Seorang petani hidup bersama putrinya, suatu hari datang
tiga pria tampan menyatakan cinta mereka dan melamar putri tersebut, masing
masing pria itu mengancam akan bunuh
diri bila tidak mendapatkan si putri , calon mertua kebingungan, bila ia
memberikan putrinya kepada salah satu dari pria itu, pasti akan terjadi dua
pembunuhan, dalam keadaan bingung, mendadak si putri meninggal dunia.
Untuk membuktikan cinta mereka kepada si putri tiga pria
tampan itu menunjukkan prilaku yang berbeda, pria pertama membaca talqin,
tahlil dan doa agar almarhumah di terima dengan damai di sisi Tuhannya, setelah
itu ia pergi, pria kedua membuat gubuk di pinggir kuburan si putri dan menetap disana
terus menerus, ia tak mau meninggalkan tempat itu, tak henti hentinya
melantunkan doa, pujian pujian dan kidung cinta untuknya. Sementara pria ketiga
sangat kecewa lalu pergi mengembara berbulan bulan sampai akhirnya ia bertemu
dengan seorang pertapa yang memiliki kemampuan menghidupkan orang mati.
Singkat cerita ketiga pria itu berkumpul di lokasi
kuburan si putri dan meminta sang pertapa menghidupkan kembali si putri yang
mereka cintai, alhasil atas idzin Allah
putri itu bangkit dari kuburnya dalam keadaan lebih cantik dari
sebelumnya, tentu saja ketiga pria itu
sangat bahagia, tetapi kemudian mereka merasa dirinyalah yang paling berhak
menikahi si putri, pria pertama berujar saya yang membaca tahlil dan berdoa
kepada Tuhan, pria kedua tak mau kalah, saya yang menungguinya siang malam
disini, pria ketiga berkata, kalian jangan lupa, saya yang membawa sang pertapa
kesini sehingga putri ini hidup lagi.
Ketika keributan memanas, ketiganya sepakat agar si
pertapa yang memutuskan siapa yang paling berhak menikahi si putri. Setelah
bersemedi sejanak, dengan bijak si pertapa berucap, pria pertama yang mendoakan
putri telah melakukan pengabdian, karenanya ia lebih pantas menjadi anaknya
bukan suaminya, sedang pria ketiga yang sangat kecewa atas kematian putri dan
berusaha menghidupkannya kembali, cintanya tidak tulus, ia tidak ridlo terhadap
kehendak Tuhan dan cintanya adalah cinta
“karena”, maka ia juga tidak pantas sebagai suaminya. Yang berhak menjadi suami
putri ini adalah pria kedua yang terus menerus berada di kuburan si putri, ia
tetap mencintai gadis ini walaupun ia sudah menjadi mayat, ia tetap mencintai
walaupun ia tak lagi melihat senyumnya, walaupun ia tidak lagi mendengar
suaranya, ia tetap setia menunggu di tempat ini sampai kapanpun, cinta pria ini
adalah cinta “walaupun”, itulah cinta
sejati nan abadi.
Kisah ini menggambarkan bila seseorang mencintai Tuhan
hanya karena kebaikanNya, mungkin suatu saat cinta mereka akan berkurang ketika
ia merasa Tuhan tidak berlaku baik
padanya, atau bahkan berhenti mencintaiNya ketika ia merasa keputusan Tuhan
tidak seperti yang diharapkan dirinya. Itu model “cinta karena”. Tetapi kalau
seseorang tetap konsisten mencitaiNya walaupun Tuhan berlaku apa saja
terhadapnya, dia tetap ridlo dengan kehendak Tuhan walaupun mungkin yang terjadi tidak sesuai harapannya,
haluan cintanya tidak berubah walaupun dirinya di uji dengan hal apa saja, pahit atau manis, maka itulah
“cinta walaupun” itulah cinta abadi.
Al hasil bagi pencinta sejati, dirinya tetap tak
bergeming mencintai Tuhan walaupun -misalnya- harus menelan lautan bara, gelora
cintanya tak goyah walaupun harus
dipisah laut dan pantai, sinaran cintanya tak pudar walaupun harus dipisah api
dan bara, dan haluan cintanya sedikitpun tidak berubah walaupun -misalnya-
harus dihantam badai gelombang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar