak hanya manusia yang berunjuk rasa, alam, bumi dan air juga unjuk gigi, bahkan api dan udarapun turut mengamuk dengan aksi kebakaran dan semburan awan panas mematikan. Dan kabar terkini, gunung anak krakatau dan puluhan gunung merapi lainnya juga mulai berancang-ancang untuk ambil bagian dalam mengingatkan ketersesatan kita.
 Kawan yang lain bernama Chotib coba menjawab....Keserakahan, keingkaran, dan kemaksiatan adalah penyebabnya. Karena maksiat, barokah tertahan, karena maksiat, bencana berdatangan. Chotib menyitir firman Allah dalam Alqur’an : Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan manusia, (lalu Allah peringatkan mereka),  supaya merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka, sehingga mereka menyadari dan  kembali  pada jalan yang benar. (Qs. 30 : 41)
Sulit dibantah bahwa telah sekian lama sebagian warga negara diberbagai lapisan berlomba menggarong kekayaan negara. Mencederai rakyat dengan korupsi, mengelapkan uang pajak serta memperjual belikan hukum & keadilan. Disisi lain, hutan-hutan digunduli, pasir-pasir di keruk tanpa batas, udara terus diracuni dengan polusi dan zat-zat kimia yang berbahaya, bumi di bor sampai kedalaman yang membahayakan, hewan-hewan ditangkapi demi tujuan bisnis. Akibatnya alam rusak parah, musim tidak lagi beraturan, ozon kian menipis, limbah polusi mulai menyerang udara, air dan bumi kita. Dari sini sebetulnya upaya mengundang bencana secara sengaja sedang dimulai.
Belum lagi dengan ilmu pengetahuan modern yang lebih cenderung pada pemenuhan hawa nafsu dibanding meredamnya, ketika sebagian orang terkena penyakit kelamin, solusi yang ditawarkan adalah kondom, bukan cara mencegahnya. Bila para orang tua risau oleh prilaku seks bebas anak-anaknya, jalan keluar yang ditawarkan adalah obat anti hamil, bukan cara mencegah atau menghindari seks bebas itu. Akhirnya apa ? kemaksiatan semakin merajalela, dan sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Daud,  Baginda Nabi saw bersabda : Bila semarak kemaksiatan maka akan muncul kegoncangan
Tetapi semoga saja Allah swt tidak sedang murka kepada kita, melainkan hanya mengingatkan kita agar kembali pada jalan yang benar. Sebab kalau Allah murka, barangkali tidak  sekedar sejumlah masalah dan kasus atau bencana alam yang ditimpakan kepada kita, mengingat persyaratan untuk kita dihancur leburkan selebur-leburnya sudah sempurna  kita miliki. Ukuran kemaksiatan, kedurhakaan dan kesalahan kita selama ini dari sudut aqidah, syariah dan ahlak, dari sudut individu dan sosial sungguh tidak lebih rendah dibanding kedurhakaan kaum Nabi Nuh as yang kemudian ditelan air bah raksasa. Sungguh penderitaan yang kita alami akibat perbuatan kita jauh belum sepadan dengan kebusukan hati, kebobrokan moral dan penghianatan yang kita lakukan selama ini baik secara individu maupun secara kolektif.

Tidak ada komentar: