Minggu, 23 September 2012

ANTARA TANGIS DAN TAWA




Ust. Hefni Zain

Maka apakah kalian merasa heran dengan pemberitaan ini, dan kalian menertawakan dan tidak menangis (Qs. An-Najm : 59-60)

Muqoddimah
Seorang kawan menyebutkan bahwa budaya maenstrem terlanjur menyebut bahwa tertawa itu sehat, sehingga kehidupan ini banyak dipenuhi oleh hal-hal yang mbadut, lucu bahkan  menggelikan, seorang koruptor, raja mafia dan penjahat klamin yang tertangkap tangan misalnya, dengan menghadap kamera masih sempat tertawa cengengisan sambil melambai-lambaikan tangannya penuh kebanggaan seakan tidak menyisakan rasa malu sedikitpun, tetapi kawan yang lain dalam konteks ini menyangkal bahwa tidak sepenuhnya tertawa itu sehat, buktinya setelah tertawa para kriminal yang  hendak diperiksa itu tiba-tiba secara mendadak dikabarkan sakit.
Berbading terbalik dengan tertawa, budaya menangis tidak begitu dominan, sebab menangis selalu disimbolkan dengan kecengengan, ketidak berdayaan, femenim dan semacamnya, karena itu, kalau diprosesntase, aktifitas keseharian kita juga lebih banyak diisi dengan tertawa ketimbang manangis, padahal kata Nabi saw “Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui tentang hakekat kehidupan, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis“.  Orang yang mudah menangis, terutama menangis karena Allah  merupakan bukti bahwa yang bersangkutan lembut dan bersih hatinya. Sebaliknya orang yang sulit menangis, merupakan indikasi bahwa hatinya keras, dan kurang bersih hatinya, bisa jadi karena pengaruh maksiat dan dosa, maka hendaknya dia bertaubat kepada Allah swt dan memperbanyak amal sholeh.
Dalam sebuah riwayat, disebutkan ”Barang siapa yang banyak tertawa, maka yang bersangkutan akan ditimpa 10 musibah. Hatinya akan mati, akan hilang dari wajahnya cahaya kemulyaan, setan akan selalu mencelanya, Allah murka padanya, akan dituntut dengan telilti di hari kiamat, jauh dari syafaat rasul saw, dilaknat oleh para malaikat, penduduk langit dan bumi murka padanya, seluruh aibnya akan buka pada hari kiamat” (Hr. Ibnu Majah)

Keutamaan Menangis
Menangis adalah karunia Allah swt yang sangat besar yang diberikan kepada manusia. Dan setiap orang yang menangis pasti dilatarbelakangi oleh bermacam faktor yang berbeda antara satu dengan yang lain. Ibnu Qoyyim Jausiyah, seorang ulama abad ke-7 H pernah menyebutkan minimal terdapat 10 macam manusia menangis. Pada umumnya orang menangis karena sedih,  tetapi ada pula orang menangis karena takut pada sesuatu, karena bahagia, karena terharu, karena iba, karena menderita, karena lapar seperti anak bayi. Atau juga karena kehilangan sesuatu, kematian, musibah dan sebagainya.
Namun ada satu tangisan yang paling bermanfaat dan sehat yang sangat disenangi oleh Allah swt, yakni seseorang yang menangis karena Allah swt. Tangisan semacam ini dianjurkan oleh Islam dan berkedudukan tinggi, sebab selain dilegitimasi Al-Qur`an juga dipraktekan oleh Rasulullah saw dan para sahabat.
  • Firman Allah dalam Qs. 17:109, yang artinya :”Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan kekhusyuan mereka bertambah”. (Qs. 17:109)
  • Sabda Nabi saw yang artinya : Barangsiapa yang mengingat Allah kemudian dia menangis sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi niscaya dia tidak akan diazab pada hari kiamat kelak” (HR. Al-Hakim)
  • Sabda Nabi saw yang artinya : “Setiap mukmin yang meneteskan air mata karena takut kepada Allah lalu air matanya itu membasahi pipinya niscaya Allah haramkan neraka untuk menyentuhnya” (HR.Ibnu Majah,)
  • Dari Zaid Bin Arqom ra, dia berkata, “Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah dengan apa aku membentengi diri dari api neraka? Rasulullah menjawab, “Dengan air matamu, karena mata yang menangis karena takut pada Allah niscaya neraka tidak akan menyentuhnya selama-lamanya” (HR. Ibnu Abi Dunya dan Ashbahâny)

Siti Aisyah ra, Rasululloh ketika sholat dan memasuki surat yang dibacanya, Beliau menangis tersedu-sedu, juga ketika sujud, hingga  janggotnya basah bersimbah air mata. Contoh-contoh dari kehidupan para sahabat juga banyak sekali, terutama Abu Bakar As-Shidiq ketika menjadi imam beliau banyak menangis, demikian juga Umar bin Khattab, meskipun beliau tegar dan keras, tapi beliau banyak menangis sampai di pipinya tampak dua garis hitam dari aliran airmatanya. Demikian pula Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib serta sahabat-sahabat lainnya.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa suatu saat Rasulullah saw berkhutbah dengan suara terisak, kata Anas r.a “Belum pernah aku dengar khutbah seperti itu”, “Dalam khotbah tersebut Rasul saw bersabda, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui tentang hakekat kehidupan ini, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”, maka para sahabat menutupi muka mereka pada menangis sampai terdengar suara rintihan”. (HR.Bukhori & Muslim )

Bagaimana agar kita mudah menangis karena Allah ?
  1. Memperbanyak membaca al-Qur’an dengan memahami, merenungi dan meresapi maknanya ke dalam hati. Di samping itu pilih waktu, suasana dan tempat yang tepat, seperti tengah malam, ketika shalat tahajjud dan semacamnya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Syukhair ra, dia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah saw yang sedang shalat, dan aku mendengar dari rongga dadanya ada gemuruh seperti gemuruh air mendidih dari periuk yang ada di atas tungku berapi, (disebabkan) karena tangisan beliau” (HR.Abu Daud dan at-Tirmidzi)  Demikian juga Abu Bakar As-Shiddîq, beliau selalu menangis tatkala melantunkan bacaan al-Qur’an. Juga Umar bin Khattab apabila menjadi imam shalat Isya dan Subuh, beliau sering membaca surat Yusuf, dan setiap kali membaca surat ini maka beliau menangis dan suara tangisannya terdengar hingga shaf yang paling belakang.
  2. Menyadari bahwa hidup didunia ini sangat singkat, setiap hari umur kita berkurang dan dosa kita bertambah, padahal kehidupan yang sebenarnya bukan disini tetapi diakherat kelak. Renungkan setiap kejadian, tertutama soal kematian. Perhatikan bagaimana keadaan orang-orang yang sedang sakaratul maut, kemudian kita bayangkan jika kejadian-kejadian yang mengerikan itu menimpa diri kita sendiri, dengan tubuh yang semakin lemah, semakin dingin dan semakin tidak berdaya, dengan nafas yang tersengal-sengal meregang nyawa yang mau keluar. Tak seorang pun bisa membantu untuk meringankan betapa sakitnya sakaratul maut, kecuali pertolongan Allah swt. Manfaat orang yang banyak mengingat mati, yang bersangkutan akan semakin berhati-hati dalam menjalani hidup, akan melakukan persiapan sedini mungkin, dan akan lebih banyak menagis ketimbang tertawa.
  3. Menghadiri majlis-majlis ilmu dan majelis dzikir, mendengarkan nasehat-nasehat para ulama yang bisa menyentuh batin kita, simaklah nasehat-nasehat itu terutama mengenai tazkiyatun nafs, bacaan-bacaan murattal yang isinya penuh dengan kekhusyu’an dan tangisan.
  4. Perbanyaklah berdoa kepada Allah, agar Allah mengampuni dan menolong kita,  dan jadikan doa itu sebagai media pengaduan, jeritan hati dan ungkapan penyesalan, sebagaimana Nabi Ya’kub yang berkata ” sesungguhnya aku adukan derita dan kepedihanku kepada Allah swt (Qs. Yusuf : 86) 

Catatan Penutup
Menangis yang sehat adalah menangis yang betul-betul karena Allah yang dilakukan secara jujur dan konsisten.  Artinya tangisan itu bukan rekayasa (spiritual engeneering), juga bukan hanya ketika sholat di masjid, begitu keluar dari masjid kembali terbahak karena berhasil menipu orang lain. Belajarlah untuk menangis setelah sekilan lama hidup ini kita isi dengan tertawa.
Al-hasil, silahkan semua menakar diri,  kenapa kita sulit sekali untuk menangis tetapi mudah sekali membuat orang lain menangis. Silahkan hidup sesukamu tapi sadarlah bahwa engkau akan  mati, cintailah  sekehendakmu  apa saja tapi sadarlah  bahwa engkau akan berpisah dengannya, Berbuatlah sekehendakmu tetapi sadarlah bahwa engkau akan dibalas menurut perbuatanmu itu.

Tidak ada komentar: