Hanya
Menuai Yang Ditanamnya.
Alkisah,
Gus Anton yang kaya dan ‘abid tetapi kikir suatu hari makan di restoran besar
bersama keluarganya, kemudian datang seorang pengemis tua meminta sedikit uang
untuk membeli sebungkus nasi, tetapi Gus Anton mengacuhkannya, si pengemis
terus menghiba agar Gus Anton membagi rejekinya. Orang orang yang melihat
menawarinya uang, namun pengemis itu bersikeras hanya ingin meminta uang dari
Gus Anton.
Karena
terdesak Gus Anton memberinya dua receh yang hanya cukup membeli sebungkus
kerupuk, setelah makan kerupuk, si pengemis merasa haus lalu menghiba lagi
dibelikan minuman oleh Gus Anton, namun Gus Anton malah pergi membiarkan si
pengemis kehausan.
Malam
harinya Gus Anton yang abid itu bermimpi,
dalam mimpinya ia merasa berada di sorga yang sejuk dan indah, tiba tiba ia merasa lapar, ia
heran ditengah keindahan sorga ia tidak menemukan sedikitpun makanan. Sesaat
kemudian, ia bertanya pada seorang pemuda yang ditemuinya, benarkah ini sorga ?
benar, jawab si pemuda.
Dimanakah berbagai makanan lezat seperti
dijanjikan Tuhan ? tanyanya lagi, di pojok sana, jawab si pemuda menunjukkan
arahnya. Tetapi sungguh aneh, di situ Gus Anton hanya menemukan sebungkus
kerupuk, karena betul betul lapar, kerupuk itupun dihabiskannya. Sesaat
kemudian tenggorokan Gus Anton didera
kehausan yang tiada tara, ia bertanya
lagi dimana saya dapat memperoleh minuman ? Si pemuda tadi mengatakan yang anda
kirimkan hanyalah kerupuk ini saja.
Andai anda juga mengirim minuman,
niscaya anda tidak akan kehausan. Yang anda tuai disini adalah apa yang anda
tanam sewaktu didunia. Gus Anton terbangun dari mimipinya, keringat membasahi
seluruh badannya, sejak itu ia menjadi seorang yang paling dermawan di
daerahnya.
Jelek tapi pintar
Al kisah disebuah dusun terpencil hidup seorang filosuf bernama Tohedi, ia berwajah jelek tetapi pintar, ia tidak memiliki
keindahan lahiriyah tetapi kaya
keindahan bathiniyah.
Suatu hari seorang cewek cantik
tetapi bodoh takjub dan tergila gila kepadanya, tetapi Tohedi tidak takjub kepada kecantikan
cewek itu. Memang ketika selera seseorang sudah sampai pada keindahan bathiniyah,
keindahan lahiriyah menjadi tidak menarik.
Cewek itu datang
kepada Tohedi menawarkan
dirinya dengan mengatakan “ Mas…I have a very good idea, bagaimana kalau
kita menikah ? dengan bersatunya ana wa antum, kelak akan lahir anak kita secantik saya dan sepintar kamu, mari kita
gabungkan dua jenis keindahan kita, ucap si cewek penuh harap !
Tanpa
diduga, si Tohedi
menolaknya dengan mengatakan “tidak, saya malah takut kelak anak kita akan sejelak saya dan sebodoh kamu”.
Takut Pada Keadilan Tuhan
Seorang santri
bertanya kepada Gus Didin (putra kiai) yang
kebetulan baru pulang dari S2 nya di Ohio
USA, konon Gus Didin disana adalah seorang
aktivis hukum dan HAM serta pejuang keadilan.
Menurut pandangan Gus Didin, apa yang paling penting dilakukan untuk mengantarkan masyarakat negeri
ini pada kesejahteraan ?, dengan mantap Gus
Didin menjawab : menegakkan supremasi hukum dan
keadilan untuk semua pihak tanpa pandang bulu, hanya dengan keadilan
negara ini akan di kasihi Tuhan.
Tetapi menurut Kiai sepuh (ayah anda) dalam pengajian tadi malam tidak
begitu, potong si santri kebingungan.
Gimana dawuh Abi, tanya Gus Didin
penasaran ?
Menurut beliau justru
yang paling kita takutkan dari Tuhan adalah keadilanNya, sebab bila
Tuhan betul betul menerapkan keadilanNya, rasanya sedikit sekali manusia yang
bakal masuk sorga. Ada hadits yang menyatakan “ tidak akan pernah masuk
sorga seseorang yang dalam hatinya ada
takabbur walau sebesar debu”, Realitasnya takabbur kita bukan sebesar
debu tapi sebesar gunung, padahal sebesar debu saja dihararamkan masuk sorga.
Ada pula hadits yang menyebutkan “ Barang siapa memasukkan sesuap makanan haram
ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama 40 hari”.
Bila sesuap saja akan tertolak amal kebaikannya selama 40 hari, lalu berapa
hari jika yang masuk ke perutnya dua
milyar suap ? Jika memperhatikan hadits hadits itu, rasanya kita semua akan
masuk neraka.
Jika Allah dengan keadilannya membalas kita dengan
balasan setimpal atau mempertimbangkan semua amal kita, maka celakalah kita,
sebab kalau kita mengandalkan amal baik kita, tentu sangat tidak cukup, amal
kita amat sedikit, itupun masih banyak virusnya, seperti riya’ dan ujub. Dalam hadits qudsi
disebutkan jika seluruh hidup manusia digunakan seluruhnya untuk berbakti dan
beramal kepada Allah niscaya itu belum sebanding dengan nikmat yang telah
diberikan Allah pada mahluknya. Dalam riwayat yang lain ditegaskan “Seorang
masuk sorga bukan karena amalnya,tetapi karena kasih sayang (rahmat) Allah
ta’ala. (Hr. Muslim)
Karena itu Rasul saw selalu berdoa “Tuhanku, ampunanMu
lebih aku harapkan dari amalku, kasihMu jauh lebih luas dari dosaku, jika
dosaku besar disisiMu, ampunanMu jauh lebih besar dari dosa dosaku. Jika aku tidak berhak untuk meraih kasihMu. KasihMulah yang pantas untuk
mencapaiku, sebab kasih sayangMu meliputi segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar