Oleh : Ust. Hefni Zain
Secara kelembagaan ISO adalah sebuah organisasi
berskala internasional yang pendiriannya disetting untuk menangani
urusan standarisasi di bidang korporet dan bisnis di dunia industri, sehingga dalam bahasa
Inggris ia ditulis dengan International Organzation for Standarization (IOS).
Kata ISO diambil dari kata ISOS (Yunani) yang dalam bahasa
Indonesia padanan kata yang mendekati maknanya adalah : memenuhi persyaratan, sesuai,
cocok atau pas. Dari pengertian ini
lalu muncul istilah standar (standarisasi).
Di dunia bisnis yang kompetitif, hal mendasar
yang diperlukan sebuah korporet adalah tumbuhnya kepercayaan dari pasar
(kastemer, user dan konsumen), sebab keberlangsungan hidup sebuah korporet
adalah mengikuti dinamika dan tuntutan pasar, Alhasil, loyalitas kastemer, user
dan konsumen menjadi bagian vital dari kemajuan perusahaan, untuk itu ia mesti ditangani oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi dan keahlian tertentu (professional) dengan
standar manajemen yang baku. Karena
alasan inilah maka tidak heran jika
perusahaan berlomba
mendapatkan berbagai sertifikasi
seperti : ISO (International Standart Orgazation), CIA
(Certified Internal Auditor), CFE (Certified Fraud Examiner) dan lain-lain.
Singkatnya, tingkat profesionalitas dan kualitas sebuah perusahaan tidak terlepas dari berbagai sertifikasi
yang dimiliki. Semakin banyak sebuah
perusahaan memiliki
sertifikasi maka dimungkinkan
semakin besar pula tingkat kepercayan konsumen atas perusahaan tersebut.
Standar Manajemen Mutu di Dunia Bisnis
Sebagai organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented),
sebuah perusahaan dituntut untuk meningkatkan
produktivitas dan kinerja secara lebih efektif dan efisien dengan
tentunya tetap menaruh perhatian pada kualitas produk (baik barang dan atau pun
jasa) yang dihasilkannya. Oleh karena itu, standar mutu menjadi suatu
keniscayaan dalam proses dan kegiatan yang berlangsung di suatu perusahaan
terlebih lagi perusahaan besar bertaraf internasional dan mendunia.
Penyelarasan standar pengelolaan (manajemen) perusahaan menjadi kepedulian
organisasi-organisasi di dunia usaha dan industri, sehingga mereka merasa perlu
untuk membentuk organisasi antar bangsa, lintas Negara yang berkiprah pada
urusan standarisasi (ISO). Organisasi ISO yang didirikan tahun 1947 terus
berkembang pesat hingga kini memiliki tidak kurang dari 164 negara anggota yang
lebih dari tiga perempatnya berasal dari Negara-Negara berkembang seperti
Indonesia. Berdirinya Organisasi ISO pada awalnya terkait dengan upaya
memudahkan , melancarkan lalu lintas perdagangan antar Negara.
Standarisasi di dunia bisnis dan industri adalah sebuah keniscayaan dan memang telah dilakukan secara serius oleh sejumlah perusahaan yang mengutamakan
kualitas. Standar dilakukan tidak hanya pada bahan baku atau input yang
dimiliki tetapi juga pada proses dan kegiatan produksi ataupun pelayanan. Walau
demikian tidak semua perusahaan di dunia menggunakan sistem manajemen mutu yang
dikeluarkan oleh ISO. Terdapat
sejumlah perusahaan terkemuka memiliki sistem manajemem mutunya
masing-masing yang senantiasa menaruh perhatian pada isu-isu dalam dunia bisnis
dan industri seperti: perfection, fast delivery, eliminates waste,
providing good, usable products, fitness for use, consistency dan
tentunya delighting or pleasing customers’
satisfaction.
Standar Manajemen Mutu dalam dunia Pendidikan
Pada abad ke-21 teori utama manajemen telah
diadaptasi dari konsep industri lalu dikembangkan kedalam konteks pendidikan, model-model yang biasa diterapkan di dunia industri dan
bisnis juga di alih-fungsikan ke ranah pendidikan, meskipun terdapat penyesuaian sesuai kebutuhan spesifik
di lembaga pendidikan. Selanjutnya, lembaga
pendidikan mulai berlomba ingin memperoleh sertifikasi
ISO agar dianggap manajemen pendidikannya memenuhi standar internasional.
Padahal kecenderungan standarisasi dan sertifikasi di
dunia pendidikan dapat membawa pengelolaan pendidikan dalam roh korporasi yang
steril, kaku dan monoton, sedangkan dunia pendidikan semestinya variatif,
inovatif dan dialogis.
Dari diskripsi diatas maka menjadikan serfikasi ISO sebagai
ukuran keberhasilan manajemen pendidikan kiranya
perlu dipertanyakan relevansinya. Manusia adalah makhluk yang dinamis, sementara barang jadi (finished
goods) di dunia industri merupakan produk statis sehingga proses pembinaan
dan pembentukan manusia tidak bisa disamakan dengan proses penciptaan produk
/barang jadi tersebut. Jika proses pembentukan manusia dalam dunia pendidikan
ini disertifikasi maka hal ini sama dengan kegiatan korporatisasi yang
mengabaikan sisi keunikan manusia sebagai makhluk hidup yang dinamis dan penuh
misteri. Standarisasi mulai awal hingga akhir (input-proses-ouput) memang
sangat cocok untuk memproduksi barang jadi,tetapi belum tentu cocok untuk pembentukan karakter/pendidikan
manusia.
Lalu standar manajemen yang seperti apa yang cocok dan relevan dengan “nature” pendidikan Islam? Disini
pakar-pakar pendidikan Islam ditantang untuk menggagas secara serius tentang konstruk
Manajemen Standar Islami (Building Islamic Management
Standarts) yang bertolak dari nilai-nilai utama Islam yang tersebar di
dalam Al-Quran, Hadist dan Sirah Nabawiyah serta perjalanan
sejarah peradaban Islam (Islamic civilization) sehingga muncul misalnya istilah management based on Islamic education atau manajemen yang berbasis pendidikan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar