oleh : Hefni Zain
A. Pendahuluan
Kemiskinan merupakan masalah universal yang
dihadapi semua bangsa di dunia. Dan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia ,
kemiskinan dan keterbelakangan merupakan masalah besar yang sangat mendesak
untuk segera mendapat penanganan serius. Kendati kemiskinan tidak bisa secara
absolut dihilangkan, karana merupakan sebuah realitas yang selalu ada dan
berkekalan dengan kehidupan masyarakat,
akan tetapi upaya-upaya mengatasinya senantiasa merupakan keharusan semua
pihak, terutama pemerintah, sebab jika tidak, ia akan membawa implikasi nigatif
yang bereskalasi luas, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial, baik dalam konteks bermasyarakat maupun konteks bernegara.
Salah satu implikasi signifikan dari kemiskinan
dan keterbelakangan adalah komonitasnya akan sangat rentan terkontaminasi
keresahan, kesenjangan dan kecemburuan sosial, yang pada gilirannya akan
memunculkan anarkhisme, kriminalitas dan
kekacauan lainnya. Kasus kemanusiaan di singkawang, palangkaraya, pontianak dan
sampit beberapa tahun yang lalu adalah contoh nyata dari pelampiasan emosional
karena kecemburuan sosial ekonomi, lebih-lebih jika kemiskinan dihadapkan
secara kontras dengan kemewahan, artinya tatkala rakyat jelata terus mengalami
nasib yang mengenaskan karena harga sembako kian melambung sebagai dampak dari
kenaikan BBM, sementara disisi lain para pejabat terus berfoya-foya dengan uang
hasil korupsi, apalagi mereka terus berusaha menaikkan gaji dan tunjangannya
ditengah megap megapnya rakyat jelata, maka sangat normal bila yang
bersangkutan mengalami keresahan dan kecemburuan.
Demikian juga
bila seorang sarjana yang pandai harus bertahun-tahun menjadi
pengangguran dan sulit mendapat pekerjaan karena tidak punya relasi untuk
nepotisme atau tidak punya uang untuk melakukan suap, sementara tetangganya
yang bodoh karena “ada jalur” bisa memegang puluhan jabatan sekaligus, maka
aneh kalau yang bersangkutan tidak resah. Inilah yang kemudian menjadi salah
satu embrio terjadinya tindak kriminalitas, anarkhisme dan kerusuhan di
berbagai tempat.
Karana itu sah saja seseorang menjadi konglomeret
atau memegang lusinan jabatan sekaligus, tetapi mereka harus memperhatikan
persepsi orang lain terhadap dirinya. Jika yang kaya bisa terus bertambah kaya,
maka tidak bisakah yang miskin sedikit maju meninggalkan kemiskinannya? Saya yakin
kecemburuan sosial akan dapat diminimalisisr jika orang kaya punya kepedulian,
sensitifitas dan solider terhadap yang lemah, sebab dengan begitu yang lemah
juga akan malihat si kaya sebagai pelindung. Tetapi jika orang kaya tetap
individualis, cuek dan hanya menggunakan teori “bento” sebaimana lirik Iwan
Fals ”wajahku ganteng, banyak simpanan, sekali lirik oke sajalah, yang penting
aku senang, aku menang, persetan orang susah karena aku….. “ maka munculnya
kerusuhan sosial sesungguhnya hanya tinggal menunggu waktu.
Betapa banyak kita saksikan anak–anak bangsa yang
punya potensi cemerlang terpaksa drop out dari sekolahnya karana kekurangan
biaya, betapa banyak wanita baik–baik terpaksa menjadi pelacur hanya untuk
mempertahankan hidupnya, dan bahkan tidak sedikit orang Islam yang mengorbankan
iman dan agamanya untuk ditukar dengan beras, super mie atau gula. Inilah makna
dari “kaadzal fakru ayyakuuna kufran”
(kefakiran akan dekat dengan kekufuran). Demikian dahsyatnya implikasi dari
kemiskinan itu, sehingga Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan “seandainya
kemiskinan itu berwujud manusia, niscaya aku yang pertamakali akan
membunuhnya”.
B. Faktor Penyebab kemiskinan
Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Pertama, Al-Qur'an melukiskan terjadinya kemiskinan disebabkan oleh
banyaknya orang kaya yang lalai menyampaikan hak-hak orang miskin yang
dititipkan oleh Allah kepada mereka. Dalam sebuah Hadits yang diwiwayatkan
Tabrani, Nabi saw bersabda :”sesungguhnya Allah mewajibkan atas orang–orang
kaya untuk mengeluarkan harta mereka seukuran yang dapat memberikan keluasan
hidup bagi orang – orang miskin. Dan tidak mengalami kesengsaraan orang – orang
miskin, kecuali karena perbuatan orang – orang kaya. Sesunggguhnya Allah akan
meminta pertanggung jawaban orang – orang kaya itu dengan pengadilan yang
berat”.
Ibnu
Hazm, dalam Almuhalla : 159 dengan ekstrim mengatakan bahwa kemiskinan hanya
dapat diatasi dengan kesediaan orang kaya memberikan hak orang miskin yang
diamanatkan oleh Allah SWT. kepadanya. Karana itu Allah menegaskan dalam QS.
57:7. “Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya”. Dalam ayat
lain Allah berfirman ”sesungguhnya Allah
menyuruh kamu sekalian menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”.
Kedua, Islam memandang
kemiskinan adalah sebagai akibat dari system sosisal ekonomi yang timpang,
yakni tidak adanya keadilan dan pemerataan. Memang
banyak pihak yang selalu meneriakkan pengentasan kemiskinan tapi pada waktu
yang sama mereka sendiri melakukan pemiskinan terhadap orang-miskin. Realistasnya hampir setiap hari kita
menyaksikan betapa banyak para pengemis meminta-minta disepanjang jalan raya,
sementara manusia yang lalu lalang mengacuhkannya atau kita akan bertanya
kenapa para buruh mendapat upah yang
sangat rendah, padahal mereka sudah bekerja keras dari pagi sampai petang? Kenapa para abang
becak yang nafkahnya semakin terdesak terus menghadapi ancaman penggusuran
hanya demi keindahan kota ?
Kenapa koruptor kelas kakap, dengan hanya alasan kesehatan, penahanannya dapat
ditangguhkan, sementara pencuri ayam langsung disiksa oleh petugas tanpa
basa-basi dan tanpa proses pengadilan?
Karena
itu bagi Islam keadilan dan pemerataan adalah kunci dari upaya pembebasan
masyarakat dari problem kamiskian. Allah berfirman dalam al-Qur'an :”sesungguhnya
Allah menyuruh kamu berlalu adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu, agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS.
16:90).
Ketiga, lemahnya solidaitas
sosial juga merupakan salah satu faktor dominan penyebab terjadinya kemiskinan.
Ibnu Qoyyim ketika berbicara tentang strategi iblis dalam menjebak manusia
menyebutkan bagi menusia tertentu iblis menyesatkan manusia dengan manawarkan
ibadah yang utama tetapi melalaikannya dari ibadah yang lebih utama. Banyak
oarng kaya yang dengan khusu’ bertahajjud berjam–jam diatas sajadahnya,
sementara disekitarnya tak terhitung tubuh-tubuh layu kelaparan dan kekuangan
gizi. Tidak sedikit oang menghabiskan jutaan rupiah untuk upacara keagamaan,
disaat ribuan orang sakit menggelepar menunggu maut karena tidak dapat
membaayar biaya berobat. Padahal nabi saw telah bersabda “ tidak termasuk kemompok ku barang siapa yang tidak mempehatikan urusan
kaum muslimin” (Hr Tabrani dan al hakim), Yang lebih tegas lagi sabda nabi
saw adalah “serahkanlah sedekahmu sebelum
datang suatu masa dimana ketika engkau berkeliling menawarkan sedekahmu,
orang-orang miskin menolaknya, seraya betkata hari ini kami tidak butuh
bantuanmu, yang kami butuhkan adalah darahmu” (Hr. Tabrani)
Disamping
factor-faktor diatas, sikap malas, fatalis, tidak mau bekerja keras dan sikap
boros juga merupakan penyebab terjadinya kemiskinan. Karena itu Allah selalu
menganjurkan dan memotivasi manusia agar terus berusaha dan tidak gampang
berputus asa, salah satu dorongan Allah agar manusia terus berusaha adalah
lewat firmanNya yang menyebutkan ” Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum
itu sendiri yang berusaha untuk merubahnya”.
C. Cara Islam mengatasi
kemiskinan
Islam
sejak awal telah menunjukkan komitmennya yang kuat untuk membebaskan manusia
dai problem kemiskinan. Hadits nabi yang menggambaarkan bahwa yang memberi
adalah lebih utama dari yang mererima, tangan diatas adalah lebih mulia dari
tangan yang dibawah, menyiratkan secara tegas agar umat Islam memilih jadi
pemberi dari pada menjadi penerima. Dan bahkan teks-teks suci yang berbicara
mengenai anjuran berbuat adil, anjuran menyampaikan amanah, anjuran
mengeluarkan zakat, infaq atau shadaqoh, juga larangan memakan harta dengan
jalan yang bathil, riba dan sejenisnya adalah bukti nyata dari betapa kometmen
Islam menyiapkan konsep dan paradigma pembebasan manusia dari kemiskinan.
Langkah
konktrit Islam dalam mengentas kemiskinan selain bersifat teoritis sebagaimana
dideskripsikan diatas, juga bersifat praktis sebagaimana dicontohkan Nabi
saw dalam pola kehidupan sehari-harinya, yakni pertama dengan membangkitkan harga diri kaum miskin dengan cara
memilih hidup bersama mereka atau ditengah mereka. kedua Rasulullah memilih hidup seperti mereka, saking akrabnya
dengan mereka nabi saw sering disebut “habibul fuqoro’ wal masakin”. Jadi untuk membebaskan seorang dari
kemiskinan, tidak saja potensi eksternal yang dikembangkan, tetapi juga potensi
internal, terutama mengenai mentalitas harus juga dipersiapkan.
Alhasil
semangat dari dalam yang kuat untuk berubah, ditambah kesadaran dan solidaritas
yang kokoh dari pengemban amanah untuk menyampaikan amanahnya, adalah “kata
kunci” pogram pengentasan kemiskinan. Sebagaimana WS Rendra melantunkan
sajaknya “orang-orang miskin, orang-orang
dijalanan, yang tinggal di kolom jembatan, yang kalah dalam pergulatan, yang
diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar