Senin, 24 September 2012

MENELISIK KEDAHSYATAN DZIKIR




Oleh : Ust. Hefni Zain

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.  Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.  Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Ahzab : 41-43)

Pendahuluan
Dzikir adalah tali koneksi antara Allah dengan seorang hamba. Orang yang mengingat Allah, maka Allah akan mengingatnya. Dan orang yang melupakan Allah, maka Allah juga akan melupakan dan membiarkannya larut dan tenggelam dalam kealfaan yang panjang. Larut dalam gulita hati dan kekeruhan rohani. Tenggelam dalam kekerasan hati dan ketulian kalbu. Kita perlu mengingat Allah, karena kita memang membutuhkannya. Mengingat Allah adalah refleksi syukur kita, sedangkan melupakan-Nya adalah ungkapan nyata kekufuran (Qs. Âli ‘Imrân : 135).
Orang-orang yang berakal akan senantiasa mengingat Allah, merapat ke hadirat-Nya, merindukan-Nya, dan asyik-masyuk bersama-Nya. Ia akan senantiasa ingat dan berdzikir kepada Allah dalam segala kondisi, hal, dan waktu. Saat berdiri, duduk, atau berbaring ia berdzikir Allah. Ia dekat kepada Allah dengan semua asma`-Nya, kekuasaan-Nya, kehendak dan iradat-Nya. Bagi dirinya, Allah adalah segalanya, dan diatas  segalanya.
Sementara orang yang tidak berakal kendati punya akal hanya bermata satu, hanya fokus kepada dunia dan mabuk di dalamnya. Ia hanyut dalam arus dunia, karena dzikir tak mengalir dari hati melalui gelombang lisannya. Ia akan silau dengan rumbai-rumbai dunia (Qs. al-Kahfi : 28), Padahal Allah swt telah memperingatkan orang-orang beriman agar tak lupa kepada Allah disebabkan anak dan harta. Allah memperingatkan bahwa harta sering menarik kepada tindakan melupakan Allah, dan anak-anak akan melalaikan kita kepada-Nya. Kerugian akan menimpa orang-orang yang lupa kepada Allah karena anak-anak mereka, dan tidak menjadikan dzikir sebagai agenda hidupnya (Qs. al-Munâfiqûn : 9).
Orang yang berakal akan menerapkan pola hidup seimbang, ia senang berdzikir juga berfikir, ia tidak melalaikan urusan dunia, jabatan atau tugas-tugas kenegaraan, niaga, anak, dan harta benda, tetapi semua itu hanya dijadikan sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Orang jenis ini tidak meletakkan kebahagiannya pada apa yang dimiliki melainkan pada pemanfaatannya, mereka memang hidup dan bekerja didunia tetapi semata mata untuk kepentingan akherat, mereka memang ada di dunia tetapi tidak mendunia “kanuu qauman min ahlid dun ya walaisu min ahliha”. Mereka tidak menolak dunia, tetapi tidak mau ditipu oleh permainan dunia, mereka tidak anti harta benda tetapi tidak mau diperbudak oleh harta benda. Orang berakal hanya menyiapkan kehidupan dunia sebagai terminal transit untuk menuju terminal akhir  yakni kehidupan akherat, dimana semua perbuatan dipertanyakan, semua ucapan dipersoalkan, dan semua tindakan dimintai pertanggungjawaban, saat hati mengalami guncangan besar, saat jiwa dirasuki ketakutan.

Nilai  Strategis  Dzikir
Sejatinya menelusuri  fadhilah  dzikir  sama dengan menghitung butir-butir pasir di lautan, tulisan ini hanya akan menyebut sebagian kecil kedhasyatan implikasi dari kebiasaan berdzikir, diantaranya :
1.      Dzikir menentramkan hati
Dalam sebuah riwayat disebutkan  bahwa Nabi saw pernah ditanya oleh sahabat tentang keuntungan berdzikir, beliau bersabda “Keuntungan yang diperoleh dari berdzikir adalah surga dan ketenangan hidup di dunia dan di akherat” (Hr. Ahmad).
Ketenangan hidup merupakan dambaan semua insan, lebih-lebih ditengah arus peradaban yang menyeret banyak manusia pada berbagai syndrom aleinasi, kegelisahan psikologis dan kecemasan berkepanjangan. Peradaban modern memang telah melahirkan banyak sosok yang pongah dengan pengetahuan tetapi bingung menikmati kehidupan, sosok yang meraksasa dalam teknik tetapi malah merayap dalam etik, peradaban modern memang telah mengantarkan manusia pada pucuk popularitas tetapi sekaligus menjadikannya mengidap segudang rasa cemas. Disaat banyak manusia mengalami kecemasan yang tak berkesudahan, maka dan “ketenangan dan ketentraman hidup” menjadi kata kunci yang diburu sebagian besar manusia sebagai terapi atas berbagai kegersangan dan nestapa batin yang mereka derita.
Apalah arti harta melimpah, kalau hatinya selalu resah, apalah arti popularitas, kalau batinnya dijajah rasa cemas, tidak ada artinya harta dan tahta, kalau setiap saat dirinya tersiksa dan menderita,  tidak ada artinya kekayaan dan kekuasaan kalau hidupnya terpenjara kegelisahan dan ketidak tenangan.  
Hanya dengan berdzikir hati menjadi tenang dan tenteram, sebagaomana ditegaskan dalam Al-Qur’an “.....Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir dan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Qs .13 : 28).

2.      Dzikir menguatkan hati
Kekuatan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh siapapun,  jika hati lemah, badan lemah, ekonomi lemah, otak lemah, kepandaian lemah, relasi ldmah, maka kita tidak dapat berperan sebagai makhluk unggul yang membawa manfaat, sebaliknya kita menjadi tertindas, baik oleh hawa nafsu, oleh syetan, juga oleh makhluk-makhluk yang tidak menyukai kebenaran. Karenanya kekuatan menjadi sesuatu yang niscaya  bagi siapapun. Dan kekuatan utama  kuncinya ada di hati. Jika kita mampu membangunnya dengan sungguh-sungguh, ia akan menjadi sebuah kekuatan yang teramat dahsyat sekaligus menjadi modal vital dalam mengarungi kehidupan ini. Namun sungguh ironi bahwa kita jarang memfungsikannya, justru kita sering menyiksa hati kita dengan berbagai macam keinginan, acapkali kita bonsai hati kita dengan berbagai macam arogansi, riya’ dan kebencian.
Hati akan kuat bila kita ditolong Allah swt, Allah akan menolong kita bila dekat denganNya.  Kita akan dekat dengan Allah jika kita sering mengingatNya (berdzikir kepadaNya). Dalam Qs. 2 ayat 152 ditegakan  Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Memang setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Tetapi orang baik itu bukan orang yang tidak pernah bersalah, melainkan yang segera menyadari kesalahannya dan bertobat kepadaNya dengan berdzikir dan ingat kepada Allah, memohoan ampunan-Nya, mengemis welas asih-Nya, meratapi dosa-dosanya di hadapan kasih sayang-Nya. Karena hanya Allah yang Maha Lapang rahmat-Nya, Maha Kasih, dan Maha Luas rahmat daripada murka-Nya (Qs. Âli ‘Imrân : 191).

3.      Dzikir  mendatangkan barokah
Mengapa uang melimpah, rumah mewah, istri yang wah atau suami yang gagah, kadang tidak membuat hati tenteram?, malah sebaliknya justru mengundang berbagai kecemasan?, kenapa yang datang bukan bahagia, tetapi justru problematika, petaka dan derita. Jawabnya hanya satu, yakni semua itu tidak barokah.
Barokah adalah Ziyadatul Khoir, yakni bertambahnya kebaikan, makin banyak nikmat makin bermanfaat.  Karena itu kita tidak boleh cukup senang memiliki sesuatu, tetapi yang harus lebih kita senangi adalah keberkahan atas segala sesuatu itu. Jadi bukan takut tidak memiliki sesuatu tetapi harus lebih takut sesuatu yang sudah dimiliki tidak membawa barokah. Maka, kita harus sangat takut dengan hidup yang tidak barokah, yaitu hidup yang tidak mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi diri dan masyarakat.
Dzikir adalah instrumen utama taqwa, sedangkan taqwa adalah kunci pembuka barokah. Dengan taqwa, pintu barokah dari semesta akan dibuka oleh Allah azza wajalla untuk kebaikan kita semua (Q.S. Al-A'raaf : 96)

4.      Dzikir, kunci  kesuksesan
Setiap orang mengharapkan masa depan cemerlang, kendati berbagai usaha telah kita lancarkan, semua potensi telah kita kerahkan namun kenyataan tidak selalu sesuai harapan,  disini kita butuh pertolongan Allah dengan cara banyak berdoa kepadaNya, namun acapkali doa yang kita panjatkan juga belum memenuhi harapan,  kendalanya satu, kita jauh dari sang pengabul doa.
Hanya dengan jalan dzikir, doa kita akan efektif. Dalam sebuah hadits disebutkan “ Tidaklah  suatu kaum yang berdiri, duduk atau berkumpul dalam  majelis dzikir, melainkan Allah  memerintahkan  para malaikat bergabung  bersama mereka untuk mengabulkan segala doa dan harapan-harapan mereka” (Hr Ibnu Majah).
Masih banyak manfaat lain dari berdzikir, misalnya seperti yang ditulis Syeh Sulaiman Al-Haddar, antara lain :
Pertama, Dzikir akan menghilangkan risau, gelisah, dan gundah, lalu menghadirkan ketenangan. Kedua, segala keburukan menjadi sirna, kalbu menjadi kuat, badan menjadi sehat, memperbaiki yang lahir dan batin. Wajah terang dan bersinar, rezeki menjadi gampang, ada wibawa mengitari diri, dan ketenangan menjalar di segala arah. Ketiga, istiqamah akan kokoh, kebenaran akan menghampiri, murâqabah akan tinggi, ihsân akan terengkuh, iman akan meneguh, tobat terus merambat, inâbah akan merayap, taqarrub menjadi mudah, ma’rifat menjadi terbuka, dan khâsyiyah akan berkilauan. Keempat, dzikir adalah nutrisi bagi rohani, Ia adalah pembersih jiwa, pembening hati, pengusir lalai, dan penakluk syahwat. Kelalaian lenyap bersamanya. Ia adalah lentera bagi gulitanya jiwa, pelebur dosa, dan pelenyap nestapa. Kelima, mendatangkan sakinah, malaikat akan menaungi dengan sayap-sayap terbentang. Dzikir akan menghambarkan lisan untuk mengumbar ghibah, melempar dusta dan berlaku zhalim. Membuat teman duduknya tenteram. Dan dzikir adalah tanaman surga yang akan dipetik oleh orang yang rajin menyiraminya. Keenam, mencegah kepikunan, dan mengatasi kelalaian. Hati pendzikir akan senantiasa menatap akhirat dan mengabaikan dunia. Karena dzikir adalah pondasi dan puncak rasa syukur.Ketujuh, dzikir adalah api yang aktif bekerja menyirnakan sisa-sisa dosa, dan menghilangkan noda-noda kejahatan kita. Gunung, langit, bumi dan semesta, selain setan durjana, bangga dengan dzikir-dzikir manusia.Kedelapan, dalam kobaran dzikir, ada kelezatan yang luar biasa, dan kenikmatan tiada tara.

Tidak ada komentar: