Ust.Hefni
Zain
I
Tasawuf adalah sebuah elemen penting dalam islam, bagi sebagian
orang bentuk bentuknya kerapkali dianggap tak lazim dan ide idenya acapkali
dianggap sulit dicerna, tetapi bagi kaum sufi sendiri, tasawuf dipilih sebagai
jalan menerobos masuk ke sisi terdalam dari religiusitas islam, sebab mereka kurang puas dengan bentuk penghayatan
agama yang bersifat formalistik.
Cinta merupakan karakter utama yang mencirikan kehidupan para sufi,
mereka menghadapi hidup dengan cinta, mendekati Allah dengan cinta dan menyandarkan
penghayatan keagamaan mereka juga dengan cinta. Sungguh cinta karena Allah
merupakan bagian dari ikatan iman yang paling mendasar dan kokoh, cinta
merupakan jembatan yang dibentangkan Allah kepada manusia, maka tidak ada jalan
yang lebih mempercepat wushul ila Allah kecuali jembatan cinta.
Mendekati Allah dengan cinta adalah sesuatu
yang paling utama, sebab dengan cinta seseorang dapat menurunkan rahmat Allah
yang tidak dapat diturunkan dengan wasilah lain. Allah tidak dapat dijangkau
dengan pandangan mata kepala, sebagaimana firmanNya “la tudrikuhul absaar”, tetapi sangat mungkin dijangkau dengan mata
hati dan cinta, sebagaimana ditegaskan para sufi “ kulihat Tuhanku dengan mata
hatiku dan cintaku, maka akupun berkata tidak disangsikan lagi yang Engkau itu
adalah Engkau Tuhan.
Sebuah syair melukiskan “Allah menyeru
kepada hambanya, kenalilah diriKu dengan cintamu, maka Akupun akan mengenali
dirimu dengan cintaKu, bila engkau telah mengenaliKu dengan cintamu dan Aku
telah mengenalimu dengan cintaKu, maka diriKu ada dalam dirimu dan dirimu ada
dalam diriKu, dirimu dan diriKu satu dalam cinta”. Maka dalam konteks cinta tidak ada lagi aku dan engkau,
bila masih ada aku adalah aku dan engkau adalah engkau, belumlah ia sampai pada
inti cinta sejati.
Allah
pernah berfirman kepada nabi musa as
“Beruntunglah kaum yang menyembahKu karena cintanya padaKu, menjadikanKu tuhan
mereka (almahbub), menghabiskan malam dan siangnya untuk beribadah padaKu, memfokuskan semua perhatiannya padaku
dengan cara memutuskan segala sestau selain aku”.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan “barang siapa yang menjadikan
tujuannya hanya kepada Allah semata, niscaya Allah akan mengatasi segala
problemnya yang lain”. Dalam riwayat lain juga
disebutkan ﺀﻲﺸ ﻝﻜ ﻪﺑﺣ ﺍ ﺍﺩﺑﻋ ﷲﺍ ﺐﺤ ﺍ ﺍ ﺫ ﺇ “apabila Allah mencintai
seorang hamba, maka hamba itu akan dicintai oleh segala sesuatu.
II
Suatu hari Robi’ah Adawiyah berlari melintasi kota basrah, satu tangannya membawa
ember berisi air dan tangan yang satunya membawa obor yang menyala, seseorang
bertanya, Rabiah, apa yang hendak engkau lakukan? Aku ingin menyiram neraka dan
membakar surga sehingga keduanya lenyap dan tidak ada lagi orang yang menyembah
Allah karena takut akan neraka atau mengharap sorga, melainkan semata mata demi
keindahanNya. Lalu Robi’ah ditanya
orang, apakah engkau mencintai Allah yang maha agung ?, ya, aku sangat
mencintainya jawab Robi’ah, orang itu bertanya lagi, apakah engkau menganggap
syetan sebagai musuhmu? Rabi’ah menggeleng “tidak”. Si penanya heran, kenapa begitu? Rabi’ah dengan seirus
menjawab, rasa cintaku kepada Allah telah begitu menguasaiku sehingga tidak
menyisakan tempat dihatiku dan tidak ada lagi kesempatan dihatiku untuk
mencintai atau membenci siapapun.
Dalam sebuah doanya Rabiah Adawiyah
berseru, Yaa Allah jika aku menyembahmu karena takut neraka, bakarlah aku
kedalamnya, dan jika aku menyembahmu karena tamak sorga, campakkan aku darinya,
namun jika aku menyembahmu demi engkau semata, maka janganlah engkau enggan
memperlihatkan keindahanMu yang abadi padaku.
Cinta yang sempurna adalah datang dari pencinta yang tidak berharap
apapun bagi dirinya, bagaimana mungkin engkau menginginkan pemberian ketika
engkau sudah memiliki sang pemberi, maka
seseorang bisa disebut bertasawuf cinta ketika ia menyingkirkan semua yang ada
di kepalanya, memberikan semua yang ada ditangannya dan tidak takut terhadap
apapun yang menimpanya, sufi cinta adalah mereka yang melihat dalam satu arah
dan hidup dalam satu jalan, sebab yang utama bukanlah yang menempuh banyak
jalan, melainkan yang memilih jalan efektif untuk sampai pada tujuan, cinta dan
taqwa kepada Allah adalah jalan yang
efektif untuk wushul ila Allah.
Diantara tanda tanda cinta hamba terhadap Allah adalah hatinya
selalu bersih dan dipenuhi keyaqinan yang mantap, lisannya selalu diserta
pujian, matanya selalu disertai rasa malu dan tangis, kehendaknya selalu diisi
dengan meninggalkan kehendaknya, ia mendahulukan apa yang disenangi Allah
diatas segalanya, dirinya selalu ridlo atas semua keputuasan Allah, ia merasa nikmat dalam taat dan ibadah kepada
Allah. Pendekar cinta adalah mereka yang merasa kaya dalam kemiskinan, yang
menjadi tuan dalam penghambaan, yang merasa kenyang dalam kelaparan, yang
merasa hidup dalam kematian, dan yang merasa manis dalam kepahitan.
Bila seseorang telah tenggelam dalam lautan
cinta ilahi maka tidak ada sesuatupun yang dapat mempengaruhi keperibadiannya.
Adakah orang yang telah merasakan manisnya cintaMu masih menginginkan penggati
selainmu, adakah orang yang telah bersanding denganmu masih mencari penukar
selainmu. Apakah gerangan yang diperoleh orang yang tela kehilanganmu, masih
adakah kekurangan bagi orang yang telah mendapatkanMu? Seseorang yang telah
mencintai Allah, dirinya tidak mudah
berputus asa terhadap rahmat Allah, mereka bersyair “demi keagunganMu duhai
junjunganku, jika engkau mengusirku, aku akan tetap berdiri di depan gerbangMu,
aku tak akan berhenti merayuMu sampai aku mencapai titik puncak ma’rifat dengan
kebaikan dan kemulyaanmu”, Maka mereka selalu merindukan ibadah kemudian
menghanyutkan diri didalamnya dan mencintai sepenuh hati dan sekujur jasadnya, ia memberikan tempat
dihatinya dan tak mempedulikan apapun yang terjadi dalam urusan dunia.
Karena itu melangkahlah lillah dan jangan hiraukan penilaian orang,
kalau kalian berbuat sesuatu hanya ingin disebut ikhlas maka itu tidak ikhlas,
demikian juga bila kalian meninggalkan
sesuatu hanya karena khawatir disebut tidak ikhlas maka itupun tidak ikhlas.
Intinya “jadilah seperti karang ditengah samudera yang kokoh menghadapi ganasnya
gelombang, atau jadilah kalian seperti ilalang yang lentur dan tidak patah oleh
beban dadakan seberat apapun.
III
Perjalanan cinta kepada Allah mesti dimulai
dengan mencintai seseorang yang paling dicintai Allah yakni Rasululloh saw,
perjalanan cinta kepada Rasululloh saw juga mesti dimulai dengan mencintai
seseorang yang paling dicintai Rasululloh saw,
yakni para ahli baitnya yang suci, para sahabat nya yang setia dan para
ulama’ serta pengikutnya yang terus konsisten memegang prinsip yang diajarkan
dan dicontohkannya, maka beruntunglah orang orang yang mencintai mereka, bila
anjing saja disebut beruntung karena
mencintai ashabul kahfi, mana mungkin seseorang tidak beruntung bila
mencintai mereka yang dicintai Nabi saw
?
Dalam hadist qudsi disebutkan ”Sesungguhnya ada hamba hambaku yang
mencintaiku dan aku mencintai mereka, mereka merindukanku dan aku merindukan
mereka, mereka memperhatikanku dan aku memperhatikan mereka, jika si fulan
mengikuti mereka akupun akan mencintai si fulan, jika si fulan memusuhi mereka
akupun akan memusuhi si fulan.
Diantara
syarat yang harus dilakukan seseorang guna mendapatkan cinta kepada
Allah, seseorang tidak cukup hanya menjalankan ibadah normatif saja, melainkan
harus melalui cinta dengan memperbanyak amalan amalan nafwafil, maka bila Allah telah cinta kepadanya, jadilah Dia
telinganya yang mendengar, matanya yang melihat, lidahnya yang berkata,
tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan, bila ia berdoa kepada Allah,
maka akan dikabulkannya, bila ia meminta perlindungan dari segala kesusahan,
maka akan dilindunginya”.
IV
Dalam sebuah hadits disebutkan “Barang siapa mencintai karena Allah,
membenci karena Allah, memberi karena Allah dan menolak karena Allah, maka
telah sempurna imannya”. Jalaluddin Rumi menegaskan “ Jika tiada cinta, dunia
akan membeku, cinta baginya adalah penaka lautan luas dan dalam, seluas dan
sedalam daya jelajah nurani manusia itu sendiri, cintalah yang semestinya
menjadi landasan ibadah seseorang kepada
Tuhannya, ia mestinya menjadi pilar bagi hubungan manusia dengan sesama atau
manusia dengan kosmik.
Cinta adalah akar dari segala kebaikan dan
keutamaan hidup manusia, tanpa cinta manusia akan saling bermusuhan satu sama
lainnya, perang adalah bentuk ekstrim dari corak hubungan manusia yang kering
akan cinta, keributan kemanusiaan adalah manefestasi dari iklim hati yang
membeku karena sepi dari gairah cinta, hati tanpa cinta adalah garang, tulisan
tanpa cinta hanya nuktak tak bermakna, puisi tanpa cinta hanyalah mbanyol dan
akal tanpa cinta adalah kebingunan
belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar