Senin, 08 April 2013

STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LIFE SKILL PONDOK PESANTREN DI MADURA


Hefni Zain, S.Ag, MM

ABSTRAK
Dalam lima dasawarsa terakhir, wacana mengenai pondok pesantren tampak semakin marak, hal ini tercermin dari berbagai tema kajian dan penelitian yang dilakukan para ahli. Kegairahan seperti itu terjadi, kecuali terkait dengan ragam keunikan yang dimiliki pondok pesantren, di lembaga ini juga sedang terjadi refungsionalisasi, dimana pesantren tidak sekedar memainkan fungsi-fungsi tradisionalnya, seperti transmisi ilmu-ilmu keislaman, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama, tetapi juga telah berkembang pada fungsi pembangunan nilai (Value development), pembangunan ekonomi (economical development), pengembangan teknologi tepat guna, penyuluhan kesehatan,  penyelamatan lingkungan hidup,  pusat studi gender, kemandirian (Self reliance and sustainability) dan pengembangan kecakapan hidup (life skill)
Refungsionalisasi seperti diatas juga terjadi di beberapa pondok pesantren di Madura, mereka selain tetap mempertahankan Asas Al-Khomsah (baca : prinsip panca jiwa) yang dimilikinya, seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukuwah islamiyah dan kebebasan, juga mengembangkan pendidikan life skill guna mepersiapkan para santri memiliki kecakapan dan kreativitas sehingga tetap survive dan mampu beradaptasi dengan kemungkinan-kemungkinan masa depan, tidak sekedar siap pakai tetapi juga siap hidup ditengah derasnya dinamika kehidupan yang kian kompetitif.
Penelitian ini fokus pada empat hal : (1). Bagaimana strategi pengembangan pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren Madura ? (2) Jenis pendidikan kecakapan hidup apa saja yang dikembangkan di pondok pesantren  Madura ? (3) Bagaimana dampak pengembangan pendidikan kecakapan hidup terhadap SDM pondok pesantren di Madura? dan (4) Bagaimana hambatan dan peluang pengembangan pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren  Madura ?
Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura dilakukan dengan tiga strategi, yakni melalui pengembangan kurikulum ekstra kurikuler, melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait, dan melalui pengembangan Sumber Daya Manusia.(2) Jenis pendidikan life skill unggulan yang dikembangkan di pondok pesantren Madura meliputi : peternakan, budidaya lele, budidaya ikan hias, produksi minyak wangi dan pembuatan ramuan jamu herbal. Penetapan pilihan jenis keterampilan diatas kecuali mengacu pada kondisi, karakteristik serta potensi daerah setempat, juga mengacu pada. minat dan kebutuhan para santri.(3) Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura umumnya berdampak positif terhadap pengembangan SDM di pondok pesantren, antara lain dapat dikembangkan sebagai sektor usaha, Terserapnya alumni sebagai tenaga kerja pada usaha dan kegiatan perekonomian, Santri & alumni dapat mentransformasikan kepada orang lain bidang keterampilan dan kecakapan yang dikuasainya, dan Sebagai sarana pembentukan opini dan pencitraan positif bagi pesantren yang bersangkutan. Dan (4) Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura memiliki kendala dan peluang. Kendalaya antara lain terdapat pada aspek kelembagaan dan manajemen, aspek kurikulum dan pembelajaran, aspek pendanaan dan sarana, serta aspek budaya. Sedangkan peluangnya adalah munculnya kesadaran baru untuk melakukan inovasi, prinsip dan karakteristik pesantren yang sejalan dengan misi pendidikan life skill. 
  
MATRIK  I
Strategi pengembangan pendidikan kecakapan hidup
di pondok pesantren Madura

No
Komponen
Uraian
1.1
Melalui pengembangan kurikulum ekstra kurikuler
Diwujudkan dalam kegiatan :
·   Merumuskan target kompetensi yang diharapkan
· Mengembangkan bidang2 kecakapan yang hendak
  diberikan
·   Menetapkan tenaga (guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan
· Menyiapkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan.

1.2
Melalui kerjasama dengan pihak terkait
·     Dengan Bank Syariah Mandiri dan dinas koperasi kabupaten berupa pemberian modal bergulir atau ventura yang dikaitkan dengan pengembangan potensi lokal.
· Dengan beberapa perguruan tinggi berupa pendampingan tenaga ahli, transfer teknologi, penggunaan Information Communication Technologi, Pengadaan peralatan produksi guna meningkatkan potensi lokal.
·     Dengan Balai Latihan Kerja (BLK) dan beberapa perusahaan lokal sebagai tempat magang.

1.3
Melalui pengembangan SDM
·         Dengan aktif mengikuti berbagai diklat, workshop dan kursus life skill, kewirausahaan dan home industri, baik yang diadakan sendiri maupun dengan mengikutkannya di tempat lain.
·          SDM yang dibutuhkan di pesantren ini adalah SDM yang memiliki jiwa entrepreneurship, sehingga mereka nantinya tidak sekedar ikut bekerja pada orang lain, tetapi juga berani mengetrapkan skill yg dimilikinya untuk membuka lapangan kerja secara mandiri dan bisa bersaing dalam mencari nafkah dalam lingkungan masyarakat yang kian dinamis



MATRIK  II
Jenis pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren Madura

No
Komponen
Uraian
2.1
Pondok Pesantren Raudhah Najiah Sumenep
· Peternakan ayam petelur disini merupakan unggulan, diawali dengan kebutuhan masyarakat termasuk kami sendiri tiap hari membutuhkannya, dan saat ini kami sudah bisa memasarkan dengan omzet yang cukup lumayan, pasar tidak ada persoalan, sebab mereka sudah banyak yang tahu sehingga datang sendiri kesini
·   Saat ini pesantren Raudhah Najiah memiliki 4 kandang dengan kapasitas 73.000, ribu ekor ayam petelur, juga memiliki perusahaan pakan ternak mini yang berkapasitas 10.000 kg setiap harinya dan dikelola semi modern dengan bahan baku yang ada disekitarnya tetapi kwalitas terjamin sesuai dengan mutu pabrikan.
·          Tiap hari menghasilkan kurang telur lebih 2500 kg  selain dipasarkan di daerah Sumenep dan sekitarnya, juga telah menembus pasar di Pamekasan, Sampang dan Bangkalan dengan sistem ambil sendiri juga pengiriman baik pada tingkap pengepul maupun pengecer


2.2
Pondok Pesantren Misbahus Sudur Pamekasan
·  Untuk jenis pendidikan kecakapan hidup, di lembaga kami mengembangkan budidaya lele,  diantara pertimbangan kami adalah ikan lele termasuk salah satu ikan yang budidayanya cukup mudah dan pertumbuhannya sangat cepat
·    Budidaya lele sampai dengan saat ini masih menjadi favorit banyak orang.   pengalaman kami disini budidaya lele menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Saat ini kami memiliki 7 lokal kolam dengan luas kolam sekitar 1 hektar di tiga tempat berbeda, kami mampu meraup untung Rp  5 sampai 6 juta per bulannya.

2.3
Pondok Pesantren
Tarbiyatus Sibyan Sampang
·     Sejak tahun 2004 kami kami  mengembangkan keterampilan budidaya ikan hias jenis Koi, dipilihnya jenis ini sebagai unggulan, karena ikan koi selain memiliki nilai jual yang tinggi, juga proses pemijahan dan perawatan benihnya tidak membutuhkan modal besar, dan potensi pasarnya cukup stabil dalam waktu yang lama. Teknologinya juga sederhana dan mudah diterapkan, Budi dayanya dapat diusahakan dalam skala kecil dan tidak membutuhkan lahan yang luas, perputaran modalnya cepat, dapat dipanen dalam jangka waktu yang singkat, dan budi daya ikan koi mampu menyerap tenaga kerja dan marketnya cukup menjanjikan baik domestik maupun ekspor
·       Di pondok pesantren Tarbiyatus Sibyan budidaya ikan Koi telah menjadi jenis usaha  pesantren. Awal mendirikan usaha ini kami hanya memanfaatkan 2 petak kolam yang tersedia, dari hasil keuntungan kami menambahkan modal untuk membuat kolam dibelakang pondok, sekarang kami memiliki 40 petak kolam disekitar pondok dan dilokasi lain 45 petak kolam dengan luas lahan seluruhnya 3ha. Perkembangan budidaya ikan hias jenis ini semakin hari semakin meningkat, Kalau dirata-rata setiap bulan kami bisa menghasilkan keuntungan minimal Rp 15 juta sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan warga pesantren


2.4
Pondok Pesantren
Al-Amin Bangkalan
·      Para santri disini dilatih membuat minyak wangi yang kebolehannya tidak menimbulkan ikhtilaf karena terbuat dari bahan dasar bunga, produk minyak wangi itu kami berinama Al-Amin, artinya minyak wangi yang terpacaya kesucian dan kebolehannya
·     Dengan modal 27 jutaan,  tiap bulannya kami mampu memproduksi 8000 sampai 9000 botol minyak wangi merk Al-amin, dan paling sedikit tiap bulannya mampu menjual rata-rata 7.000 botol dengan harga Rp. 7500 per botol, produk kami sering di kulak oleh beberapa koperasi pesentren yang mengelola majelis dzikir dan berbasis jamaah di Sumenep, Pamekasan, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Bali.

2.5
Pondok Pesantren
Darus salam Bangkalan
·    Life skill yang dikembangkan di pesantren ini bukan hanya ramuan jamu herbal, ada juga desain grafis, pembuatan binner, tata busana dan desain batik, tetapi memang yang lebih dikenal masyarakat adalah ramuan jamu herbal, keunggulan ramuan yang ada disini dibanding lainnya adalah terletak pada khasiatnya karena berbahan dasar air zam-zam dan asma’
· Terdapat banyak faktor yang menyebabkan  bangkitnya pengobatan tradisonal melalui jamu herbal. Pertama, karena  banyak cacat dalam metode kedokteran modern, hanya 30 % dari pengobatan modern yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah, selebihnya hanyalah trial and error, Kedua, Pengobatan modern  terbukti banyak melakukan mall praktek, baik kesalahan petugas medis, kesalahan diagnosis maupun kesalahan farmasi, Ketiga, Pengobatan modern di rumah sakit membutuhkan biaya yang mahal. 



MATRIK  III
Dampak pendidikan kecakapan hidup terhadap SDM
di pondok pesantren Madura

No
Komponen
Uraian
3.1
Dapat dikembangkan sbg sektor usaha
Seorang alumni pesantren Raudhah Najiah Sumenep bernama Burhan, yang saat ini sudah berkeluarga dan tinggal di desa Bluto menyatakan keterampilan beternak ayam yang diperolehnya ketika masih mondok di Raudhah Najiah sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya, Bermodal keterampilan tersebut, saat ini Burhan mengaku memiliki 400 ekor ayam petelur yang dikelola sendiri sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bersama istri dan anaknya. 

3.2
Terserapnya alumni sebagai tenaga kerja pada usaha dan kegiatan perekonomian
Adalah Yono seorang alumni pesantren Misbahus Sudur yang saat ini sudah mempunyai usaha sablon di Padem Awu Pamekasan mengaku bahwa semula dirinya dan temannya ketika dipondok bernama Ridwan,  ikut kakaknya bekerja sablon di Pasar baru, tetapi setelah cukup modal dirinya membuka sendiri usaha sablon di Padem Awu, dan Ridwan saat ini bekerja di perusahaan besar di Surabaya, alhamdulillah usaha sablon milik Yono saat ini cukup terkenal dan banyak mendapat order, menurut pengakuan Yono semua itu berkat keterampilan menyablon yang diperolehnya ketika mondok di Misbahus Sudur .

          3.3
Santri & alumni dapat mentransformasikan kepada orang lain, bidang keterampilan dan kecakapan yang dikuasainya


Seorang alumni pesantren Tarbiyatus Sibyan bernama Fatoni Badri mengaku saat ini dirinya sering diundang beberapa lembaga untuk memberikan trining dan penyuluhan tentang budidaya ikan hias, menurut Fatoni untuk kegiatan tersebut sebetulnya dirinya tidak pasang tarip, tetapi pihak yang mendapat jasanya tersebut biasanya ngasih honor mulai Rp.250.000, sampai Rp. 500.000, Selain itu Fatoni juga mengaku sering ditanya dan dimintai konsultasi oleh beberapa saudara dan  famili yang tertarik untuk membuka usaha budidaya ikan hias.

                    3.4
Sebagai sarana pembentukan opini dan pencitraan positif bagi pesantren yang bersangkutan.

·        Bnyaknya alumni pondok pesantren yang terserap di lapangan tenaga kerja atau yang membuka usaha sendiri, telah memotivasi masyarakat setempat untuk meniru sikap positif tsb shingga mendorong mereka utk memondokkan putra-putrinya ke lembaga pendok pesantren dimaksud
·  Seorang informan bernama  Hamid, yang mempercayakan dua putranya untuk mondok di Al-Amin mengatakan, Saya memilih Pesantren Al-Amin untuk tempat belajar  dua anak saya, karena saya melihat ponakan-ponakan  saya yang alumni Al-Amin saat ini Ada yang sudah bekerja di perusahaan besar  di surabaya dan ada pula yang  punya usaha sendiri dan cukup maju, Jadi saya ingin anak-anak saya selain dapat ilmu agama dari pondok juga agar nantinya gampang cari pekerjaan, karena punya kecakapan dan keterampilan



MATRIK  IV
Hambatan dan peluang pengembangan pendidikan kecakapan hidup
di pondok pesantren Madura

No
Komponen
Uraian
4.1
Hambatan

a
Aspek Kelembagaan dan manajemen
·    Dari 50 pondok pesantren yang di teliti, hanya 36 prosen yang memiliki badan hukum, sementara sisanya belum berbadan hukum dan dikelola dengan pola kepemimpinan sentralistik, sehingga sering kesulitan dalam melakukan kerjasama dengan pihak luar dan mengganggu lancarnya mekanisme kerja kolektif, padahal banyak perubahan yang tidak mungkin tertangani oleh satu orang. Kecuali itu, tidak sedikit pondok pesantren di Madura  yang hingga kini belum merumuskan visi, misi dan tujuan pendidikannya secara sistimatik yang tertuang dalam program kerja yang jelas, sehingga tahapan pencapaian tujuannya juga cenderung tidak jelas
· Beberapa pondok pesantren di Madura yang dikelola secara informal didasarkan pada asumsi bahwa pesantren sebagai lembaga tradisional tidaklah memerlukan legalitas formal, disebabkan oleh kebesaran pengaruh seorang kyai sebagai figur sentral yang dikagumi dan dipanuti, sehingga aspek-aspek manajemen belum sepenuhnya dilaksanakan.

b
Aspek kurikulum dan pembelajaran
·    Kurikulum di pondok pesantren kebanyakan masih terfokus pada pendidikan agama dengan sedikit penekanan pada ilmu pengetahuan umum dan teknologi sehingga lulusannya kurang kompetitif dalam dunia kerja. Data kantor kementerian agama Propinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa di Madura, hanya 39 % yang memiliki madrasah atau sekolah dengan kurikulum umum.
·    Suasana  belajar mengajar  di pesantren kurang memberi kelonggaran untuk bertanya, apalagi berdebat, terutama dalam rumusan “mengapa“, hal yang demikian  karena berhubungan erat dengan akar historis yang amat tipikal dalam kehidupan masyarakat Islam zaman kemandegan abad 13 M. Pemahaman yang umum dipesantren adalam menganggap bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan penalaran (ra’yu), melainkan suatu nur yang memancar atau yang dipancarkan  dari atas dari Tuhan yang maha kuasa

c
Aspek pendanaan dan sarana

·   Pondok pesantren di Madura pada umumnya belum memiliki perpustakaan, laboratorium dan ruang ketrampilan yang memadai untuk sebuah institusi pendidikan yang mengharapkan lulusannya dapat berkompetisi di dunia global.
·    Berbagai kebutuhan finansial pesantren, sebagian besar masih dipenuhi oleh pengasuh dan pengelola pondok pesantren, sehingga cukup menjadi faktor pembatas dalam pengembangannya kedepan. 

d
Aspek budaya
· Pondok pesantren di Madura pada umumnya berbudaya paternalistik yang menjadikan figur kiai sebagai panutan tunggal tanpa reserve. Terdapat sebuah pola relasi emosional layaknya tradisi feodal antara kiai dan santri. Kedudukan kiai tersebut sama dengan kedudukan bangsawan feodal yang biasa dikenal dengan nama kanjeng di masyarakat Jawa.
·    Di beberapa pesantren salaf di Madura, dijumpai santri yang berjalan duduk ketika menghadap kiainya. Santri juga berdiri seketika tatkala kiai lewat di depannya. Santri juga menghentikan langkah kaki dan menundukkan kepalanya pada saat berpapasan dengan kiai yang sama-sama berjalan kaki, hingga jarak antara keduanya agak jauh. dan kiai tidak melarang sikap santri tersebut, sehingga sikap semacam itu menjadi kultur yang lestari di pesantren.
·    Penghormatan yang luar biasa dari santri kepada kiainya terjadi karena dalam kultur pesantren penyerahan diri kepada kiai merupakan persyaratan multak. Santri harus memperoleh kerelaan kiai dengan mengikuti segenap kehendaknya dan juga melayani segenap kepentingannya. Kerelaan kiai, yang lazim disebut dengan barakah, adalah alasan tempat berpijak santri di dalam menuntut ilmu di pesantren. Sikap dan perbuatan ”tidak sopan” dalam ukuran pesantren diyakini akan berimplikasi terhadap ketidakbarakahan ilmu yang diperoleh. Pola relasi ini terus terpelihara dari satu generasi ke generasi berikutnya. Santri-santri baru tinggal menirukan apa yang dilakukan oleh santri-santri yang lebih senior. Santri baru sepertinya tidak perlu menanyakan mengapa santri bersikap seperti itu. 

4.2
Potensi dan Peluang

a
Munculnya kesadaran baru
Sejalan dengan arus globalisasi informasi dan era reformasi yang berkembang di tanah air, ruang kebebasan menjadi terbuka lebar bagi semua pihak untuk berkreasi dan berekspresi, tak terkecuali para santri di dunia pesantren. Di internal  pesantren sendiri, banyak pihak yang mulai sadar bahwa dalam menghadapi dinamika zaman mereka dituntut berkompetisi dengan perubahan. Kompleksitas tantangan yang mereka dihadapi  menuntut mereka berbenah, cepat atau lambat mereka akan dihadapkan pada sebuah kompetisi yang sangat  ketat. Siapa yang aktif akan terus survive, sebaliknya bagi yang pasif, siap-siap untuk tergilas.

b
Kebutuhan yang mendesak akan keterampilan
Telah menjadi kesadaran umum di dunia pesantren bahwa untuk mengatasi problem kemiskinan misalnya, tidak cukup hanya dengan pendekatan teologis seperti doktrin qona’ah, zuhud, sabar dan tawakkal, tetapi perlu juga doktrin tentang kerja keras dan pengembangan kreativitas, dan yang lebih penting adalah fasilitas untuk itu, seperti : pemerataan kesempatan, penyediaan lapangan kerja, pengembangan kemampuan dan skill, tanpa itu pengentasan kemiskinan hanyalah otopia. Rendahnya mutu pendidikan juga tidak mungkin diselesaikan dengan hanya mengacu pada doktrin ”tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina” tetapi diperlukan juga langkah kongkrit menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, pengembangan kompetensi dan profesionalitas tenaga pengajar, sarana prasarana, aspek manajerial dan semacamnya. Bukan berarti aspek eskatalogis diabaikan tetapi bagaimana pesan agama diterjemahkan secara praktis sebagai solusi membebaskan umatnya dari problematika kesehariannya.

c
Prinsip dan karakteristik dasar Pesantren sejalan dengan misi life skill
· Implementasi program pendidikan life skills menemukan relevansinya di dunia pesantren, sebab  pendidikan life skills mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan secara sukses, seperti : kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan mengembangkan kerja sama, kemampuan untuk mandiri serta kesiapan dan kecakapan untuk terjun ke dunia kerja. Sementara pesantren yang dikenal mengakar kuat di masyarakat, juga memegang teguh prinsip asasul khomsah yang notabene sejalan dengan spirit program pendidikan life skills.
·    Dengan karakteristik, prinsip dan potensi yang dimiliki pesantren, seperti : infra sturuktur dan sarana prasana yang menunjang, SDM yang mamadai, aksesbilitas dan networking yang luas, manajemen kelembagaan, kemandirian ekonomi kelembagaan, dan semacamnya, menjadikan pesantren memiliki kesiapan menjalankan program pendidikan life skills dengan baik.
·    Pendidikan kecakapan hidup semakin relevan dikembangkan di pesantren, karena : 1) Penyelengaraan pendidikan pesantren dalam bentuk asrama memungkinkan para santri belajar disiplin, menjalin kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, kemandirian, dan kesederhanaan. 2) Di pesantren diajarkan beberapa keterampilan sebagai bekal hidup mandiri sehingga para alumni pesantren akan lebih mandiri ketika kembali kelingkungan masyarakatnya. 3) Sistem yang dikembangkan pesantren lebih memungkinkan para santri berkompetisi secara realistis, bukan saja dalam prestasi belajar tetapi juga prestasi dalam berusaha dan bekerja. Pengembangan sikap egalitarian dikalangan para santri merupakan ciri dan kelebihan pondok pesantren. 4) Pondok pesantren menciptakan ikatan persaudaraan diantara para santri yang tanpa paksaan, menjadi modal dasar terpenting dalam membangun masyarakat madani. 5) Sistem pondok memungkinkan timbulnya semangat belajar tanpa henti dikalangan para santri, yang belajar dengan sadar bagi perbaikan dirinya. Mereka belajar agar mampu mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. (6) keunggulan yang dimiliki pesantren, seperti kemandirian, kewira usahaan, keteguhan keyakinan, idealisme dan kemampuannya dalam melakukan pemecahan  masalah-masalah sosial  masyarakat sekitarnya yang dilandaskan pada keikhlasan dan amal saleh adalah sejalan dengan misi life skill




Tidak ada komentar: