Senin, 08 April 2013

MENYOAL RELEVANSI ISO SEBAGAI STANDARISASI MUTU PENDIDIKAN


Oleh : Ust. Hefni Zain

Secara kelembagaan ISO adalah sebuah organisasi berskala internasional yang pendiriannya disetting untuk menangani urusan standarisasi di bidang korporet dan bisnis  di dunia industri, sehingga dalam bahasa Inggris ia ditulis dengan International Organzation for Standarization (IOS). Kata ISO diambil dari kata ISOS  (Yunani) yang dalam bahasa Indonesia padanan kata yang mendekati maknanya  adalah : memenuhi persyaratan, sesuai, cocok atau pas. Dari pengertian  ini lalu muncul istilah standar (standarisasi).
Di dunia bisnis yang kompetitif, hal mendasar yang diperlukan sebuah korporet adalah tumbuhnya kepercayaan dari pasar (kastemer, user dan konsumen), sebab keberlangsungan hidup sebuah korporet adalah mengikuti dinamika dan tuntutan pasar, Alhasil, loyalitas kastemer, user dan konsumen menjadi bagian vital dari kemajuan perusahaan, untuk itu ia mesti ditangani oleh orang-orang yang memiliki kompetensi dan keahlian tertentu (professional) dengan standar manajemen yang baku. Karena alasan inilah maka tidak heran jika perusahaan berlomba mendapatkan berbagai sertifikasi  seperti : ISO (International Standart Orgazation), CIA (Certified Internal Auditor), CFE (Certified Fraud Examiner) dan lain-lain. Singkatnya, tingkat profesionalitas dan kualitas sebuah perusahaan tidak terlepas dari berbagai sertifikasi yang dimiliki. Semakin banyak sebuah perusahaan memiliki sertifikasi maka dimungkinkan semakin besar pula tingkat kepercayan konsumen atas perusahaan tersebut.
 Standar Manajemen Mutu di Dunia Bisnis
          Sebagai organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented), sebuah perusahaan dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja secara lebih efektif dan efisien dengan tentunya tetap menaruh perhatian pada kualitas produk (baik barang dan atau pun jasa) yang dihasilkannya. Oleh karena itu, standar mutu menjadi suatu keniscayaan dalam proses dan kegiatan yang berlangsung di suatu perusahaan terlebih lagi perusahaan besar bertaraf internasional dan mendunia. Penyelarasan standar pengelolaan (manajemen) perusahaan menjadi kepedulian organisasi-organisasi di dunia usaha dan industri, sehingga mereka merasa perlu untuk membentuk organisasi antar bangsa, lintas Negara yang berkiprah pada urusan standarisasi (ISO). Organisasi ISO yang didirikan tahun 1947  terus berkembang pesat hingga kini memiliki tidak kurang dari 164 negara anggota yang lebih dari tiga perempatnya berasal dari Negara-Negara berkembang seperti Indonesia.  Berdirinya Organisasi ISO pada awalnya terkait dengan upaya memudahkan , melancarkan lalu lintas perdagangan antar Negara.
Standarisasi di dunia bisnis dan industri adalah sebuah keniscayaan dan memang telah dilakukan secara serius oleh sejumlah perusahaan yang mengutamakan kualitas. Standar dilakukan tidak hanya pada bahan baku atau input yang dimiliki tetapi juga pada proses dan kegiatan produksi ataupun pelayanan. Walau demikian tidak semua perusahaan di dunia menggunakan sistem manajemen mutu yang dikeluarkan oleh ISO. Terdapat sejumlah perusahaan terkemuka memiliki sistem manajemem mutunya masing-masing yang senantiasa menaruh perhatian pada isu-isu dalam dunia bisnis dan industri seperti: perfection, fast delivery, eliminates waste, providing good, usable products, fitness for use, consistency dan tentunya delighting or pleasing customers’ satisfaction.    
Standar Manajemen Mutu dalam dunia Pendidikan
Pada abad ke-21 teori utama manajemen telah diadaptasi dari konsep industri lalu dikembangkan kedalam konteks pendidikan, model-model yang biasa diterapkan di dunia industri dan bisnis juga di alih-fungsikan ke ranah pendidikan, meskipun terdapat penyesuaian sesuai kebutuhan spesifik di lembaga pendidikan.  Selanjutnya, lembaga pendidikan mulai berlomba  ingin memperoleh sertifikasi ISO agar dianggap manajemen pendidikannya memenuhi standar internasional. Padahal kecenderungan standarisasi dan sertifikasi di dunia pendidikan dapat membawa pengelolaan pendidikan dalam roh korporasi yang steril, kaku dan monoton, sedangkan dunia pendidikan semestinya variatif, inovatif dan dialogis.
Dari diskripsi diatas maka menjadikan serfikasi ISO sebagai ukuran keberhasilan manajemen pendidikan kiranya perlu dipertanyakan relevansinya. Manusia adalah makhluk yang dinamis, sementara barang jadi (finished goods) di dunia industri merupakan produk statis sehingga proses pembinaan dan pembentukan manusia tidak bisa disamakan dengan proses penciptaan produk /barang jadi tersebut. Jika proses pembentukan manusia dalam dunia pendidikan ini disertifikasi maka hal ini sama dengan kegiatan korporatisasi yang mengabaikan sisi keunikan manusia sebagai makhluk hidup yang dinamis dan penuh misteri.  Standarisasi mulai awal hingga akhir (input-proses-ouput) memang sangat cocok untuk memproduksi barang jadi,tetapi belum tentu cocok untuk pembentukan karakter/pendidikan manusia.
Lalu standar manajemen yang seperti apa yang cocok dan relevan dengan “nature”  pendidikan Islam? Disini pakar-pakar pendidikan Islam ditantang untuk menggagas secara serius tentang konstruk  Manajemen Standar Islami (Building Islamic Management Standarts) yang bertolak dari nilai-nilai utama Islam yang tersebar di dalam Al-Quran, Hadist dan Sirah Nabawiyah serta perjalanan sejarah peradaban Islam (Islamic civilization) sehingga muncul misalnya istilah management based on Islamic education atau manajemen yang berbasis pendidikan Islam

Tidak ada komentar: