Kamis, 04 April 2013

UNTUK KITA RENUNGKAN


1.    Perbedaan dan keberagaman bukanlah yang utama, karena dibalik itu ada yang lebih utama yaitu Allah swt. Sesungguhnya semua relitas kehidupan adalah syarah bagi as-sunnah, sedangkan semua sunnah merupakan syarah bagi al-Qur’an, dan semua isi al-Qur’an adalah syarah bagi asmaul husna, sedangkan semua asmaul husna merupakan syarah bagi al ism al a’dzam Allah Azza wajalla. 

2.    Pandangan yang mengatakan bahwa perubahan ini belum saatnya karena masyarakat belum siap. Itu sama dengan pernyataan perlawanan dalam keadaan lemah adalah sama dengan bunuh diri, Bila semua orang berpendapat demikian, maka siapa lagi yang bangkit melakukan perubahan?. kita percaya bahwa diam membiarkan masyarakat dalam kegelapan adalah sama hukumnya dengan melakukan kegelapan itu sendiri.

3.   Pencinta sejati adalah mereka yang menyingkirkan semua kehendaknya, memberikan semua yang dimilikinya dan tidak takut terhadap apapun yang mungkin menimpanya, ia ibarat  pohon buah di pinggir jalan, meskipun dilempari dengan batu, ia tetap menghadiahkan banyak buah yang matang.

4. Kezaliman selalu bermula dari yang sedikit, kemudian tiap orang sesudah itu menambahnya sehingga akhirnya menjadi sangat besar. Jika pemimpin makan sebutir jeruk dari kebun rakyatnya, anak buah pemimpin itu akan berlomba  mencabuti seluruh pohonnya

5.  Tantangan hidup ibarat memanjat pohon yang tinggi, kian keatas kian kencang hembusan angin menerpa, bila kita bertekad meraih prestasi menjulang, kita harus siap diri hadapi hembusan angin yang kencang. Ketika program telah dirancang, maka jalankan dengan konstan tanpa ragu dan plin plan,  juga tidak perlu hiraukan ocehan orang agar tidak terombang ambing dalam kekalutan.

6.    Kalau lampumu tak berminyak, jangan pernah membayangkan api, kalau jiwamu kumuh oleh kotoran-kotoran dunia jangan pernah berharap cahaya memancar terang, kalau gelasmu retak jangan mimpi tuangan minuman, kalau sinyal ponselmu jelek jangan pernah bermimpi mendengar suara yang jelas dan jernih. Karena itulah jangan pernah mengharap sorga sambil terus berbuat maksiat kepada Allah swt.

7.  Pikiran secerdas apapun yang dipasarkan di tengah komunitas bodoh, hanya akan menghasilkan kekecewaan, persis dengan orang waras ditengah komunitas orang gila, yang gila merasa waras dan yang waras disebut gila

8.   Setiap perubahan kemajuan pasti ada resiko, bahkan bisa menyakitkan,  tetapi sakit yang dimaksud adalah bersifat sementara, ibarat pahitnya jamu atau nyerinya jarum suntik, itu semua adalah demi kesembuhan dan kesehatan jangka panjang. Bisa juga perubahan kemajuan akan membutuhkan biaya yang mahal, benturan sosial, gejolak massal, kritik sebagian orang, keresahan, ketakutan, kekhawatiran dan bahkan mungkin klase fisik. Itu semua adalah sederet ongkos yang harus dibayarkan demi sebuah perubahan yang di cita– citakan. Tetapi semua orang harus mulai memahami bahwa kesehatan masa depan jauh lebih berharga ketimbang pahitnya obat yang harus ditelan, kita selamanya tidak akan pernah sehat kalau tidak berani menghadapi pahitnya obat dan mahalnya ongkos yang harus dibayar. Sama dengan orang naik tangga, ketika salah satu kaki meninggalkan anak tangga yang bawah, kaki yang lain melayang–layang sejenak di udara, boleh jadi terpeleset dan bahkan jatuh, itu resiko. Tapi kalau takut menghadapi resiko, kita tidak akan pernah merenjak dari anak tangga terbawah.

9.  Seorang penebang mengasah kapaknya untuk mengumpulkan kayu. Seorang pemburu mengasah pisau dan mengencangkan busur. Seorang penulis meraut pensil untuk hasilkan karya. Mereka semua harus memperbarui peralatannya. Itulah prinsip produktivitas. Sebab tidak akan banyak pohon yang bisa ditebang oleh kapak yang telah tumpul dan aus. Tidak akan  ada buruan yang mampu ditaklukkan oleh busur yang telah renta. Tidak ada  sebuah kata bisa tertulis dari pensil yang patah. Maka, kita harus selalu mencoba cara-cara baru. Jika kita hanya mengerjakan cara-cara lama, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru ? Padahal melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan.

10. Kita disebut hidup, jika kita mengisi waktu antara hari kelahiran dan saat kita berpamitan dari kesibukan dunia ini –dengan pekerjaan-pekerjaan yang bernilai-, Dan kita hanya senilai sebanding dengan yang kita kerjakan.

11. Satu perahu berlayar ke timur, lainnya ke barat padahal digerakkan oleh angin yang sama, bukan arah angin yang menentukan kemana arah perahu, tapi bentangan lebar layarlah yang membawa kita, seperti air laut itulah alur kehidupan, bentangan jiwalah yang menentukan tujuannya dan bukan ketenangan atau hiruk pikuknya lingkungan kita.

12. Bukan besarnya dan beratnya pekerjaan yang akan memuliakanmu, tetapi besarnya dampak dari apapun yang kau kerjakan itu bagi kebaikan orang lain – yang akan memuliakanmu. Maka untuk mencapai perubahan besar, engkau tidak membutuhkan pengertian besar. Sejumput pengertian kecil yang segera kau kuatkan dengan tindakan yang bersungguh-sungguh, akan menguatkanmu untuk memindahkan gunung.

Tidak ada komentar: