Selasa, 23 Oktober 2012

ELEXIR CINTA



*
Dalam kamus kimia, elexir adalah suatu zat yang dapat mengubah suatu unsur ke unsur lainnya, misalnya seseorang yang ingin mengubah tembaga menjadi emas, dia pasti menggunakan zat elexir. Karena cinta juga mempunyai daya transformasi yang dapat mencairkan, memadukan,  menyempurnakan dan mengubah substansi atau sifat sesuatu secara drastis dan sempurna, maka kaum sufi menyebut cinta sebagai elexir.
Adalah Saqiq Al-Balqi (seorang pendekar cinta dijamannya) yang melukiskan kekuatan cinta secara manis, dia bersenandung “wahai cinta yang mengubah tembaga menjadi emas, yang mengubah pahit menjadi manis, yang mengubah lelah menjadi lezat, yang mengubah pengecut menjadi pemberani, yang mengubah si kikir menjadi dermawan….wahai cinta yang menjadikan hati sebagai hati, tanpamu hati ini bukanlah hati, ia hanyalah segenggam lempung tak bermakna, bila engkau tiada kamipun tanpa gembala, bila engkau tiada kamipun bingung hendak kemana, bila engkau tiada kamipun kehilangan gelak tawa, bila engkau tiada kamipun bak air mengalir tanpa muara.
Ayam betina akan melipat sayapnya bila ia  sendirian, ia tidak akan bersuara  dihadapan seorang bocah lemah sekalipun, ia terlihat santai mencari makanan untuk dirinya sendiri, bila ada kemungkinan bahaya, iapun berlari kencang menghindarinya. Tetapi bila ayam itu mempunyai anak, cinta  akan mengambil tempat di pusat  eksistensinya dan karakternyapun berubah 180 derajat, sayap yang tadinya dilipat, kini diturunkan untuk siap siaga membela diri, suaranya berubah lantang dan bila ada kemungkinan bahaya, ia akan menyerang dengan gagah berani. 
Baginya seseorang boleh saja mengancam dirinya, tetapi bila sang tercinta yang terancam, ia akan rela korbankan apa saja untuk membelanya, termasuk nyawanya sekalipun. Cinta membuat hewan yang tamak yang semula egois berubah menjadi dermawan yang memanggil anak anaknya bila menemukan makanan, ia akan sanggup tabah dan sabar menghadapi lapar, kurang tidur, capek atau  kesulitan apapun demi keselamatan sang anak, bila mendengar anaknya menangis atau dalam bahaya, ia akan bergerak bagai kilat untuk melindunginya. Cintalah yang mengubah si penakut menjadi pemberani.
Cinta mampu menampilkan pelbagai kekuatan dahsyat yang terpendam, ia merupakan ilham yang dapat mengeraskan kemauan dan tekad dan bila cinta bangkit menuju aspeknya yang tertinggi, ia berubah menjadi mukjizat dan keajaiban, dengan cinta seseorang dapat menggapai sesuatu yang tidak dapat digapai oleh  cara lain, apa yang imposibel bagi cara lain, adalah sangat posibel bagi cinta.
Cinta berkuasa menyempurnakan jiwa, mencabut sifat dendam dan dengki dan menggantinya dengan gairah, kedamaian, kekuatan kasih sayang serta kebulatan tekad, cinta akan menghapus kelemahan, kekikiran, kejengkelan dan kebosanan, ia juga dapat menghilangkan kebingunan yang dalam QS. 91 : 10 disebut dassa, cinta  dapat meluaskan eksistensi dan mengubah titik fokus dalam wujud manusia. Bila kasih sayang pada sesuatu mencapai puncak intensitas hingga menaklukkan eksistensi dirinya dan menjadi penguasa mutlak atas wujudnya, maka itulah yang disebut cinta sejati.

**
Cinta membuat daya tangkap lebih tajam, dan konsentrasi lebih fokus, dengan hipnotis cinta membuat semuanya menjadi indah bahkan yang hitam dapat menjadi putih, lihatlah kisah Laila dan Majnun yang sangat masyhur itu, konon kedua mahluk itu saling mencintai hingga tergila-gila.  Majnun bersyair “sekelompok orang menghina Laila karena kulitnya hitam, namun bagiku seandainya minyak misik itu tidak hitam, maka nilainya tidaklah tinggi”.
Harun Ar-Rasyid penasaran melihat cinta Majnun, maka ia ingin tahu seperti apa Laila itu, ia terperanjat tatkala melihat  gadis pujaan Majnun hanyalah seorang wanita sahara berkulit hitam, lalu ia memanggil Majnun dan bertanya, hai Majnun apa yang membuatmu memuja Laila, apa keistimewaan dia, bukankah dia hanya seorang gadis gunung yang hitam legam ? Majnun menjawab, anda melihatnya dengan penglihatan anda, dan saya melihatnya dengan penglihatan saya, bagi ku Laila adalah yang tercantik, Wahai paduka, jika anda menempati mataku, maka paduka tidak akan melihat siapapun  kecuali  Laila.
Namun demikian,  cinta itu jangan hanya diatas namakan, sebagaimana di dunia barat yang menjadikan kata itu sebagai justifikasi untuk sejumlah besar tindakan biadab mereka. Dzauq, isyq, bashirah , mukasyafah, ru’ya dan semacamnya bukan hanya catch word yang mesmeric (menyihir sampai melumpuhkan) melainkan mesti memiliki algoritme yang teridentifikasi. Begitu juga kecintaan seseorang kepada sesuatu  yang disebabkan oleh faktor kenikmatan dan kegunaannya semata seperti kecintaan manusia pada harta atau lain jenisnya, sejatinya bukanlah disebut cinta, melainkan pemanfaatan dan manefestasi egoisme yang dikemas atas nama cinta. Cinta yang sesungguhnya adalah mencintai sesutu karena sesuatu itu layak dicintai, mencintai keindahan karena keindahan itu  semata mata indah.
Cinta sejati bagi sang pencinta bukan saja sebagai sarana tempat berkeluh kesah, berbagi rasa dalam suka dan duka atau media yang selalu menghiburnya dikala kepenatan mulai datang, tetapi lebih dari itu dia juga berperan sebagai stabilizer bagi letupan letupan emosi kemanusiaannya, dia ibarat stavolt yang mengatur tinggi rendahnya tegangan pada listrik atau ibarat jantung yang memacu darah mendistribusikan makanan kesemua organ tubuh.
Cnta sejati, --bila meminjam bahasa psikologi komonikasi—adalah model  kecintaan internalitatif dan kecintaan identifikatif, yakni model kecintaan yang didalamnya terdapat pengabdian dan kepatuhan sejati, model kecintaan seperti itu mendorong si pencinta bukan saja ingin meniru semua karakteristik dan kepribadian yang dicinta, tetapi juga ingin menjadi foto copy dari sang tercinta tersebut, bukan saja ingin menyerap nilai nilai  sang tercinta tetapi juga ingin menjadi nilai itu sendiri, bukan saja to be like him  tetapi juga to be him.
Maka para pencinta sejati akan menjadi orang yang paling banyak menyerap sifat sifat sang dicinta, bila ia mencintai Allah, dia akan banyak menyerap sifat sifat Allah, Logikanya sama dengan teori penyerapan pada umumnya, yakni bila seseorang dekat dengan sesuatu ia akan menyerap sifat sesuatu tersebut, bila seseorang dekat dengan api, tubuhnya tentu akan panas seperti sifat api, bila ia terbenam dalam salju, tubuhnya akan dingin seperti sifat salju, oleh karena itu sangat logis bila para pencinta Allah akan mempunyai kesamaan sifat dengan Allah, seperti pengasih, penyayang, berprilaku terhormat, memiliki kebesaran jiwa, kreatif dan inovatif, pemaaf, pemurah dsb sebagai hasil penyerapan dari sifat Allah Ar-Rahman, Ar-Rahim,  Al-Aziz,  Al-Mutakabbir,  Al-Kholiq,  Al-Ghaffar, Al-Wahhab, dst.

***
Orang-orang yang mencintai Allah adalah para ahli dzikir yang mendekati Allah dengan cinta, menghadapi hidup dengan cinta dan menyandarkan penghayatan keagamaan mereka juga dengan cinta, mereka adalah Hum qoumun aatsarahumullohu ‘alaa kulli syai’in, komonitas yang mendahulukan Allah diatas segalanya sehingga Allah pun mendahulukan mereka diatas segalanya.  Hum qoumun al akhdzu bil haqoiq wal ya’su mim maa fii aidil kholiq, komonitas yang mengambil hakekat kehidupan dengan membuang segala bentuk kepalsuan yang ada pada selain Allah. 
Mereka merupakan prajurit prajurit cinta yang istiqomah menjadikan hatinya sebagai qolbul khosi’ lidzikrillah sehingga basyariahnya, dlomirnya dan fuadnya berfungsi dengan baik dalam kehidupan kesehariannya. mereka merupakan sedikit golongan yang dengan kekuatan cinta dan dzikirnya mampu membangun secara menakjubkan “hati” masyarakat menjadi “qolbun salim”. Merekalah para insan yang telah berhasil menacapai pemahaman sempurna tentang hakekat kehidupan, mereka melampaui sekat sekat perbedaan, mereka telah menemukan esensi kehidupan yang sebenarnya, mereka tidak terkungkung lagi oleh macam macam formalitas, bagi mereka perbedaan dan keberagaman bukanlah yang utama, karena dibalik itu ada yang lebih utama yaitu  Allah swt.
Kemajemukan fenomena alam semesta  hakekatnya merupakan tajalli atau penampakan asma asma Allah yang amat indah, tak satupun realitas  di muka bumi ini yang terlepas dari upaya penyerahan diri kepada sang kholiq, mereka semua bertasbih untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepadaNya tanpa reserve. Imam syafi’i menyebutkan “semua relitas kehidupan adalah syarah bagi assunnah, sedangkan semua assunnah merupakan syarah bagi alqur’an, dan semua isi alqur’an adalah syarah bagi asmaul husna, sedangkan semua asmaul husna merupakan syarah bagi al ism al a’dzam Allah.  Maka bila anjing saja disebut beruntung karena mencintai ashabul kahfi, bagaimana mungkin seseorang tidak akan beruntung bila mencintai ahli dzikir pencinta  kekasih Allah swt.

Tidak ada komentar: