Senin, 22 Oktober 2012

KENAPA KITA GEMAR MEMFITNAH




Oleh : Ust. Hefni Zain, S.Ag, MM

Muqoddimah
Suatu ketika,  Midun (ustad kampung yang istiqomah ngopeni para bocah belajar ngaji) dilapori beberapa sahabatnya bahwa di suatu kesempatan kiai fulan menuduh Midun dengan isu yang menyakitkan, karena sebagian besar elemen masyarakat masih bertipe agraris tradisional, dimana budaya gosip atau rasan-rasan (membicarakan aib orang lain) menempati posisi  dominan dalam pola hidup kesehariannya, maka tidak sedikit orang yang bertanya-tanya tentang isu tersebut.
Mendengar itu, Midun berkata “sahabatku, jika isu yang ditujukan padaku itu benar, aku berdoa semoga Allah mengampuniku dan merubah prilakuku,  tapi jika isu yang dituduhkan padaku tidak benar dan hanya negative campaign atas dasar dendam dan kebencian, maka aku berdoa semoga Allah mengampuni si fulan dan memberi petunjuk agar merubah perangai dia yang gemar menyebar gosip. Midun lalu menjelaskan detail soal isu yang dialamatkan kepadanya, setelah mendapat penjelasan, para sahabat Midun dengan haru menimpali “Sesungguhnya kiai Fulan itu telah menuduh anda dengan sesuatu yang dia belum mengerti sepenuhnya,  Dia kesana kemari telah membicarakan anda dengan informasi invalid”. Karena itu maukah anda memaafkan kiai Fulan ?, kendati sifat beliau sering khilaf (Madura : helap), beliau kan muslim juga ?. Dengan senyumnya yang teduh Midun mengatakan, sebelum dia minta maaf, saya sudah memaafkan dia, sebab saya tahu, dia melakukan hal itu karena ketidak tahuannya semata dan dihati saya sudah tidak ada tempat untuk menbenci seseorang.
Peristiwa diatas mengajarkan beberapa hal kepada kita semua, Pertama, bahwa tidak semua orang yang diisukan nigatif itu, lantaran yang bersangkutan berbuat kesalahan, bisa jadi karena informasi yang diperoleh penyebar isu itu sepotong dan tidak valid. Kedua, siapapun yang terkena isu mesti berjiwa besar memaafkan kejahilan orang lain, bukankah Rasululloh saw telah mengajarkan hal itu. Ketiga, berita yang akan disampaikan kepada orang lain harus dilandasi pengetahuan yang lengkap, data akurat  yang sebelumnya dicross chek (tabayyun) kepada yang bersangkutan, bukan sekedar reaksi emosional  atas dasar dendam atau dislike pada target isu. Keempat, Siapapun harus menghargai keterbukaan untuk menerima teguran atau kritikan dari orang lain, toh bila ada hak kritik, maka ada juga hak jawab untuk klarifikasi. Kelima, kita sebaiknya tidak hanya pandai mengkritik orang lain, tapi juga pandai mengkritik dirinya sendiri. Jangan sampai yang mengkritik justru lebih jelek daripada yang dikritik. Keenam, dalam hal berita, kita mesti melihat apa yang diberitakan bukan siapa yang memberitakan (ma qol bukan man qol), sebab ditengah rusaknya kontruk epistiologis, kiai belum tentu kiai, bisa juga ia seorang pendendam, pemberang dan culas, tokoh belum tentu tokoh, bisa juga ia seorang profokator yang penuh nafsu, panutan belum tentu panutan, bisa juga ia seorang penunggang dan kita dijadikan kudanya. Ketujuh, falsafah tantangan kehidupan laksana memanjat pohon yang tinggi, semakin bergerak keatas semakin kencang hembusan angin yang menerpanya, seseorang yang bertekad meraih prestasi menjulang harus bersiap diri menghadapi hembusan angin nan kencang. Ketika program telah dirancang matang, maka jalankan dengan serius dan konstan tanpa perasaan ragu atau plin plan, agar tidak terombang-ambing dalam kekalutan. Dalam Al-Qur’an disebutkan“ … mereka dengki kepada orang itu lantaran Allah mendatangkan karunia kepadanya  “(Qs.4:54). 
B. Isu tidak selamanya benar.
Adakalnya isu yang disebar seseorang bukan karena yang diisukan telah berbuat kesalahan, melainkan direkayasa agar terbentuk opini dan image nigatif  publik terhadap target isu. Hal yang demikian biasanya dilakukan oleh mereka yang di hatinya ada penyakit, Bagi orang jenis ini, memfitnah dan mencemarkan nama baik orang lain adalah hoby yang mendatangkan kepuasan psikologis, mereka adalah maniak fitnah. Mereka senang jika orang lain menderita dan menderita jika orang lain senang.  Orang yang seperti ini sesungguhnya sedang mengidap penyakit  xeno-phobia (takut kalah pada yang lain), mereka beranggapan jika orang tersebut dibiarkan berkembang, maka akan menjadi ancaman serius bagi dirinya. Jadi mereka  orang orang yang sebenarnya memang tidak mantap dengan dirinya sendiri.
Islam melalui beberapa teks sucinya telah memperingatkan kita ,  antara lain : “Takutlah kalian terhadap prasangka, sesungguhnya  prasangka itu sedusta-dustanya omongan, jangan kalian meneliti kesalahan orang lain, Jangan pula berlomba  membicarakannya atau mendengarkannya. Setiap muslim haram atas muslim yang lain  darahnya dan kehormatannya“ (HR. Bukhari muslim). “Barang siapa yang menutup aib orang lain, maka Allah akan menutup aibnya dihari kiamat. dan siapa yang  gemar membuka aib orang lain, maka Allah akan  membuka aibnya dihari kiamat kelak”  (HR Muslim).  Orang orang yang menyakiti (memfitnah) muslimin muslimat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Ahzab : 58)
Pada saat awal-awal  Rasululloh saw mensyiarkan Islam, para brandalan qurays Mekkah melakukan segala cara untuk menyingkirkan Rasul, mereka sadar jika ajaran yang dibawa Rasul dibiarkan berkembang, maka cepat atau lambat akan mengancam kedudukan dan kepentingan status que mereka yakni kebiasaan membodohi masyarakat dengan menjadi raja-raja kecil, maka mereka  terus berusaha menghancurkan reputasi Rasul dengan menyebarkan isu bohong. 

C. Balaslah keburukan dengan kebaikan.
Memang bagi sebagian orang, kesuksesan yang diraih orang lain seringkali menimbulkan rasa iri dan dengki, mereka tidak senang melihat orang lain berhasil. Dilukiskan dalam Al-Qur’an “ … mereka dengki kepada orang itu lantaran Allah mendatangkan karunia kepadanya  “(Qs.4:54). Jika di identifikasi  paling tidak ada beberapa pihak yang bersemangat membesar besarkan isu, antara lain : 1), Pihak yang sejak awal iri hati karena merasa dilampaui 2), Pihak yang menyimpan dendam lama. 3), Pihak yang memang senang melihat orang lain susah & susah melihat orang lain senang. 4), Pihak yang memang hoby menyebarkan isu meskipun tanpa target yang jelas.
Dalam merespon fitnah, kita hendaknya menjalankan apa yang diperintahkan Nabi saw dalam haditsnya “maukah kalian Aku tunjukkan hal hal yang menyebakan kalian diangkat derajatnya oleh Allah ? na’am kata para sahabat, Nabi melanjutkan, engkau maklumi orang yang mengejek dan menentangmu, engkau maafkan orang orang yang mendholimimu, engkau berikan rizkimu pada orang yang mengharamkan hartanya untukmu dan engkau sambungkan tali persaudaraan dengan orang yang memutuskannya denganmu (Hr. Ahmad).
Midun adalah teladan, menolak kejelekan dengan kebaikan adalah watak dasar Midun, semakin banyak yang memfitnah dirinya,  Midun semakin senang, tenang dan tentram,  fitnahan orang baginya merupakan sarana untuk mempercepat penghapusan dosa dosa oleh Allah swt, Midun menganggap ketika orang mengecam dirinya itu pertanda bahwa orang tersebut cinta kepadanya, saya lebih senang dikecam dari pada disanjung ucap Midun saat itu, menurutnya sejarah membuktikan tidak sedikit tokoh besar yang jatuh oleh sanjungan, tetapi seseorang akan melejit dan terpacu dengan celaan, maka celaan bagi Midun merupakan sebuah nikmat.
Walhasil, andai anda diisukan nigatif oleh orang lain, bukan lantaran anda keliru, maka bersyukurlah, karena hal itu menandakan bahwa anda memiliki kelebihan daripada mereka. Sudah saatnya semua orang belajar menolak keburukan dengan kebaikan, membalas makian dengan salam, hal tersebut jauh lebih utama ketimbang membalasnya dengan hal yang sepadan.  Dalam (Qs.41 : 34) dijelaskan “ Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklak kejahatan itu dengan cara yang lebih baik….”.   Bila kita mampu menolak keburukan dengan kebaikan, membalas tuduhan dengan kesabaran dan doa keselamatan, maka kita dijanjikan oleh Allah masuk sorga dan malaikat menyambut kita dengan sapaan “Salamun alaikum bima shobartum” (salam sejahtera atas kalian, berkat kesabaran kalian).
Prinsip inilah yang menjadikan kehidupan Midun tidak pernah membenci siapapun, termasuk orang-orang yang mendholiminya sekalipun, sebab kecintaannya kepada Allah dan RasulNya telah menjadikan hati Midun meruah dan lapang dengan cinta dan marhamah, sehingga tidak menyisakan dihati Midun tempat  untuk menbenci siapapun.

Tidak ada komentar: