1.
Perbedaan
dan keberagaman bukanlah yang utama, karena dibalik itu ada yang lebih utama
yaitu Allah swt. Sesungguhnya semua relitas kehidupan adalah syarah bagi
as-sunnah, sedangkan semua sunnah merupakan syarah bagi al-Qur’an, dan semua
isi al-Qur’an adalah syarah bagi asmaul husna, sedangkan semua asmaul husna
merupakan syarah bagi al ism al a’dzam Allah Azza wajalla.
2.
Pandangan
yang mengatakan bahwa perubahan ini belum saatnya karena masyarakat belum siap.
Itu sama dengan pernyataan perlawanan dalam keadaan lemah adalah sama dengan
bunuh diri, Bila semua orang berpendapat demikian, maka siapa lagi yang bangkit
melakukan perubahan?. kita percaya bahwa diam membiarkan masyarakat dalam
kegelapan adalah sama hukumnya dengan melakukan kegelapan itu sendiri.
3. Pencinta sejati adalah mereka yang menyingkirkan semua kehendaknya,
memberikan semua yang dimilikinya dan tidak takut terhadap apapun yang mungkin
menimpanya, ia ibarat pohon buah di
pinggir jalan, meskipun dilempari dengan batu, ia tetap menghadiahkan banyak
buah yang matang.
4. Kezaliman
selalu bermula dari yang sedikit, kemudian tiap orang sesudah itu menambahnya
sehingga akhirnya menjadi sangat besar. Jika pemimpin makan sebutir jeruk dari
kebun rakyatnya, anak buah pemimpin itu akan berlomba mencabuti seluruh pohonnya
5. Tantangan
hidup ibarat memanjat pohon yang tinggi, kian keatas kian kencang hembusan
angin menerpa, bila kita bertekad meraih prestasi menjulang, kita harus siap
diri hadapi hembusan angin yang kencang. Ketika program telah dirancang, maka
jalankan dengan konstan tanpa ragu dan plin plan, juga tidak perlu hiraukan ocehan orang agar
tidak terombang ambing dalam kekalutan.
6.
Kalau
lampumu tak berminyak, jangan pernah membayangkan api, kalau jiwamu kumuh oleh
kotoran-kotoran dunia jangan pernah berharap cahaya memancar terang, kalau
gelasmu retak jangan mimpi tuangan minuman, kalau sinyal ponselmu jelek jangan
pernah bermimpi mendengar suara yang jelas dan jernih. Karena itulah jangan
pernah mengharap sorga sambil terus berbuat maksiat kepada Allah swt.
7. Pikiran
secerdas apapun yang dipasarkan di tengah komunitas bodoh, hanya akan
menghasilkan kekecewaan, persis dengan orang waras ditengah komunitas orang
gila, yang gila merasa waras dan yang waras disebut gila
8. Setiap
perubahan kemajuan pasti ada resiko, bahkan bisa menyakitkan, tetapi sakit yang dimaksud adalah bersifat
sementara, ibarat pahitnya jamu atau nyerinya jarum suntik, itu semua adalah
demi kesembuhan dan kesehatan jangka panjang. Bisa juga perubahan kemajuan akan
membutuhkan biaya yang mahal, benturan sosial, gejolak massal, kritik sebagian
orang, keresahan, ketakutan, kekhawatiran dan bahkan mungkin klase fisik. Itu
semua adalah sederet ongkos yang harus dibayarkan demi sebuah perubahan yang di
cita– citakan. Tetapi semua orang harus mulai memahami bahwa kesehatan masa
depan jauh lebih berharga ketimbang pahitnya obat yang harus ditelan, kita
selamanya tidak akan pernah sehat kalau tidak berani
menghadapi pahitnya obat dan mahalnya ongkos yang harus dibayar. Sama dengan
orang naik tangga, ketika salah satu kaki meninggalkan anak tangga yang bawah,
kaki yang lain melayang–layang sejenak di udara, boleh jadi terpeleset dan
bahkan jatuh, itu resiko. Tapi kalau takut menghadapi resiko, kita tidak akan
pernah merenjak dari anak tangga terbawah.
9. Seorang
penebang mengasah kapaknya untuk mengumpulkan kayu. Seorang pemburu mengasah
pisau dan mengencangkan busur. Seorang penulis meraut pensil untuk hasilkan
karya. Mereka semua harus memperbarui peralatannya. Itulah prinsip
produktivitas. Sebab tidak akan banyak pohon yang bisa ditebang oleh kapak yang
telah tumpul dan aus. Tidak akan ada buruan yang mampu ditaklukkan oleh
busur yang telah renta. Tidak ada sebuah kata bisa tertulis dari pensil
yang patah. Maka, kita harus selalu mencoba cara-cara baru. Jika kita
hanya mengerjakan cara-cara lama, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang
baru ? Padahal melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju
pengetahuan.
10. Kita disebut hidup, jika kita mengisi waktu antara hari
kelahiran dan saat kita berpamitan dari kesibukan dunia ini –dengan
pekerjaan-pekerjaan yang bernilai-, Dan kita hanya senilai sebanding dengan
yang kita kerjakan.
11. Satu perahu berlayar ke timur, lainnya ke barat padahal
digerakkan oleh angin yang sama, bukan arah angin yang menentukan kemana arah
perahu, tapi bentangan lebar layarlah yang membawa kita, seperti air laut
itulah alur kehidupan, bentangan jiwalah yang menentukan tujuannya dan bukan
ketenangan atau hiruk pikuknya lingkungan kita.
12. Bukan besarnya dan beratnya pekerjaan yang akan
memuliakanmu, tetapi besarnya dampak dari apapun yang kau kerjakan itu bagi kebaikan
orang lain – yang akan memuliakanmu. Maka untuk mencapai perubahan besar,
engkau tidak membutuhkan pengertian besar. Sejumput pengertian kecil yang
segera kau kuatkan dengan tindakan yang bersungguh-sungguh, akan menguatkanmu
untuk memindahkan gunung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar