Kamis, 04 April 2013

REVITALISASI KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PENGELOLAAN INTELLECTUAL CAPITAL DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM



Sejak dunia pendidikan Islam berkenalan dengan teknologi informasi, banyak nilai tambah yang diperoleh kalangan  akademisi khususnya dalam hal  kemudahan akses pengetahuan ke database pengetahuan secara on line.  Komunitas pendidikan juga  banyak diuntungkan oleh peran teknologi informasi yang menjadi ruang publik (public sphere) bagi kolaborasi pengetahuan antar umat mansuia di seluruh dunia yang dapat dilakukan kapan saja.
Berbagai jaringan  pakar ( expert network ) bisa dibentuk, komunitas riset bisa diciptakan secara virtual, dan berbagai layanan pendidikan jarak jauh (distance learning) bisa diselenggarakan, perpustakaan digital juga sangat mudah diperoleh melalui World Wide Web (www). Inti dari semua itu adalah terjadinya  kemudahan bagi proses siklus transfer pengetahuan mulai dari pencipta, penerbit, vendor sampai ke pemakai. Kemudahan dalam siklus transfer pengetahuan tersebut diharapkan mampu meningkatkan gairah orang untuk berkiprah di bidang pendidikan dan riset yang pada gilirannya mempengaruhi secara  signifikan peningkatan mutu dan penyebaran pengetahuan.
Dewasa ini dengan meluasnya internet turut pula mempercepat proses transfer pengetahuan, dimana intraksi dan konversi antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain terjadi secara on line lintas lembaga pendidikan, lintas organisasi, lintas jaringan dan menihilkan batas-batas geografis sehingga proses penciptaan pengetahuan barupun  berlangsung serba cepat. Realitas tersebut menuntut lembaga pendidikan Islam untuk selalu proaktif merespon setiap perkembangan  yang terjadi di pentas global. Dengan kata lain sebagaimana lembaga pendidikan Islam harus  menjadi suatu learning organization yang sesungguhnya, yaitu  organisasi yang canggih dalam menghasilkan, mendapatkan dan mentransfer pengetahuan, serta merubah prilakunya  sesuai dengan pengetahuannya yang baru.  Karena itu suatu learning organization  harus mampu  melakukan – minimal – enam hal : Pertama, menciptakan system menegerial yang baik, kedua membudayakan riset, ketiga mendorong tumbuhnya kolaborasi dan kelompok pembelajaran, keempat menata system pengumpulan dan shering pengetahuan, kelima memberdayakan SDM agar memiliki visi yang sama dan keenam adalah menghubungkan organisasi dengan lingkungannya.

     Pengertian Knowledge management.
Dari perspektif organisasi, knowledge management adalah  aktivitas organisiasi untuk memperoleh pengetahuan dari pengalaman organisasi, kebijakan organisasi , dan pengalaman satu sama lain untuk mencapai tujuan organisasi, aktivitas tersebut  dilakukan oleh perpaduan antara teknologi, fungsi organisiasi  dan strategi berbasis kognitif (CBS/Cognitive based strategies) untuk mendapatkan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan baru dengan cara meningkatkan system kognisi dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Sementara dari perspektif pendidikan, knowledge management dapat diartikan sebagai aplikasi sarana teknologi untuk mengelola, menyimpan dan menyediakan suatu jaringan elektronik secara universal untuk penciptaan dan penyebaran pengetahuan serta pengalaman pendidikan.
Dari dua perspektif  diatas, dapat disimpulkan bahwa  aplikasi knowledge management menekankan pada lima hal. Pertama, adanya usaha yang serius untuk meningkatkan system kognisi.  Kedua, adanya modal intelektual  yang dikelola baik individu maupun kelompok. Ketiga, adanya proses akuisisi, pengolahan, penyimpanan dan penggunaan pengetahuan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Keempat, adanya pernyebaran pengetahuan dan pengalaman melalaui akses ke database maupun melalui sharing dan kolaborasi  ke lingkungan internal dan ektsernal organisasi . Kelima, adanya kreatifitas dan inovasi menciptakan pengetahuan baru secara terus menerus.

      Fungsi dan Tujuan Knowledge management.
Dalam pandangan Carl Frappaolo (1997:10)  Knowledge management memiliki lima fungsi utama  : (1) Fungsi   intermediation    yakni   peran   perantara  transfer  pengetahuan antara   penyedia   dan   pencari   pengatahuan, peran  tersebut  untuk mencocokkan (to match) kebutuhan pengetahuan dengan sumber pengetahuan secara optimal.  (2) Fungsi externalization, yakni  transfer   pengetahuan   dari fikiran pemiliknya ke tempat penyimpanan (repository) eksternal dengan cara seefisien mungkin. Dengan kata lain fungsi ini  adalah  memformalkan pengetahuan  tacit ke dalam bentuk pengetahuan explicit.(3) Fungsi internalization, yaitu pengambilan (extraction) pengetahuan dari tempat penyimpanan eksternal dan menyaring pengetahuan tersebut untuk disediakan bagi pencari yang relevan. Fungsi ini mencakup interpretasi atau  format ulang pengetahuan. (4) Fungsi cognition, ialah fungsi suatu system untuk membuat keputusan yang di dasarkan atas ketersediaan pengetahuan. Dan (5) Fungsi measurement, yakni mengukur, memetakan dan mengkuantififikasi pengetahuan    karporat   dan   unjuk   kerja   dari   penerapan  knowledge management.
Adapun tujuan akhir penerapan knowledge management menurut Bill Gates (2000 :213) adalah untuk meningkatkan kecerdasan lembaga, atau corporate IQ . Dalam situasi kehidupan yang kian dinamis, sebuah lembaga pendidikan islam mutlak memerlukan  corporate  IQ  yang tinggi agar  tetap hidup dan eksis ditengah konstelasi kehidupan yang kian kompetitif.  Corporate yang dimaksud disini adalah sebuah lembaga pendidikan islam tidak saja memiliki sejumlah orang orang cerdas, tetapi yang lebih mendasar adalah seberapa lancar orang dalam satu lembaga itu dapat saling mengembangkan gagasan orang lain. Artinya ia meliputi sharing pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada. Dan kontribusi  terhadap corporate IQ berasal dari pembelajaran tiap  individu civitas akademika  dan dari saling mengembangkan diatara gagasan gagasan yang beraneka ragam.
Para knowledge worker (guru, kepala sekolah dan karyawan) di sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki corporate IQ tinggi dapat bekerjasama  secara efektif sehingga semua orang penting dalam lembaga itu selalu ter upgrade  dan termotivasi pengetahuannya. Ujung ujungnya lembaga tersebut dapat memiliki SDM yang mampu mengembangkan gagasan terbaik dari semua potensi lembaga dan kemudian bertindak dengan visi dan misi yang sama secara terpadu sehingga akan mampu secara cemerlang mengatasi situasi apapun yang dihadapinya. Agar fungsi dan tujuan knowledge management dapat berjalan efektif, tentu dibutuhkan berbagai persyaratan, salah satunya adalah modal intelektual, yakni  kemampuan mengetahui (knowing capability) atau semacam human capital yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kapabilitas yang memungkinkan  seseorang bertindak   inovatif .
Putu Laxman (2001 : 3)  membagi pengetahuan dari segi tipenya menjadi dua. Yakni pengetahuan tacit dan pengetahuan exsplicit. Menurutnya selalu ada pengetahuan yang akan tetap tacit, sehingga proses menjadi tahu (knowing) sama pentingnya dengan pengetahuan itu sendiri. Sedang tipe kedua adalah pengetahuan eksplicit, yaitu pengetahuan yang terekam dalam berbagai format fisik, bisa dikelola, dikodifikasi dan diorganisasikan dengan standart standart tertentu. Seperti : monograf, serial, buku tahunan treatise, dll Tipe pengetahuan kedua inilah yang sejak berabad abad  menjadi garapan para peofesional informasi, seperti pustakawan dan record manager.
Management pengetahuan eksplisit pada umumnya berfokus pada penanganan dokumen, baik cetak maupun elektronik (image, digital dan citra) mulai dari proses  akumulasi, penyaringan, pengorganisasian, penyimpanan sampai penyebarannya. Sedang managemen pengetahuan tacit  sampai saat ini masih menyisakan persoalan yakni bagaimana cara mengelola pengetahuan yang masih berada  dalam pikiran pemiliknya, mulai dari proses mendapatkannya, menyimpan dan penyebarannya kepada pemakai yang tepat untuk kegunaan yang tepat dan pada saat yang tepat.Kedua tipe pengetahuan diatas kemudian berintraksi satu sama lain yang sehingga menimbulkan konversi silang yang ujungnya menghasilkan  pengetahuan baru. Penciptaan pengetahuan baru tersebut bisa melalui perubahan dan perkembangan bertahap dari pengetahuan yang sudah ada, dan bisa juga melalui perubahan yang lebih radikal dalam bentuk inovasi.
Sebagai tindak lanjut dari proses penciptaan pengetahuan baru tersebut adalah pengelolaan asset pengetahuan untuk dimanfaatkan. Pada tahap ini  biasanya terdapat dua  aktifitas managerial penting. Pertama mengelola isi (content management) berbagai modal intelektual atau pengetahuan eksplisit yang sudah terekam dalam bentuk dokumen. Kedua, mengelola pengetahuan tacit yang masih tersimpan  dalam pemikian pemiliknya. Kedua tipe pengetahuan tersebut dalam prosesnya memerlukan pendekatan yang berbeda bagi pengelolaannya.
Berbagai solusi knowledge management yang ditawarkan para ahli terhadap berbagai proyek knowledge management kiranya  dapat diadopsi. Solusi solusi tersebut boleh jadi “sangat teknologis” tetapi pada saat yang sama  peran manusia sangat menentukan. Pertama : membangun dashboard digital menggunakan  standart pembakuan HTML dan XML. Dashboard digital disini berguna untuk “tempat” bagi knowledge worker untuk melakukan sharing ide ide dan gagasan dan untuk mendapatkan informasi aktual.
Kedua, mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber (bisa menggunakan fasilitas exchange web storage system). Fasilitas ini mengkombinasikan fungsi fungsi system file, web dan server kolaborasi, sehingga menghasilkan “lokasi” tunggal untuk menyimopan dan mengelola modal intelektual. Ketiga , membangun ruang penyimpanan pengetahuan (knowledge repository) dan mengembangkannya terus menerus dengan pengetahuan pengetahuan baru. Keempat, meningkatkan akses ke pengetahuan kelima, memperbaiki lingkungan pengetahuan, dan keenam, mengelola pengetahuan sebagai asset organisasi.
Pada dasarnya sebuah organisasi  laksana manusia, memiliki mekanisme komunikasi internal, yaitu sebuah “system syaraf” yang selalu siap mengkoordinasikan langkah-langkahnya. Karena kita bekerja  dengan freme work teknologi informasi, maka  system syaraf tersebut kita sebut  digital. Sistem syaraf digital oleh para ahli digambarkan sebagai system yang mentransformasikan informasi  dan pengetahuan ke seluruh unit kerja atau ke user seperti darah yang mengalir dalam tubuh manusia.
Dengan demikian dapat digambarkan bahwa : dengan system seperti diatas kiranya sebuah lembaga  akan dapat melipat gandakan pengetahuannya secara terus menerus  sebagai hasil dari pertukaran  atau sharing  pengetahuan  diantara individu dan lembaga (tentu saja termasuk lembaga pendidikan Islam). Artinya bahwa  individu dan lembaga  tidak lagi merahasiakan modal intelektual yang mereka miliki, tetapi diamnfaatkan secara terbuka untuk kepentingan bersama, untuk keunggulan kompetitif (competitive advantage), untuk mendukung proses penciptaan pengetahuan baru yang lebih berkwalitas dan untuk daya saing yang lebih kokoh. Jadi sekali lagi bahwa  Kekuatan bukan diperoleh dari merahasiakan pengetahuan, melainkan dari berbagai (sharing) pengetahuan.

Implementasi Knowledge Management
Penerapan  Knowledge management di berbagai korporat banyak bertumpu  pada teknologi informasi. Teknologi jaringan (internet, extranet, dashboard digital) memungkinkan  para knowledge worker untuk saling mengirim dan berbagi pengetahuan secara on line. Demikian juga  penggunaan server, ibarat jantung dalam system saraf digital, mampu menguintegrasikan  berbagai aktifitas dan bahkan menjadi pusat penyimpanan pengertahuan. Sedemikian vital  teknologi informasi bagi lembaga perguruan tinggi, sampai sampai dikatakan bahwa  “knowledge management tidak bisa berjalan tanpa teknologi”.
Secara umum dukungan teknologi informasi terhadap knowledge management  ada tiga : (1) Teknologi informasi mampu  mengirimkan informasi yang tepat kepada orang yang tepat pada saat yang tepat. (2). Teknologi informasi dapat menyimpan intelegensi manusia. (3) Teknologi informasi dapat mendistribusikan intelegensi  manusia. Sedangkan secara khusus, peran teknologi infomrsi sangat signifikan untuk mendukung managemen pengetahuan  explicit maupun pengetahuan  tacit.
Managemen pengetahuan explicit umumnya mencakup kegiatan penciptaan  dan Pengadaan, kodifikasi dan pengorganisasian, penerbitan dan penyebaran, penelusuran dan akses, penggunaan dan penerapan pengetahuan.  Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah untuk menjawab masalah, pengambilan keputusan, pendukung unjuk kerja, pengarahan dan  analisis   dalam mendukung aktifitas sehari hari. Dukungan teknologi informasi dalam hal ini adalah: untuk kodifikasi dan organisasi pengetahuan explicit berdasarkan atas karakteristik format dalam bentuk apa pengetahuan dikodifikasikan. Alat yang lazim digunakan adalah Rational Database management System (RDBMS) untuk pengetahuan yang  dikodifikasi sebagai sebuah asset yang memiliki entitas terpisah. Sedangkan  untuk pengetahuan yang tersimpan  dalam format dokumen, digunakan alat   documen management System  (DMS)
Dengan menggunakan  sarana teknologi informasi, meumungkinkan pemakai bisa  bekerja secara lebih efektif. Pilihan alat alat teknologi akan bergantung pada karakteristik jaringan yang diterapkan. Teknologi informasi akan mengurangi kendala ruang dan waktu untuk sharing pengatahuan, misalnya dengan menggunakan sarana news group, expert network, e mail, dan sebaginya. Hasil dari percakapan dan dialog melalaui sarana sarana tersebut selanjutnya dapat diformalkan dalam bentuk pengetahuan explicit yang bisa   diakses oleh rekan sejawat   atau  publik umum.
Gambaran diatas kiranya dapat menunjukkan bahwa  teknologi informasi ternyata memainkan peranan yang sangat penting dalam implementasi knowledge management. Maka itu tidak mengherankan kalau faktor teknologi infomrmasi menjadi kekuatan penddorobng  bagi meningkatnya minat orang terhadap subjek ini sejak awal awal perkembangannya. Namun demikian perlu diaingat bahwa  dalam menerapkan knowledge managwement bukan hanya  terbatas pada membangun infrastruktur teknologi informasi, tetapi juga mencakup mengembangkan content.
Gagasan penerapan knowledge management untuk mengelola modal intelektual perguruan tinggi yang dipaparkan diatas bukanlah dimaksudkan untuk merekonstruksi praktik-praktik yang sudah berjalan lancar. Solusi-solusi yang ditawarkan hendaklah menjadi pendekatan baru tanpa menghilangkan praktek lama yang sudah ada. Bahwa dengan implementasi knowledge management sebuah organisisi perguruan tinggi diharapkan dapat lebih efektif bereaksi terhadap setiap perubahan yang terjadi disekelilingnya. Untuk keperluan utama inilah maka orientasi  organisasi  dialihkan dari semata mengurus informasi  ke mengelola  pengetahuan  yang ada di luar dan di dalam kepala manusia. Oleh sebab itu diperlukan selain  kemampuan mengelola modal intelektual yang sudah dihasilkan, juga kemampuan mengelola hubungan antar manusia, membangkitkan kultur  knowledge–friendly, mendorong sharing dan kolaborasi untuk pemanfaatan pengetahuan secara kolektif.
Walhasil yang menjadi target utama adalah bukan sekedar kecerdasan individu pada lembaga dimaksud, tapi juga meningkatkan kecerdasan lembaga itu sendiri (corporate IQ) yang dengan itu diharapkan memberikan keunggulan kompetitif pada stakeholders dan mampu bersaing dengan para kompetitor ditengah kehidupan yang kian turbulen. 

Tidak ada komentar: