Oleh
: Ust. Hefni Zain
Hai orang-orang yang beriman,
berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
petang. Dialah yang memberi rahmat
kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan
kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Ahzab : 41-43)
Pendahuluan
Dzikir adalah tali koneksi
antara Allah dengan seorang hamba. Orang yang mengingat Allah, maka Allah akan
mengingatnya. Dan orang yang melupakan Allah, maka Allah juga akan melupakan
dan membiarkannya larut dan tenggelam dalam kealfaan yang panjang. Larut dalam
gulita hati dan kekeruhan rohani. Tenggelam dalam kekerasan hati dan ketulian
kalbu. Kita perlu mengingat Allah, karena kita memang membutuhkannya. Mengingat
Allah adalah refleksi syukur kita, sedangkan melupakan-Nya adalah ungkapan
nyata kekufuran (Qs. Âli ‘Imrân : 135).
Orang-orang
yang berakal akan senantiasa mengingat Allah, merapat ke hadirat-Nya,
merindukan-Nya, dan asyik-masyuk bersama-Nya. Ia akan senantiasa ingat dan berdzikir
kepada Allah dalam segala kondisi, hal, dan waktu. Saat berdiri, duduk, atau berbaring
ia berdzikir Allah. Ia dekat kepada Allah dengan semua asma`-Nya,
kekuasaan-Nya, kehendak dan iradat-Nya.
Bagi dirinya, Allah adalah segalanya, dan diatas segalanya.
Sementara orang yang
tidak berakal kendati punya akal hanya bermata satu, hanya fokus kepada dunia
dan mabuk di dalamnya. Ia hanyut dalam arus dunia, karena dzikir tak mengalir
dari hati melalui gelombang lisannya. Ia akan silau dengan rumbai-rumbai dunia
(Qs. al-Kahfi : 28), Padahal Allah swt telah memperingatkan orang-orang beriman
agar tak lupa kepada Allah disebabkan anak dan harta. Allah memperingatkan
bahwa harta sering menarik kepada tindakan melupakan Allah, dan anak-anak akan
melalaikan kita kepada-Nya. Kerugian akan menimpa orang-orang yang lupa kepada
Allah karena anak-anak mereka, dan tidak menjadikan dzikir sebagai agenda
hidupnya (Qs. al-Munâfiqûn : 9).
Orang yang berakal akan
menerapkan pola hidup seimbang, ia senang berdzikir juga berfikir, ia tidak melalaikan
urusan dunia, jabatan atau tugas-tugas kenegaraan, niaga, anak, dan harta benda,
tetapi semua itu hanya dijadikan sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada
Allah. Orang jenis ini tidak meletakkan kebahagiannya pada apa yang dimiliki
melainkan pada pemanfaatannya, mereka memang hidup dan bekerja didunia tetapi
semata mata untuk kepentingan akherat, mereka memang ada di dunia tetapi tidak
mendunia “kanuu qauman min ahlid dun ya walaisu min ahliha”. Mereka
tidak menolak dunia, tetapi tidak mau ditipu oleh permainan dunia, mereka tidak
anti harta benda tetapi tidak mau diperbudak oleh harta benda. Orang berakal
hanya menyiapkan kehidupan dunia sebagai terminal transit untuk menuju terminal
akhir yakni kehidupan akherat, dimana semua
perbuatan dipertanyakan, semua ucapan dipersoalkan, dan semua tindakan dimintai
pertanggungjawaban, saat hati mengalami guncangan besar, saat jiwa dirasuki
ketakutan.
Nilai Strategis
Dzikir
Sejatinya menelusuri fadhilah dzikir sama dengan menghitung butir-butir pasir di
lautan, tulisan ini hanya akan menyebut sebagian kecil kedhasyatan implikasi
dari kebiasaan berdzikir, diantaranya :
1. Dzikir menentramkan hati
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi saw pernah ditanya oleh sahabat
tentang keuntungan berdzikir, beliau bersabda “Keuntungan yang
diperoleh dari berdzikir adalah surga dan ketenangan hidup di dunia dan di
akherat”
(Hr. Ahmad).
Ketenangan
hidup merupakan dambaan semua insan, lebih-lebih ditengah arus peradaban yang
menyeret banyak manusia pada berbagai syndrom aleinasi, kegelisahan
psikologis dan kecemasan berkepanjangan. Peradaban modern memang telah melahirkan
banyak sosok yang pongah dengan pengetahuan tetapi bingung menikmati kehidupan,
sosok yang meraksasa dalam teknik tetapi malah merayap dalam etik, peradaban
modern memang telah mengantarkan manusia pada pucuk popularitas tetapi
sekaligus menjadikannya mengidap segudang rasa cemas. Disaat banyak manusia
mengalami kecemasan yang tak berkesudahan, maka dan “ketenangan dan ketentraman
hidup” menjadi kata kunci yang diburu sebagian besar manusia sebagai terapi
atas berbagai kegersangan dan nestapa batin yang mereka derita.
Apalah
arti harta melimpah, kalau hatinya selalu resah, apalah arti popularitas, kalau
batinnya dijajah rasa cemas, tidak ada artinya harta dan tahta, kalau setiap
saat dirinya tersiksa dan menderita,
tidak ada artinya kekayaan dan kekuasaan kalau hidupnya terpenjara kegelisahan
dan ketidak tenangan.
Hanya
dengan berdzikir hati menjadi tenang dan tenteram, sebagaomana ditegaskan dalam
Al-Qur’an “.....Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan berdzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir dan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram (Qs .13 : 28).
2.
Dzikir menguatkan hati
Kekuatan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh siapapun, jika hati lemah, badan lemah, ekonomi lemah,
otak lemah, kepandaian lemah, relasi ldmah, maka kita tidak dapat berperan
sebagai makhluk unggul yang membawa manfaat, sebaliknya kita menjadi tertindas,
baik oleh hawa nafsu, oleh syetan, juga oleh makhluk-makhluk yang tidak
menyukai kebenaran. Karenanya kekuatan menjadi sesuatu yang niscaya bagi siapapun. Dan kekuatan utama kuncinya ada di hati. Jika kita mampu
membangunnya dengan sungguh-sungguh, ia akan menjadi sebuah kekuatan yang
teramat dahsyat sekaligus menjadi modal vital dalam mengarungi kehidupan ini.
Namun sungguh ironi bahwa kita jarang memfungsikannya, justru kita sering
menyiksa hati kita dengan berbagai macam keinginan, acapkali kita bonsai hati
kita dengan berbagai macam arogansi, riya’ dan kebencian.
Hati akan kuat bila kita ditolong Allah swt, Allah akan menolong kita bila
dekat denganNya. Kita akan dekat dengan
Allah jika kita sering mengingatNya (berdzikir kepadaNya). Dalam Qs. 2 ayat 152
ditegakan Ingatlah
kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Memang setiap manusia pasti pernah berbuat
salah. Tetapi orang baik itu bukan orang yang tidak pernah bersalah, melainkan
yang segera menyadari kesalahannya dan bertobat kepadaNya dengan berdzikir dan
ingat kepada Allah, memohoan ampunan-Nya, mengemis welas asih-Nya, meratapi
dosa-dosanya di hadapan kasih sayang-Nya. Karena hanya Allah yang Maha Lapang
rahmat-Nya, Maha Kasih, dan Maha Luas rahmat daripada murka-Nya (Qs. Âli ‘Imrân
: 191).
3.
Dzikir
mendatangkan barokah
Mengapa uang melimpah, rumah mewah, istri yang wah atau suami yang gagah, kadang
tidak membuat hati tenteram?, malah sebaliknya justru mengundang berbagai
kecemasan?, kenapa yang datang bukan bahagia, tetapi justru problematika,
petaka dan derita. Jawabnya hanya satu, yakni semua itu tidak barokah.
Barokah adalah Ziyadatul Khoir, yakni bertambahnya kebaikan, makin
banyak nikmat makin bermanfaat. Karena
itu kita tidak boleh cukup senang memiliki sesuatu, tetapi yang harus lebih
kita senangi adalah keberkahan atas segala sesuatu itu. Jadi bukan takut tidak
memiliki sesuatu tetapi harus lebih takut sesuatu yang sudah dimiliki tidak
membawa barokah. Maka, kita harus sangat takut dengan hidup yang tidak barokah,
yaitu hidup yang tidak mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi diri dan
masyarakat.
Dzikir adalah instrumen utama taqwa, sedangkan taqwa adalah kunci pembuka
barokah. Dengan taqwa, pintu barokah dari semesta akan dibuka oleh Allah azza
wajalla untuk kebaikan kita semua (Q.S. Al-A'raaf : 96)
4.
Dzikir, kunci
kesuksesan
Setiap
orang mengharapkan masa depan cemerlang, kendati berbagai usaha telah kita
lancarkan, semua potensi telah kita kerahkan namun kenyataan tidak selalu sesuai
harapan, disini kita butuh pertolongan
Allah dengan cara banyak berdoa kepadaNya, namun acapkali doa yang kita
panjatkan juga belum memenuhi harapan,
kendalanya satu, kita jauh dari sang pengabul doa.
Hanya
dengan jalan dzikir, doa kita akan efektif. Dalam sebuah hadits disebutkan “
Tidaklah suatu kaum yang berdiri, duduk
atau berkumpul dalam majelis dzikir,
melainkan Allah memerintahkan para malaikat bergabung bersama mereka untuk mengabulkan segala doa
dan harapan-harapan mereka” (Hr Ibnu Majah).
Masih banyak manfaat lain
dari berdzikir, misalnya seperti yang ditulis Syeh Sulaiman Al-Haddar, antara
lain :
Pertama, Dzikir akan
menghilangkan risau, gelisah, dan gundah, lalu menghadirkan ketenangan. Kedua,
segala keburukan menjadi sirna, kalbu menjadi kuat, badan menjadi sehat,
memperbaiki yang lahir dan batin. Wajah terang dan bersinar, rezeki menjadi
gampang, ada wibawa mengitari diri, dan ketenangan menjalar di segala arah. Ketiga,
istiqamah akan
kokoh, kebenaran akan menghampiri, murâqabah
akan tinggi, ihsân
akan terengkuh, iman akan meneguh, tobat terus merambat, inâbah akan merayap, taqarrub menjadi mudah, ma’rifat menjadi
terbuka, dan khâsyiyah akan
berkilauan. Keempat, dzikir adalah nutrisi bagi rohani, Ia adalah pembersih
jiwa, pembening hati, pengusir lalai, dan penakluk syahwat. Kelalaian lenyap
bersamanya. Ia adalah lentera bagi gulitanya jiwa, pelebur dosa,
dan pelenyap nestapa. Kelima, mendatangkan sakinah, malaikat akan menaungi
dengan sayap-sayap terbentang. Dzikir
akan menghambarkan lisan untuk mengumbar ghibah,
melempar dusta dan berlaku zhalim. Membuat teman duduknya tenteram. Dan dzikir
adalah tanaman surga yang akan dipetik oleh orang yang rajin menyiraminya. Keenam,
mencegah kepikunan, dan mengatasi kelalaian. Hati pendzikir akan senantiasa
menatap akhirat dan mengabaikan dunia. Karena dzikir adalah pondasi dan puncak
rasa syukur.Ketujuh, dzikir adalah api yang aktif bekerja menyirnakan sisa-sisa
dosa, dan menghilangkan noda-noda kejahatan kita. Gunung, langit, bumi dan
semesta, selain setan durjana, bangga dengan dzikir-dzikir manusia.Kedelapan,
dalam kobaran dzikir, ada kelezatan yang luar biasa, dan kenikmatan tiada tara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar