Oleh
: Ust.
Hefni Zain
A. Mukaddimah
Dunia kita adalah dunia laki laki. Kamus
ilmiyah menyebutnya patriarkhi atau patrimonial. Budaya kita sejak dulu hingga
kini selalu didominasi oleh para pejantan, sehingga jadilah kaum laki laki
sebagai “penguasa “ di kehidupan ini.. Budaya telah sedemikian
rupa di setting untuk membuktikan suprioritas laki laki atas perempuan, dan
tampaknya hingga saat ini terdapat fakta
yang sulit dibantah perempuan masih diposisikan
sebagai subordinat , infrior, terkungkung dan second class di bawah kaum laki laki.
Memang benar, akhir akhir ini tidak sedikit perempuan yang tenar, kaya,
menjadi tokoh dan populer. Tapi semua itu tetap dalam krangkeng kekuasaan laki
laki. Sejumlah perempuan menjadi selebritis sukses karena mereka beranii
mempertontonkan bagian dirinya yang memang disukai laki laki --meski untuk itu
mereka dirayu dengan argumentasi bahwa itu adalah seni, estetika, keindahan dan
sejenisnya--. Gelar wanita tercantik, terseksi, ratu dangdut, ratu joget, dsb,
diberikan kepada perempuan yang bersedia memperlakukan dirinya sesuai dengan
definisi yang dibuat sesuai selera laki laki. Perempuan disebut berhasil
menjadi tokoh ketika ia tampil dalam definisi laki laki. Ini adalah sebagian
contoh betapa perempuan diseret ke dalam dunia yang maskulin. Anehnya para
feminis berjuang mati matian mewujudkan kebebasan yang justru digandrungi dan
menjadi syahwat para lelaki.
Realitas ini sepertinya kurang adil, seorang pria yang play boy, penggoda dan
penghisap madu wanita disebut jantan, hebat dan perkasa. Tapi bila wanita yang
bertindak sama seperti itu akan disebut
binal, kotor dan sebutan lain yang diskriminatif. Sebegitu infriorkah perempuan ? Bisakah
mereka tampil mandiri, bernilai, berwibawa dan mengagumkan karena ia memang seorang perempuan, bukan
karena bersedia ditarik tarik atau diadaptasikan kepada keinginan kaum lelaki ?
Lalu siapa perempuan sebenarnya, dan apa signifikansi kehadirannya dalam
makrokosmos ini ? Makalah singkat ini mencoba mengkajinya kendati tidak mendalam.
B.
ISLAM MEMANDANG PEREMPUAN.
Allah
menciptakan segala sesuatu berpasang pasangan.
Perempuan menjadi pasangan laki laki dan laki laki adalah pasangan
perempuan, Alqur’an menyebutnya sebagai Hunna libasul lakum wa antum libasul lahun. Dengan
berpasang pasangan itulah manusia ada. Karena kedua jenis itulah manusia
disebut manusia. Ketiadaan yang satu akan meniadakan yang lain. Bisakah
seseorang disebut laki laki bila tidak ada perempuan, atau sebaliknya ?. Bisakah
ada malam atau disebut malam bila tidak
ada siang ? dan begitu sebaliknya .
Yang
paling absah seseorang disebut
perempuan atau disebut laki laki hanya bila ukurannya dilihat dari perspektif fisik-biologis-seksual, Misalnya : Karena
ciri ciri organ tertentu pada
tubuh. Sementara ukuran ukuran yang
lain, seperti : --cengeng, emosional, lemah dan mudah menangis -- tampaknya
tidak seluruhnya benar, sebab para Nabi pun
yang semuanya laki laki adalah orang orang yang juga mudah menangis.
Manusia
pada hakekatnya tidak berjenis kelamin. Jiwa atau ruh manusia tidak mengenal
laki laki atau perempuan. Ruh manusia ya
ruh manusia, tidak laki laki dan tidak perempuan. Karena itu ketika kita diperintahkan
untuk meneladani Muhammad saw, itu
adalah Muhammad sebagai hakekat , sebagai nur dan sebagai esensi. Ibn Arabi
menyebutnya “Haqiqoh Muhammadiyah”, sehingga siapapun, baik laki laki atau
perempuan wajib meneladaninya. Dan
karena itu pula tidak ada alasan bagi
kaum perempuan untuk tidak beruswah kepada Rasulullah saw dengan alasan
berbeda jenis kelamin. Dengan demikian
maka Perempuan tidak lagi dilihat dari perspektif fisik-biologis-seksual, melainkan
lebih bersifat gender essensial.
C.
PEREMPUAN DALAM PESRSPEKTIF GNOSIS.
Perempuan
sering digambarkan dengan keindahan, dan keindahan selalu diidentikkan dengan
perempuan kalau ada sebuah permainan
politik, catur, atau sepak bola yang nampak indah, orang akan berdecak “wah..
cantik sekali permainan ini.. tidak pernah kita dengar orang mengatakan “wah..
tampan sekali permainan itu. Perempuan adalah manifestasi dari aspek Jamaliyah. Ajaran Tao menyebutnya sebagai
unsur Yin. Sementara Laki laki digambarkan sebagai keagungan, tradisi
Gnosis menyebutnya jalaliyah, Tao mengistilahkan sebagai unsur
Yang, Jamaliyah adalah segala
ekspresi dari sikap, sifat dan prilaku
yang merujuk kepada cinta, kasih sayang, kedekatan, kemesraan, kehangatan,
kelembutan, keindahan dan sejenisnya.
Sedangkan jalaliyah adalah segala hal yang identik dengan keagungan,
kekuasaan, keluhuran dan semacamnya. Juga Kesempurnaan, --karena itu pulalah--
jalaliyah sering juga dibahasakan dengan kamaliyah (kesempurnaan).
Secara
umum unsur jamaliyah dan jalaliyah menyatu dalam diri Tuhan. Tapi menurut tradisi Gnosis, Tuhan lebih
memanefestasikan diriNya dalam unsur Yin, Jamaliyah, karena itu
para aktivis gnosis memposisikan cinta sebagai puncak kedudukan seorang hamba disisi Allah. Berbeda dengan para
Theolog yang memandang Tuhan dalam kaca mata Jalaliyah, kaum gnosis justru mementingkan kemesraan dengan
Tuhan, karenanya mereka tidak jarang
merasa telah begitu dekat dengan Tuhan
atau bahkan mengaku telah menyatu
dengan Tuhannya. Sesungguhnya pandangan bahwa Tuhan begitu dekat --lebih dekat
dari urat nadi (habl al warid) --bisa dihayati dan dirasakan
kebenarannya secara mendalam lewat konsep cinta.
Kita
mungkin cukup sulit memahami
gradasi ketauhedan para aktivis
gnosis yang menempatkan La ilaha illa Ana (Tiada Tuhan selain Aku) sebagai puncak kesaksian tauhed seseorang. Jika la
ilaha illa huwa bagi kaum gnosis Tuhan masih diposisikan sebagai pihak ketiga,
sebagai Dia, lalu lebih dekat lagi ketika Tuhan
diposisikan sebagai pihak kedua, berdialog, berhadap hadapan sebagai Engkau (la
ilaha illa Anta), Dan puncaknya, ketika sudah tidak berjarak dan tidak ada
ruang yang membatasai seseorang dari Tuhannya, maka terjadi keintiman yang luar biasa ( penyatuan
) antara yang kull dan yang furu’,
antara pencinta dan yang dicinta, antara setetes air dengan keseluruhan
samudra, sehingga sudah tidak dapat diketahui lagi mana yang setetes dan mana
yang keseluruhan samudra, maka
diekspresikan sebagai La ilaha illa Ana
(Tiada Tuhan selain Aku).
Disinilah unsur cinta menjadi aspek yang paling
signifikan dalam proses penyatuan antara hamba dan Tuhan. Sementara cinta
termasuk unsur jamaliyah atau yin. Maka betapa penting posisi perempuan dalam mengantar taqorrub dan
bahkan penyatuan manusia dengan Tuhannya.
Terkenal
sebuah hadits yang mengatakan bahwa
sorga terletak dibawah kaki ibu (Al jannatu tahta aqdamil ummahat),
kalau di telapak kaki saja sudah ada sorga (yang merupakan dambaan setiap
insan) , logikanya, tentu terdapat sesuatu yang lebih dahsyat dari sorga pada
bagian lain seorang perempuan ? Wong
sorga saja ditempatkan di telapak kaki,
kita tidak bisa membayangkan sedahsyat apa sesuatu yang ada di bagian lainnya seperi
di lutut, telapak tangan, leher, dsb.
Imam Ghazali
dalam kitab “Kimiya Al sa’adah” memuat
sebuah hadits bahwa Rasululloh saw
bersabda “ Tiga hal di duniamu ini telah menjadi kecintaanku : Kaum wanita,
farfum dan kesejukan mataku ketika melakukan sholat. Hadits ini juga termuat
dalam Musnad Ahmad (III :28, 199 dan
285) juga Nasa’i, pada bab Isyarat Al nisa’. Hadits diatas dalam bahasa
yang lebih mendalam, sebenarnya kian memperkukuh betapa istimewa posisi
perempuan dalam pandangan Rasul. Dua dari ketiganya merujuk pada wanita. Kata
Wanita (mar’ah) jelas bersifat perempuan (mu’annas) dan Sholat (Sholah)
juga bersifat mu’annas, hanya satu yang berkonotasi laki laki (mudzakkar) yakni parfum (Thib). Itu artinya, kata Ibnu
arabi, seorang laki laki berada dan bergerak diantara dua perempuan.
Perempuan
yang pertama, yakni Mar’ah, menunjuk
pada makhluk nyata yang kepadanya seseorang menyemaikan benih cinta,
Dan perempuan yang kedua, yakni Sholah, menunjuk pada suatu perjalanan
ruhaniyah untuk mengalamatkan cinta kemakhlukan kepada cinta yang lebih tinggi
, yakni cinta kepada Allah, al ilah al
mahbub al wahidah al mutlaqah.
D. Khotimah
Alhasil,
ternyata Perempuan dalam perspektif
gnosis, adalah makhluk yang mulia, ditelapak kakinya terdapat sorga. Dan
Dirinya merupakan sarana atau
syarat mutlak bagi para lelaki untuk mencapai Allah robbul alamin. Karena itu Rasululloh
saw ketika menjelang ajal merasa perlu mengeluarkan wasiat yang berisi tiga
hal, yakni : Sholat, perempuan dan ummat.
Maka itu berhati hatilah terhadap
mahluk yang satu ini. Dia bisa
mengantarkan kaum laki laki dengan mudah
mencapai sorga yang penuh kenikmatan,
tapi juga bisa membuat laki laki
terhempas tanpa ampun ke neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar