Senin, 03 Juni 2013

PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Muqoddimah
Dunia kita adalah dunia laki laki. Kamus ilmiyah menyebutnya patriarkhi atau patrimonial. Budaya kita sejak dulu hingga kini selalu didominasi oleh para pejantan, sehingga jadilah kaum laki laki sebagai penguasa di kehidupan ini. Budaya telah sedemikian rupa di setting untuk membuktikan suprioritas laki laki atas perempuan, dan tampaknya hingga saat ini  terdapat fakta yang sulit dibantah perempuan masih diposisikan  sebagai subordinat , infrior, terkungkung  dan second class di bawah kaum laki laki.
Memang benar, akhir akhir ini  tidak sedikit perempuan yang tenar, kaya, menjadi tokoh dan populer. Tapi semua itu tetap dalam krangkeng kekuasaan laki laki. Sejumlah perempuan menjadi selebritis sukses karena mereka beranii mempertontonkan bagian dirinya yang memang disukai laki laki -meski untuk itu mereka dirayu dengan argumentasi bahwa itu adalah seni, estetika, keindahan dan sejenisnya-. Gelar wanita tercantik, terseksi, ratu dangdut, ratu joget, dsb, diberikan kepada perempuan yang bersedia memperlakukan dirinya sesuai dengan definisi yang dibuat sesuai selera laki laki. Perempuan disebut berhasil menjadi tokoh ketika ia tampil dalam definisi laki laki. Ini adalah sebagian contoh betapa perempuan diseret ke dalam dunia yang maskulin. Anehnya para feminis berjuang mati matian mewujudkan kebebasan yang justru digandrungi dan menjadi syahwat para lelaki.
Realitas  ini sepertinya kurang adil,  seorang pria yang play boy, penggoda dan penghisap madu wanita disebut jantan, hebat dan perkasa. Tapi bila wanita yang bertindak sama seperti itu akan disebut  binal, kotor dan sebutan lain yang diskriminatif.  Sebegitu infriorkah perempuan ? Bisakah mereka tampil mandiri, bernilai, berwibawa dan mengagumkan  karena ia memang seorang perempuan, bukan karena bersedia ditarik tarik atau diadaptasikan kepada keinginan kaum lelaki ? Lalu siapa perempuan sebenarnya, dan apa signifikansi kehadirannya dalam makrokosmos ini ? tulisan singkat ini mencoba mengurainya kendati  tidak mendalam.
Islam  memandang perempuan.
Allah menciptakan segala sesuatu berpasang pasangan. (Wamin kulli sya’in kholaqna zaujaini). Perempuan menjadi pasangan laki laki dan laki laki adalah pasangan perempuan, Al-Qur’an menyebutnya sebagai Hunna libasul lakum wa antum libasul lahun. Dengan berpasang pasangan itulah manusia ada. Karena kedua jenis itulah manusia disebut manusia. Ketiadaan yang satu akan meniadakan yang lain. Bisakah seseorang disebut laki laki bila tidak ada perempuan, atau sebaliknya ?. Bisakah ada malam atau disebut  malam bila tidak ada siang ? dan begitu sebaliknya .
Yang paling absah  seseorang disebut perempuan  atau disebut laki laki  hanya bila ukurannya dilihat dari perspektif  fisik-biologis-seksual, Misalnya : Karena ciri ciri organ tertentu  pada tubuh.  Sementara ukuran ukuran yang lain, seperti : cengeng, emosional, lemah dan mudah menangis tampaknya tidak seluruhnya benar, sebab para Nabi pun  yang semuanya laki laki adalah orang orang yang juga  mudah menangis.
Manusia pada hakekatnya tidak berjenis kelamin. Jiwa atau ruh manusia tidak mengenal laki laki atau perempuan. Ruh manusia  ya ruh manusia, tidak laki laki dan tidak perempuan. Karena itu ketika kita diperintahkan untuk meneladani  Muhammad saw, itu adalah Muhammad sebagai hakekat, sebagai nur dan sebagai esensi. Ibn Arabi menyebutnya “Haqiqoh Muhammadiyah”,  sehingga siapapun, baik laki laki atau perempuan wajib meneladaninya. Dan  karena itu pula tidak ada alasan bagi  kaum perempuan untuk tidak beruswah kepada Rasulullah saw dengan alasan berbeda jenis kelamin.   Dengan demikian maka perempuan tidak lagi dilihat dari perspektif fisik-biologis-seksual,  melainkan  lebih bersifat gender  essensial.
Perempuan  dalam  pesrspektif gnosis.
Perempuan sering digambarkan dengan keindahan, dan keindahan selalu diidentikkan dengan perempuan. Kalau ada sebuah permainan politik, catur, atau sepak bola yang nampak indah, orang akan berdecak “wah.. cantik sekali permainan ini.. tidak pernah kita dengar orang mengatakan “wah.. tampan sekali permainan itu. Perempuan adalah manifestasi dari aspek Jamaliyah. Ajaran Tao menyebutnya sebagai unsur Yin. Sementara Laki-laki digambarkan sebagai keagungan, tradisi gnosis menyebutnya jalaliyah, Tao mengistilahkan sebagai unsur Yang. Jamaliyah adalah  segala ekspresi  dari sikap, sifat dan prilaku yang merujuk kepada cinta, kasih sayang, kedekatan, kemesraan, kehangatan, kelembutan, keindahan dan sejenisnya.  Sedangkan jalaliyah adalah segala hal yang identik dengan keagungan, kekuasaan, keluhuran dan semacamnya. Juga Kesempurnaan, -karena itu pulalah- jalaliyah sering juga dibahasakan dengan kamaliyah (kesempurnaan).
Secara umum unsur jamaliyah dan jalaliyah menyatu dalam diri Tuhan.  Tapi menurut tradisi gnosis, Tuhan lebih memanefestasikan diriNya dalam unsur Yin, Jamaliyah, karena itu para aktivis gnosis memposisikan cinta sebagai puncak kedudukan seorang hamba disisi Allah. Berbeda dengan para theolog yang memandang Tuhan dalam kaca mata Jalaliyah, kaum gnosis  justru mementingkan kemesraan dengan Tuhan,  karenanya mereka tidak jarang merasa telah begitu dekat dengan Tuhan  atau  bahkan mengaku telah menyatu dengan Tuhannya. Sesungguhnya pandangan bahwa Tuhan begitu dekat, lebih dekat dari urat nadi (habl al warid) bisa dihayati dan dirasakan kebenarannya secara mendalam lewat konsep cinta.
Kita mungkin cukup sulit memahami gradasi  ketauhedan para aktivis gnosis yang menempatkan La ilaha illa Ana (Tiada Tuhan selain Aku) sebagai  puncak kesaksian tauhid seseorang. Jika la ilaha illa huwa menurut kaum gnosis Tuhan masih diposisikan sebagai pihak ketiga, sebagai  Dia,  lalu lebih dekat lagi ketika Tuhan diposisikan sebagai pihak kedua, berdialog, berhadap hadapan sebagai Engkau (la ilaha illa Anta), Dan puncaknya, ketika sudah tidak berjarak dan tidak ada ruang yang membatasai seseorang dari Tuhannya, maka  terjadi keintiman yang luar biasa ( penyatuan ) antara yang kull dan yang furu’,  antara pencinta dan yang dicinta, antara setetes air dengan keseluruhan samudera, sehingga sudah tidak dapat diketahui lagi mana yang setetes dan mana yang keseluruhan samudra,  maka diekspresikan sebagai  La ilaha illa Ana (Tiada Tuhan selain Aku).
Disinilah unsur cinta menjadi aspek yang paling signifikan dalam proses penyatuan antara hamba dan Tuhan. Sementara cinta termasuk unsur jamaliyah atau Yin. Maka betapa penting  posisi perempuan dalam mengantar taqorrub dan bahkan penyatuan manusia dengan Tuhannya.
Terkenal sebuah hadits yang mengatakan bahwa  sorga terletak dibawah kaki ibu (Al jannatu tahta aqdamil ummahat), kalau di telapak kaki saja  sudah  ada sorga (yang merupakan dambaan setiap insan) , logikanya, tentu terdapat sesuatu yang lebih dahsyat dari sorga pada bagian lain  seorang perempuan ? Wong sorga saja ditempatkan di telapak kaki,  kita tidak bisa membayangkan sedahsyat apa sesuatu  yang ada di bagian lainnya  seperi  di lutut, telapak tangan, leher, dsb.
Imam Al Ghazali dalam kitab “Kimiya Al-Sa’adah”  memuat sebuah hadits bahwa Rasululloh  saw bersabda “ Tiga hal di duniamu ini telah menjadi kecintaanku : Kaum wanita, parfum dan kesejukan mataku ketika melakukan sholat. Hadits ini juga termuat dalam  Musnad Ahmad (III :28, 199 dan 285) juga Nasa’i, pada bab Isyarat Al-nisa’. Hadits diatas dalam bahasa yang lebih mendalam, sebenarnya kian menegaskan betapa istimewa posisi perempuan dalam pandangan Rasul. Dua dari ketiganya merujuk pada wanita. Kata wanita (Mar’ah) jelas bersifat perempuan (mu’annas) dan Sholat (Sholah) juga bersifat mu’annas, hanya satu yang berkonotasi laki laki (mudzakkar) yakni parfum (Thib). Itu artinya, kata Ibnu Arabi, seorang laki laki berada dan bergerak diantara dua perempuan.
Perempuan yang pertama, yakni  Mar’ah, menunjuk pada makhluk nyata yang kepadanya seseorang menyemaikan benih cinta,  Dan perempuan yang kedua, yakni Sholah, menunjuk pada suatu perjalanan ruhaniyah untuk mengalamatkan cinta kemakhlukan kepada cinta yang lebih tinggi , yakni cinta kepada Allah,  al ilah al mahbub  al wahidah al mutlaqah.
Alhasil, ternyata Perempuan dalam perspektif  gnosis, adalah makhluk yang mulia, ditelapak kakinya terdapat sorga. Dan dirinya merupakan  sarana atau syarat  mutlak bagi para lelaki   untuk mencapai  Allah robbul alamin. Karena itu Rasululloh saw ketika menjelang ajal merasa perlu mengeluarkan wasiat yang berisi tiga hal, yakni : Sholat, perempuan dan ummat.  Maka itu  berhati hatilah terhadap mahluk yang satu ini.  Dia bisa mengantarkan kaum laki laki  dengan mudah mencapai  sorga yang penuh kenikmatan, tapi juga  bisa membuat laki laki terhempas  tanpa ampun ke neraka. #

Minggu, 12 Mei 2013

SEMOGA TUHAN TIDAK MURKA




Suatu hari  kawan saya bernama Bonjol  gedek-gedek kepala, pikirannya bergemuruh penuh tanya, apa yang menyebabkan negeri ini panen masalah? kenapa korupsi datang silih berganti dan susul menyusul hanya dalam hitungan hari di bumi pertiwi ? Belum kering airmata menangisi kasus Hambalang, muncul kasus simulator SIM, belum usai gonjang ganjing kasus cebongan dan eyang subur, kasus impor daging sapi mengguncang PKS, belum tuntas kasus perbudakan di tengerang dan lampung, menyusul lagi kasus yang melibatkan Fathonah mengenai pencucian uang  dan gratifikasi seks yang melibatkan wanita-wanita cantik.  Belum lagi  banjir di berbagai tempat, gunung meletus, kebakaran, tawuran, kisruh ujian nasional, dan masih banyak lagi yang lain....Ada apa ini ?, pertanda apa ini ?    Tidak hanya manusia yang berunjuk rasa, alam, bumi dan air juga unjuk gigi, bahkan api dan udarapun turut mengamuk dengan aksi kebakaran dan semburan awan panas mematikan. Dan kabar terkini, gunung anak krakatau dan puluhan gunung merapi lainnya juga mulai berancang-ancang untuk ambil bagian dalam mengingatkan ketersesatan kita.
 Kawan yang lain bernama Chotib coba menjawab....Keserakahan, keingkaran, dan kemaksiatan adalah penyebabnya. Karena maksiat, barokah tertahan, karena maksiat, bencana berdatangan. Chotib menyitir firman Allah dalam Alqur’an : Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan manusia, (lalu Allah peringatkan mereka),  supaya merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka, sehingga mereka menyadari dan  kembali  pada jalan yang benar. (Qs. 30 : 41)
Sulit dibantah bahwa telah sekian lama sebagian warga negara diberbagai lapisan berlomba menggarong kekayaan negara. Mencederai rakyat dengan korupsi, mengelapkan uang pajak serta memperjual belikan hukum & keadilan. Disisi lain, hutan-hutan digunduli, pasir-pasir di keruk tanpa batas, udara terus diracuni dengan polusi dan zat-zat kimia yang berbahaya, bumi di bor sampai kedalaman yang membahayakan, hewan-hewan ditangkapi demi tujuan bisnis. Akibatnya alam rusak parah, musim tidak lagi beraturan, ozon kian menipis, limbah polusi mulai menyerang udara, air dan bumi kita. Dari sini sebetulnya upaya mengundang bencana secara sengaja sedang dimulai.
Belum lagi dengan ilmu pengetahuan modern yang lebih cenderung pada pemenuhan hawa nafsu dibanding meredamnya, ketika sebagian orang terkena penyakit kelamin, solusi yang ditawarkan adalah kondom, bukan cara mencegahnya. Bila para orang tua risau oleh prilaku seks bebas anak-anaknya, jalan keluar yang ditawarkan adalah obat anti hamil, bukan cara mencegah atau menghindari seks bebas itu. Akhirnya apa ? kemaksiatan semakin merajalela, dan sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Daud,  Baginda Nabi saw bersabda : Bila semarak kemaksiatan maka akan muncul kegoncangan
Tetapi semoga saja Allah swt tidak sedang murka kepada kita, melainkan hanya mengingatkan kita agar kembali pada jalan yang benar. Sebab kalau Allah murka, barangkali tidak  sekedar sejumlah masalah dan kasus atau bencana alam yang ditimpakan kepada kita, mengingat persyaratan untuk kita dihancur leburkan selebur-leburnya sudah sempurna  kita miliki. Ukuran kemaksiatan, kedurhakaan dan kesalahan kita selama ini dari sudut aqidah, syariah dan ahlak, dari sudut individu dan sosial sungguh tidak lebih rendah dibanding kedurhakaan kaum Nabi Nuh as yang kemudian ditelan air bah raksasa. Sungguh penderitaan yang kita alami akibat perbuatan kita jauh belum sepadan dengan kebusukan hati, kebobrokan moral dan penghianatan yang kita lakukan selama ini baik secara individu maupun secara kolektif.

SANG FAJAR AKAN SEGERA TIBA Menjawab curhat & pengakuan beberapa teman yang terbelit masalah



Ust. Hefni Zain

Saudaraku ……………
Karena keterbatasan waktu, di acara life TV kemarin saya hanya bisa menjawab beberapa pertanyaan. Untuk kasus anda, secara umum saya hanya bisa berkomentar bahwa hidup ini adalah perjuangan menyelesaikan masalah. Dan setiap manusia, siapapun dia pasti pernah menghadapi masalah,  maka hadapilah setiap masalah dengan wajar. Jangan terlalu sedih atau resah, sebab kesedihan dan keresahan tidak akan menyelesaikan masalah, tapi justru menambah masalah baru. Ibarat malam telah tiba, kesedihan tidak akan mampu mengembalikannya pada siang. Apakah dengan bersedih anda mampu mengembalikan air mata yang terlanjur tumpah? Apakah dengan bersedih anda mampu mengembalikan hari ini pada hari kemarin ? tentu tidak.  Bahkan  kesedihan hanya akan menforsir jantung dan menguras energy anda. Bila anda bersedih karena suatu masalah, maka masalah itu akan berlipat ganda. Kesedihan itu hanya akan membuat air yang segar terasa pahit dan taman yang indah tampak mengerikan. Sungguh sedikitpun bersedih itu tiada berguna.
Memang manusia kadang tidak mampu menolak masalah, yang penting masalah yang anda hadapi harus dijadikan pelajaran berharga untuk tidak terulang lagi di hari-hari mendatang.  Semua masalah anda bisa teratasi dengan mudah hanya bila anda mau menyerahkan semuanya kepada Allah swt. Jangan ragu, tak ada kebaikan dalam keraguan. Maka Yakinlah! tanpa keyakinan, kepastian menjadi sirna tetapi dengan keyakinan, yang mustahil bisa jadi kenyataan. Bersabarlah! Karena dengan sabar semua bisa menjadi baik, sabar dalam musibah adalah pakaian nabi Ayyub, sabar dalam taat adalah hiasan nabi Ibrahim, sabar dalam menolak maksiat adalah mahkota nabi Yusuf. Ketidak sabaran berakibat perpisahan antara Khidir dan Musa, ketidak sabaran membuat berbagai kebaikan lepas dari genggaman kita.

Saudaraku......
          Jangan pernah berputus asa. Dan ketahuilah ! orang baik itu bukan orang yang tidak pernah bersalah atau berdosa, orang baik itu adalah orang yang segera menyadari kesalahannya dan segera bertobat Kepada Allah swt.  Ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa2 semuanya. Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Qs. 39 : 53).
          Maka Tutuplah dosa-dosa itu dengan taubat, gantilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan tadi akan menghapus kejelekan yang pernah kita lakukan.

Saudaraku......
Yakinlah bahwa tidak ada badai yang tidak berlalu. setiap tangisan akan berujung dengan senyuman dan setiap kegelisahan akan berganti dengan kedamaian, Itulah sunnatuloh, bila ada duka pasti akan ada suka, dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, maka kabarkan pada malam bahwa sang fajar akan segera tiba, kabarkan juga pada orang-orang yang kesusahan bahwa pertolongan Allah akan segera datang. Perbanyaklah membaca “hasbunalloh wani’mal wakil ni’mal mawla wa ni’man nasir”  niscaya pertolongan Allah akan segera tiba, lalu merubah segalanya menjadi baik.

Saudaraku......
Setiap doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh ikhlas dan semua keluh kesah yang menyayat hati akan diperhatikan oleh Allah. Ya Rabb gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan itu sebagai awal kebahagiaan, Tidak ada satu kekuatanpun didunia ini tanpa pertolonganMu, cukuplah bagiku Engkau sebagai pelindung dan penolong kami karena Engkaulah sebaik baik pelindung dan penolong.

Selasa, 07 Mei 2013

HATI-HATI MEMILIH PEMIMPIN



Oleh : Ust. Hefni Zain.

Seperti biasa, setiap menjelang pilkades, pilkada atau pemilu, para kandidat mulai sibuk mempengaruhi rakyat mencari dukungan. Baliho, gambar bakal calon, poster, stiker dan sejenisnya, mulai memenuhi seluruh pemandangan di pinggir jalan. Rakyat kecil juga mulai dimanjakan, diingat, dan bahkan dibodohi. Berbagai bantuan “tidak ikhlas” mulai ditabur, broker-broker politik mulai bersliweran, gendrang kampanye untuk mengumbar janji-janji kosong (biasanya dikemas dalam bentuk visi misi) mulai ditabuh, dan suhu politik mulai memanas.
Para pemilih hendaknya cermat dan berhati-hati dalam menentukan pilihan, sekali salah pilih, implikasinya akan terasa hingga beberapa tahun ke depan.
 Secara umum prilaku manusia selalu bersumber pada tiga hal, yakni : nafsu, emosi dan otak (akal). Nafsu berpusat pada sulbi, darinya muncul energi, hasrat dan keinginan. Emosi berpusat di jantung, darinya mengalir darah, semangat, ambisi dan keberanian. Sedangkan otak (baca : akal) terletak di kepala, darinya melahirkan pemikiran, intelek dan pengetahuan. 
Manusia yang dikuasai sulbinya, ia menjadi rakus, hiper dan selalu mengejar kekayaan dengan segala cara, baginya kebajikan tertinggi adalah “kepemilikan”. Manusia jenis ini sangat cocok dididik menjadi pengusaha. Sementara manusia yang dikuasai jantungnya, ia menjadi kasar, sangar dan selalu berusaha mencari kemenangan. Baginya kebajikan tertinggi terletak pada “penaklukan”. Manusia jenis ini sangat cocok menjadi prajurit tempur atau pendekar di dunia persilatan.
Tentu saja ada manusia istimewa yang dikuasai kepalanya, ia tidak tertarik pada kekuasaan, kekayaan dan kemenangan. Tempat terindah baginya bukan di dunia usaha, bukan pula di arena pertempuran, tetapi ditempat sunyi  saat ia melahirkan gagasan-gagasan cemerlangnya. Baginya kebajikan tertinggi adalah kearifan. Manusia jenis inilah yang paling cocok menjadi pemimpin yang mengatur  masyarakat dan pemerintahan.
Celaka bila manusia sulbi menjadi pemimpin, karena ia akan  menjadikan rakyatnya sebagai alat komoditas. Isu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan rakyatnya akan dijadikan “mesin ATM” yang dapat meraup keuntungan besar. Pemimpin model ini  abai terhadap kesejahteraan rakyatnya, yang diburu setiap hari adalah bagaimana dapat memenuhi keinginan biologisnya dengan cara apapun,  karena itu : berselingkuh, memperkaya diri, korupsi dan aniaya adalah prilakunya sehari-hari, kendati semua itu dilakukannya dengan cara yang halus, canggih dan dibungkus dengan argumentasi yang sok ilmiyah. Sebagai sosok yang dikuasai sulbi,  manusia jenis ini tidak pernah puas dengan apa yang telah didapatkannya. Ia akan terus menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya, mempertahankan kekuasaan sekuat-kuatnya dan memelihara gundik dimana-mana.
Celaka juga bila manusia jantung menjadi pemimpin, sebab rakyatnya akan dijadikan bamper bagi terwujudnya ambisi untuk sebuah penaklukan dan popularitas. Sebagai seorang yang menjadikan penaklukan”, sebagai kebajikan tertinggi, dia bertangan besi, tempramental, pendendam, dan selalu su’udzan. Maka siapapun yang menentangnya akan segera disingkirkannya. Manusia jenis ini hanya bertujuan satu hal dalam hidupnya, yakni mengalahkan lawan-lawannya. Ia menganggap semua orang yang tidak sejalan dengannya adalah pesaing yang mesti dihabisi. Yang dominan dalam otaknya hanya dua kata : Win and Los.
Rakyat akan selamat, jika manusia kepala yang menjadi pemimpin, yakni manusia yang memiliki kearifan dan hikmah, indikatornya,  adalah : mempunyai ketinggian moralitas, kelembutan hati, berprilaku jujur, ikhlas, sederhana dan jauh dari kemewahan. Manusia jenis ini biasanya disebut Masyahidul Israqiyah (kelompok manusia tercerahkan). Hanya orang yang memimpin dengan hikmah yang berpeluang mewujudkan terciptanya tatanan masyarakat yang  khoir dan salamah, yang terbebas dari berbagai bentuk diskriminasi dan eksploitasi.
Dalam konteks keIndonesiaan, pemimpin yang baik bukanlah yang berdiri di tabung kaca melainkan yang mengalir didalam denyut nadi rakyatnya sebagai pusat energi yang menciptakan gelombang metabolisme rohani rakyatnya, pemimpin yang baik bukanlah ditakuti bawahannya melainkan dicintainya serta mampu membuat yang dipimpin memiliki kesadaran mendalam untuk memimpin dirinya masing-masing.
Karena itu salah satu indikator prilaku pemimpin yang baik adalah bukan saja yang melakukan open house atau open SMS untuk menyerap keluhan, harapan, tuntutan dan aspirasi murni masyarakatnya, tetapi juga yang membuka hati (open  heart) seluas-luasnya bagi rakyatnya, yang dengan itu akan terjadi silatur ruh atau sambung batin yang kuat antara  hati sang pemimpin dengan hati rakyatnya sehingga ia merasakan apa yang dirasakan rakyatnya dan begitu pula sebaliknya, termasuk dalam konteks ini pemimpin yang baik adalah mereka yang merasa legowo bila dikritik, diingatkan atau bahkan didemo oleh rakyatnya sebagai wujud  apresiasi cinta demi kemakmuran bersama.
Pemimpin yang baik bukan yang enjoy mempunyai pembisik yang selalu membenarkan tindakannya, tetapi yang selalu berkata benar dihadapannya. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memulai gerakan kepemimpinannya dengan bukti bukan dengan janji, ia memberikan semua yang dimilikinya dan tidak berharap apapun bagi dirinya kecuali kesejahteraan rakyatnya, ia laksana pohon buah di pinggir jalan, meskipun sering dilempari dengan batu, ia tidak berhenti menghadiahkan banyak buah matang bagi semua orang. Baginya kejujuran lebih utama dari sekedar memperoleh kekuasaan, bukan demi memperoleh kekuasaan lalu  menghalalkan segala  cara. 
Bagi pemimpin jenis ini, tiada yang lebih diutamakan selain rakyatnya, baginya makna terdalam dari hidupnya adalah menyatukan dirinya dengan rakyat yang dipimpinnya, hanya rakyatnya yang penting, yang utama, yang ujung dari segala ujung tujuan kepemimpinannya. Karenanya pekerjaan utama pemimpinjenis ini adalah meninggikan dan mendahulukan kehendak rakyatnya diatas segalanya, bahkan ia akan rela melakukan atau mengorbankn apa saja demi rakyat kemakmuran rakyat  yang dicintainya.
Saya kira tidak mungkin rakyat dapat belajar hidup sederhana kalau para pemimpinnya berlomba mengejar kemewahan, tidak mungkin rakyat dapat hidup sejahtera bila para pemimpinnya tidak menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai orientasi kepemimpinannya. Intinya, untuk mendapatkan kepercayaan rakyatnya, seorang pemimpin mesti menunjukkan keteladanan, kearifan, ketinggian akhlak dan kelembutan hati, juga berprilaku jujur, hidup sederhana dan jauh dari berbagai bentuk kemewahan. Saatnya para pemimpin belajar banyak, karena rakyat telah mengalami banyak.