Minggu, 18 November 2012

MENAKAR DIRI LEWAT KISAH-KISAH KLASIK



Hanya Menuai Yang Ditanamnya.
Alkisah, Gus Anton yang kaya dan ‘abid tetapi kikir suatu hari makan di restoran besar bersama keluarganya, kemudian datang seorang pengemis tua meminta sedikit uang untuk membeli sebungkus nasi, tetapi Gus Anton mengacuhkannya, si pengemis terus menghiba agar Gus Anton membagi rejekinya. Orang orang yang melihat menawarinya uang, namun pengemis itu bersikeras hanya ingin meminta uang dari Gus Anton.
Karena terdesak Gus Anton memberinya dua receh yang hanya cukup membeli sebungkus kerupuk, setelah makan kerupuk, si pengemis merasa haus lalu menghiba lagi dibelikan minuman oleh Gus Anton, namun Gus Anton malah pergi membiarkan si pengemis kehausan.
Malam harinya Gus Anton yang abid itu bermimpi,  dalam mimpinya ia merasa berada di sorga yang sejuk  dan indah, tiba tiba ia merasa lapar, ia heran ditengah keindahan sorga ia tidak menemukan sedikitpun makanan. Sesaat kemudian, ia bertanya pada seorang pemuda yang ditemuinya, benarkah ini sorga ? benar, jawab si pemuda.
 Dimanakah berbagai makanan lezat seperti dijanjikan Tuhan ? tanyanya lagi, di pojok sana, jawab si pemuda menunjukkan arahnya. Tetapi sungguh aneh, di situ Gus Anton hanya menemukan sebungkus kerupuk, karena betul betul lapar, kerupuk itupun dihabiskannya. Sesaat kemudian tenggorokan  Gus Anton didera kehausan yang tiada tara,  ia bertanya lagi dimana saya dapat memperoleh minuman ? Si pemuda tadi mengatakan yang anda kirimkan hanyalah kerupuk ini saja.
Andai anda juga mengirim minuman, niscaya anda tidak akan kehausan. Yang anda tuai disini adalah apa yang anda tanam sewaktu didunia. Gus Anton terbangun dari mimipinya, keringat membasahi seluruh badannya, sejak itu ia menjadi seorang yang paling dermawan di daerahnya.

Jelek tapi pintar

Al kisah disebuah dusun terpencil hidup seorang filosuf bernama Tohedi, ia berwajah jelek tetapi pintar, ia tidak memiliki keindahan lahiriyah  tetapi kaya keindahan bathiniyah.
Suatu hari seorang cewek cantik  tetapi bodoh takjub dan tergila gila kepadanya, tetapi Tohedi tidak takjub kepada kecantikan cewek itu. Memang ketika selera seseorang  sudah sampai pada keindahan bathiniyah, keindahan lahiriyah menjadi tidak menarik.
Cewek itu datang kepada Tohedi menawarkan dirinya dengan mengatakan “ Mas…I have a very good idea, bagaimana kalau kita menikah ? dengan bersatunya ana wa antum,  kelak akan lahir anak kita  secantik saya dan sepintar kamu, mari kita gabungkan dua jenis keindahan kita, ucap si cewek penuh harap !
Tanpa diduga, si Tohedi menolaknya dengan mengatakan “tidak, saya malah takut kelak anak kita akan  sejelak saya dan sebodoh kamu”.

Takut Pada Keadilan Tuhan
Seorang santri  bertanya  kepada Gus Didin (putra kiai) yang kebetulan baru pulang dari S2 nya di Ohio USA,  konon Gus Didin disana adalah seorang aktivis hukum dan HAM serta pejuang keadilan.
Menurut pandangan Gus Didin, apa yang paling penting dilakukan untuk mengantarkan masyarakat negeri ini pada kesejahteraan ?, dengan mantap Gus Didin menjawab : menegakkan supremasi hukum  dan  keadilan untuk semua pihak tanpa pandang bulu, hanya dengan keadilan negara ini akan di kasihi Tuhan.
Tetapi menurut Kiai sepuh (ayah anda) dalam pengajian tadi malam tidak begitu, potong si santri kebingungan.  Gimana dawuh Abi, tanya Gus Didin penasaran ?
 Menurut  beliau justru  yang paling kita takutkan dari Tuhan adalah keadilanNya, sebab bila Tuhan betul betul menerapkan keadilanNya, rasanya sedikit sekali manusia yang bakal masuk sorga. Ada hadits yang menyatakan “ tidak akan  pernah masuk  sorga seseorang yang dalam hatinya ada  takabbur walau sebesar debu”, Realitasnya takabbur kita bukan sebesar debu tapi sebesar gunung, padahal sebesar debu saja dihararamkan masuk sorga. Ada pula hadits yang menyebutkan “ Barang siapa memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama 40 hari”. Bila sesuap saja akan tertolak amal kebaikannya selama 40 hari, lalu berapa hari jika yang masuk ke perutnya  dua milyar suap ? Jika memperhatikan hadits hadits itu, rasanya kita semua akan masuk neraka.
Jika Allah dengan keadilannya membalas kita dengan balasan setimpal atau mempertimbangkan semua amal kita, maka celakalah kita, sebab kalau kita mengandalkan amal baik kita, tentu sangat tidak cukup, amal kita amat sedikit, itupun masih banyak virusnya, seperti riya’ dan ujub.  Dalam hadits qudsi disebutkan jika seluruh hidup manusia digunakan seluruhnya untuk berbakti dan beramal kepada Allah niscaya itu belum sebanding dengan nikmat yang telah diberikan Allah pada mahluknya. Dalam riwayat yang lain ditegaskan “Seorang masuk sorga bukan karena amalnya,tetapi karena kasih sayang (rahmat) Allah ta’ala. (Hr. Muslim)
Karena itu Rasul saw selalu berdoa “Tuhanku, ampunanMu lebih aku harapkan dari amalku, kasihMu jauh lebih luas dari dosaku, jika dosaku besar disisiMu, ampunanMu jauh lebih besar dari dosa dosaku. Jika aku tidak berhak untuk meraih kasihMu. KasihMulah yang pantas untuk mencapaiku, sebab kasih sayangMu meliputi segala sesuatu.

Tidak ada komentar: