Hefni Zain, S.Ag,
MM
ABSTRAK
Dalam lima dasawarsa terakhir, wacana mengenai pondok pesantren tampak
semakin marak, hal ini tercermin dari berbagai tema kajian dan penelitian yang
dilakukan para ahli. Kegairahan seperti itu terjadi, kecuali terkait dengan
ragam keunikan yang dimiliki pondok pesantren, di lembaga ini juga sedang
terjadi refungsionalisasi, dimana pesantren tidak sekedar memainkan
fungsi-fungsi tradisionalnya, seperti transmisi ilmu-ilmu keislaman,
pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama, tetapi juga telah berkembang pada fungsi pembangunan nilai (Value development),
pembangunan ekonomi (economical development), pengembangan teknologi
tepat guna, penyuluhan kesehatan, 
penyelamatan lingkungan hidup, 
pusat studi gender, kemandirian (Self reliance and sustainability)
dan pengembangan kecakapan hidup (life skill) 
Refungsionalisasi seperti diatas juga terjadi di beberapa pondok pesantren
di Madura, mereka selain tetap mempertahankan Asas Al-Khomsah (baca :
prinsip panca jiwa) yang dimilikinya, seperti keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, ukuwah islamiyah dan kebebasan, juga mengembangkan pendidikan life
skill guna mepersiapkan para santri memiliki kecakapan dan kreativitas
sehingga tetap survive dan mampu beradaptasi dengan
kemungkinan-kemungkinan masa depan, tidak sekedar siap pakai tetapi juga siap
hidup ditengah derasnya dinamika kehidupan yang kian kompetitif.
Penelitian ini fokus pada empat hal : (1). Bagaimana strategi pengembangan
pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren Madura ? (2) Jenis pendidikan
kecakapan hidup apa saja yang dikembangkan di pondok pesantren  Madura ? (3) Bagaimana dampak pengembangan
pendidikan kecakapan hidup terhadap SDM pondok pesantren di Madura? dan (4)
Bagaimana hambatan dan peluang pengembangan pendidikan kecakapan hidup di
pondok pesantren  Madura ?
Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura dilakukan
dengan tiga strategi, yakni melalui pengembangan kurikulum ekstra kurikuler,
melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait, dan melalui pengembangan Sumber
Daya Manusia.(2) Jenis pendidikan life skill unggulan yang dikembangkan
di pondok pesantren Madura meliputi : peternakan, budidaya lele, budidaya ikan
hias, produksi minyak wangi dan pembuatan ramuan jamu herbal. Penetapan pilihan
jenis keterampilan diatas kecuali mengacu pada kondisi, karakteristik serta
potensi daerah setempat, juga mengacu pada. minat dan kebutuhan para santri.(3)
Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura umumnya
berdampak positif terhadap pengembangan SDM di pondok pesantren, antara lain
dapat dikembangkan sebagai sektor usaha, Terserapnya alumni sebagai tenaga
kerja pada usaha dan kegiatan perekonomian, Santri & alumni dapat
mentransformasikan kepada orang lain bidang keterampilan dan kecakapan yang
dikuasainya, dan Sebagai sarana pembentukan opini dan pencitraan positif bagi
pesantren yang bersangkutan. Dan (4) Pengembangan pendidikan life skill di
pondok pesantren Madura memiliki kendala dan peluang. Kendalaya antara lain
terdapat pada aspek kelembagaan dan manajemen, aspek kurikulum dan
pembelajaran, aspek pendanaan dan sarana, serta aspek budaya. Sedangkan
peluangnya adalah munculnya kesadaran baru untuk melakukan inovasi, prinsip dan
karakteristik pesantren yang sejalan dengan misi pendidikan life skill. 
MATRIK  I
Strategi
pengembangan pendidikan kecakapan hidup
di pondok
pesantren Madura
| 
   
No 
 | 
  
   
Komponen 
 | 
  
   
Uraian 
 | 
 
| 
   
1.1 
 | 
  
   
Melalui pengembangan
  kurikulum ekstra kurikuler 
 | 
  
   
Diwujudkan dalam kegiatan : 
·   Merumuskan target kompetensi yang diharapkan 
· Mengembangkan bidang2 kecakapan yang hendak 
  diberikan 
·   Menetapkan tenaga (guru) sesuai dengan kualifikasi yang
  diperlukan 
· Menyiapkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan. 
 | 
 
| 
   
1.2 
 | 
  
   
Melalui kerjasama dengan
  pihak terkait 
 | 
  
   
·     Dengan Bank Syariah Mandiri dan
  dinas koperasi kabupaten berupa pemberian modal bergulir atau ventura yang dikaitkan
  dengan pengembangan potensi lokal. 
· Dengan beberapa perguruan tinggi berupa pendampingan tenaga ahli, transfer teknologi,
  penggunaan Information Communication Technologi, Pengadaan peralatan
  produksi guna meningkatkan potensi lokal.  
·     Dengan Balai Latihan Kerja (BLK) dan beberapa
  perusahaan lokal sebagai tempat magang. 
 | 
 
| 
   
1.3 
 | 
  
   
Melalui pengembangan SDM 
 | 
  
   
·         Dengan aktif mengikuti berbagai diklat, workshop dan kursus life
  skill, kewirausahaan dan home industri, baik yang diadakan sendiri
  maupun dengan mengikutkannya di tempat lain.  
·         
  SDM
  yang dibutuhkan di pesantren ini adalah SDM yang memiliki jiwa entrepreneurship,
  sehingga mereka nantinya tidak sekedar ikut bekerja pada orang lain,
  tetapi juga berani mengetrapkan skill yg dimilikinya untuk membuka
  lapangan kerja secara mandiri dan bisa bersaing dalam mencari nafkah dalam
  lingkungan masyarakat yang kian dinamis 
 | 
 
MATRIK  II
Jenis pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren Madura
| 
   
No 
 | 
  
   
Komponen 
 | 
  
   
Uraian 
 | 
 
| 
   
2.1 
 | 
  
   
Pondok Pesantren Raudhah
  Najiah Sumenep 
 | 
  
   
· Peternakan ayam petelur disini merupakan unggulan,
  diawali dengan kebutuhan masyarakat termasuk kami sendiri tiap hari
  membutuhkannya, dan saat ini kami sudah bisa memasarkan dengan omzet yang
  cukup lumayan, pasar tidak ada persoalan, sebab mereka sudah banyak yang tahu
  sehingga datang sendiri kesini 
·   Saat ini pesantren Raudhah Najiah memiliki 4 kandang
  dengan kapasitas 73.000, ribu ekor ayam petelur, juga memiliki perusahaan
  pakan ternak mini yang berkapasitas 10.000 kg setiap harinya dan dikelola
  semi modern dengan bahan baku yang ada disekitarnya tetapi kwalitas terjamin
  sesuai dengan mutu pabrikan. 
·         
  Tiap hari menghasilkan kurang telur lebih 2500 kg  selain dipasarkan di daerah Sumenep dan
  sekitarnya, juga telah menembus pasar di Pamekasan, Sampang dan Bangkalan
  dengan sistem ambil sendiri juga pengiriman baik pada tingkap pengepul maupun
  pengecer 
 | 
 
| 
   
2.2 
 | 
  
   
Pondok Pesantren Misbahus
  Sudur Pamekasan 
 | 
  
   
·  Untuk jenis pendidikan kecakapan hidup, di lembaga kami
  mengembangkan budidaya lele,  diantara
  pertimbangan kami adalah ikan lele termasuk salah satu ikan yang budidayanya
  cukup mudah dan pertumbuhannya sangat cepat 
·    Budidaya lele sampai dengan saat ini masih menjadi
  favorit banyak orang.   pengalaman kami disini budidaya lele menjanjikan
  keuntungan yang cukup besar. Saat ini kami memiliki 7 lokal kolam dengan luas
  kolam sekitar 1 hektar di tiga tempat berbeda, kami mampu meraup untung
  Rp  5 sampai 6 juta per bulannya.  
 | 
 
| 
   
2.3 
 | 
  
   
Pondok Pesantren  
Tarbiyatus Sibyan Sampang 
 | 
  
   
·     Sejak tahun 2004 kami kami  mengembangkan keterampilan budidaya ikan
  hias jenis Koi, dipilihnya jenis ini sebagai unggulan, karena
  ikan koi selain memiliki nilai jual yang tinggi,
  juga proses
  pemijahan dan perawatan benihnya tidak membutuhkan modal besar, dan potensi
  pasarnya cukup stabil dalam waktu yang lama. Teknologinya juga sederhana dan
  mudah diterapkan, Budi dayanya dapat diusahakan dalam skala kecil dan tidak
  membutuhkan lahan yang luas, perputaran modalnya cepat, dapat dipanen dalam
  jangka waktu yang singkat, dan budi daya ikan koi mampu menyerap tenaga kerja
  dan marketnya cukup menjanjikan baik domestik maupun ekspor 
·       Di pondok pesantren Tarbiyatus Sibyan budidaya ikan Koi
  telah menjadi jenis usaha  pesantren.
  Awal mendirikan usaha ini kami hanya memanfaatkan 2 petak kolam yang
  tersedia, dari hasil keuntungan kami menambahkan modal untuk membuat kolam
  dibelakang pondok, sekarang kami memiliki 40 petak kolam disekitar pondok dan
  dilokasi lain 45 petak kolam dengan luas lahan seluruhnya 3ha. Perkembangan
  budidaya ikan hias jenis ini semakin hari semakin meningkat, Kalau
  dirata-rata setiap bulan kami bisa menghasilkan keuntungan minimal Rp 15 juta
  sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan warga pesantren 
 | 
 
| 
   
2.4 
 | 
  
   
Pondok Pesantren  
Al-Amin Bangkalan 
 | 
  
   
·      Para
  santri disini dilatih membuat minyak wangi yang kebolehannya tidak
  menimbulkan ikhtilaf karena terbuat dari bahan dasar bunga, produk minyak
  wangi itu kami berinama Al-Amin, artinya minyak wangi yang terpacaya kesucian
  dan kebolehannya 
·     Dengan
  modal 27 jutaan,  tiap bulannya kami
  mampu memproduksi 8000 sampai 9000 botol minyak wangi merk Al-amin, dan
  paling sedikit tiap bulannya mampu menjual rata-rata 7.000 botol dengan harga
  Rp. 7500 per botol, produk kami sering di kulak oleh beberapa koperasi pesentren
  yang mengelola majelis dzikir dan berbasis jamaah di Sumenep, Pamekasan, Lumajang,
  Probolinggo, Pasuruan dan Bali. 
 | 
 
| 
   
2.5 
 | 
  
   
Pondok Pesantren  
Darus salam Bangkalan 
 | 
  
   
·    Life skill yang dikembangkan di pesantren ini bukan
  hanya ramuan jamu herbal, ada juga desain grafis, pembuatan binner, tata
  busana dan desain batik, tetapi memang yang lebih dikenal masyarakat adalah
  ramuan jamu herbal, keunggulan ramuan yang ada disini dibanding lainnya
  adalah terletak pada khasiatnya karena berbahan dasar air zam-zam dan asma’ 
· Terdapat banyak faktor yang
  menyebabkan  bangkitnya pengobatan
  tradisonal melalui jamu herbal. Pertama, karena  banyak cacat dalam metode kedokteran
  modern, hanya 30 % dari pengobatan modern yang dapat dipertanggung jawabkan
  secara ilmiyah, selebihnya hanyalah trial and error, Kedua,
  Pengobatan modern  terbukti banyak
  melakukan mall praktek, baik kesalahan petugas medis, kesalahan
  diagnosis maupun kesalahan farmasi, Ketiga, Pengobatan modern di rumah
  sakit membutuhkan biaya yang mahal.   
 | 
 
MATRIK  III
Dampak
pendidikan kecakapan hidup terhadap SDM
di pondok
pesantren Madura
| 
   
No 
 | 
  
   
Komponen 
 | 
  
   
Uraian 
 | 
 
| 
   
3.1 
 | 
  
   
Dapat dikembangkan sbg
  sektor usaha 
 | 
  
   
Seorang alumni pesantren Raudhah Najiah
  Sumenep bernama Burhan, yang saat ini sudah berkeluarga dan tinggal di desa Bluto
  menyatakan keterampilan beternak ayam yang diperolehnya ketika masih mondok
  di Raudhah Najiah sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya, Bermodal
  keterampilan tersebut, saat ini Burhan mengaku memiliki 400 ekor ayam petelur
  yang dikelola sendiri sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
  bersama istri dan anaknya.  
 | 
 
| 
   
3.2 
 | 
  
   
Terserapnya alumni
  sebagai tenaga kerja pada usaha dan kegiatan perekonomian  
 | 
  
   
Adalah Yono seorang alumni pesantren Misbahus
  Sudur yang saat ini sudah mempunyai usaha sablon di Padem Awu Pamekasan mengaku
  bahwa semula dirinya dan temannya ketika dipondok bernama Ridwan,  ikut kakaknya bekerja sablon di Pasar baru,
  tetapi setelah cukup modal dirinya membuka sendiri usaha sablon di Padem Awu,
  dan Ridwan saat ini bekerja di perusahaan besar di Surabaya, alhamdulillah
  usaha sablon milik Yono saat ini cukup terkenal dan banyak mendapat order,
  menurut pengakuan Yono semua itu berkat keterampilan menyablon yang
  diperolehnya ketika mondok di Misbahus Sudur . 
 | 
 
| 
   
          3.3 
 | 
  
   
Santri & alumni dapat
  mentransformasikan kepada orang lain, bidang keterampilan dan kecakapan yang
  dikuasainya 
 | 
  
   
Seorang alumni pesantren Tarbiyatus Sibyan
  bernama Fatoni Badri mengaku saat ini dirinya sering diundang beberapa
  lembaga untuk memberikan trining dan penyuluhan tentang budidaya ikan hias,
  menurut Fatoni untuk kegiatan tersebut sebetulnya dirinya tidak pasang tarip,
  tetapi pihak yang mendapat jasanya tersebut biasanya ngasih honor mulai
  Rp.250.000, sampai Rp. 500.000, Selain itu Fatoni juga mengaku sering ditanya
  dan dimintai konsultasi oleh beberapa saudara dan  famili yang tertarik untuk membuka usaha
  budidaya ikan hias. 
 | 
 
| 
   
                    3.4 
 | 
  
   
Sebagai sarana
  pembentukan opini dan pencitraan positif bagi pesantren yang bersangkutan. 
 | 
  
   
·        Bnyaknya alumni pondok pesantren yang terserap di
  lapangan tenaga kerja atau yang membuka usaha sendiri, telah memotivasi
  masyarakat setempat untuk meniru sikap positif tsb shingga mendorong mereka
  utk memondokkan putra-putrinya ke lembaga pendok pesantren dimaksud 
·  Seorang informan bernama  Hamid, yang mempercayakan dua putranya
  untuk mondok di Al-Amin mengatakan, Saya memilih Pesantren Al-Amin untuk
  tempat belajar  dua anak saya, karena
  saya melihat ponakan-ponakan  saya yang
  alumni Al-Amin saat ini Ada yang sudah bekerja di perusahaan besar  di surabaya dan ada pula yang  punya usaha sendiri dan cukup maju, Jadi
  saya ingin anak-anak saya selain dapat ilmu agama dari pondok juga agar
  nantinya gampang cari pekerjaan, karena punya kecakapan dan keterampilan 
 | 
 
MATRIK  IV
Hambatan dan peluang pengembangan pendidikan kecakapan hidup
di pondok pesantren Madura
| 
   
No 
 | 
  
   
Komponen 
 | 
  
   
Uraian 
 | 
 
| 
   
4.1 
 | 
  
   
Hambatan 
 | 
  
   | 
 
| 
   
a 
 | 
  
   
Aspek Kelembagaan dan
  manajemen 
 | 
  
   
·    Dari 50 pondok pesantren
  yang di teliti, hanya 36 prosen yang memiliki badan hukum, sementara sisanya
  belum berbadan hukum dan dikelola dengan pola kepemimpinan sentralistik,
  sehingga sering kesulitan dalam melakukan kerjasama dengan pihak luar dan
  mengganggu lancarnya mekanisme kerja kolektif, padahal banyak perubahan yang
  tidak mungkin tertangani oleh satu orang. Kecuali itu, tidak sedikit pondok
  pesantren di Madura  yang hingga kini
  belum merumuskan visi, misi dan tujuan pendidikannya secara sistimatik yang
  tertuang dalam program kerja yang jelas, sehingga tahapan pencapaian
  tujuannya juga cenderung tidak jelas 
· Beberapa pondok pesantren
  di Madura yang dikelola secara informal didasarkan pada asumsi bahwa
  pesantren sebagai lembaga tradisional tidaklah memerlukan legalitas formal,
  disebabkan oleh kebesaran pengaruh seorang kyai sebagai figur sentral yang
  dikagumi dan dipanuti, sehingga aspek-aspek manajemen belum sepenuhnya
  dilaksanakan. 
 | 
 
| 
   
b 
 | 
  
   
Aspek kurikulum dan
  pembelajaran 
 | 
  
   
·    Kurikulum di pondok
  pesantren kebanyakan masih terfokus pada pendidikan agama dengan sedikit
  penekanan pada ilmu pengetahuan umum dan teknologi sehingga lulusannya kurang
  kompetitif dalam dunia kerja. Data kantor kementerian agama Propinsi Jawa
  Timur menyebutkan bahwa di Madura, hanya 39 % yang memiliki
  madrasah atau sekolah dengan kurikulum umum.  
·    Suasana  belajar mengajar  di pesantren kurang memberi kelonggaran
  untuk bertanya, apalagi berdebat, terutama dalam rumusan “mengapa“, hal yang
  demikian  karena berhubungan erat
  dengan akar historis yang amat tipikal dalam kehidupan masyarakat Islam zaman
  kemandegan abad 13 M. Pemahaman yang umum dipesantren adalam menganggap bahwa
  ilmu bukanlah sesuatu yang lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan penalaran
  (ra’yu), melainkan suatu nur yang memancar atau yang dipancarkan  dari atas dari Tuhan yang maha kuasa 
 | 
 
| 
   
c 
 | 
  
   
Aspek pendanaan dan
  sarana 
 | 
  
   
·   Pondok pesantren di Madura
  pada umumnya belum memiliki perpustakaan, laboratorium dan ruang ketrampilan
  yang memadai untuk sebuah institusi pendidikan yang mengharapkan lulusannya
  dapat berkompetisi di dunia global.  
·    Berbagai kebutuhan
  finansial pesantren, sebagian besar masih dipenuhi oleh pengasuh dan
  pengelola pondok pesantren, sehingga cukup menjadi faktor pembatas dalam
  pengembangannya kedepan.   
 | 
 
| 
   
d 
 | 
  
   
Aspek budaya 
 | 
  
   
· Pondok pesantren di Madura
  pada umumnya berbudaya paternalistik yang menjadikan figur kiai sebagai
  panutan tunggal tanpa reserve. Terdapat sebuah pola relasi emosional layaknya
  tradisi feodal antara kiai dan santri. Kedudukan kiai tersebut sama dengan
  kedudukan bangsawan feodal yang biasa dikenal dengan nama kanjeng di
  masyarakat Jawa.  
·    Di beberapa pesantren
  salaf di Madura, dijumpai santri yang berjalan duduk ketika menghadap
  kiainya. Santri juga berdiri seketika tatkala kiai lewat di depannya. Santri
  juga menghentikan langkah kaki dan menundukkan kepalanya pada saat berpapasan
  dengan kiai yang sama-sama berjalan kaki, hingga jarak antara keduanya agak
  jauh. dan kiai tidak melarang sikap santri tersebut, sehingga sikap semacam
  itu menjadi kultur yang lestari di pesantren.  
·   
  Penghormatan yang luar biasa dari santri kepada kiainya
  terjadi karena dalam kultur pesantren penyerahan diri kepada kiai merupakan
  persyaratan multak. Santri harus memperoleh kerelaan kiai dengan mengikuti
  segenap kehendaknya dan juga melayani segenap kepentingannya. Kerelaan kiai,
  yang lazim disebut dengan barakah, adalah alasan tempat berpijak
  santri di dalam menuntut ilmu di pesantren. Sikap dan perbuatan ”tidak sopan”
  dalam ukuran pesantren diyakini akan berimplikasi terhadap ketidakbarakahan
  ilmu yang diperoleh. Pola relasi ini terus terpelihara dari satu generasi ke generasi
  berikutnya. Santri-santri baru tinggal menirukan apa yang dilakukan oleh
  santri-santri yang lebih senior. Santri baru sepertinya tidak perlu
  menanyakan mengapa santri bersikap seperti itu.   
 | 
 
| 
   
4.2 
 | 
  
   
Potensi dan Peluang  
 | 
  
   | 
 
| 
   
a 
 | 
  
   
Munculnya kesadaran baru 
 | 
  
   
Sejalan dengan arus globalisasi informasi dan era
  reformasi yang berkembang di tanah air, ruang kebebasan menjadi terbuka lebar
  bagi semua pihak untuk berkreasi dan berekspresi, tak terkecuali para santri
  di dunia pesantren. Di internal  pesantren sendiri, banyak pihak yang mulai
  sadar bahwa dalam menghadapi dinamika zaman mereka dituntut
  berkompetisi dengan perubahan. Kompleksitas tantangan yang mereka
  dihadapi  menuntut mereka berbenah,
  cepat atau lambat mereka akan dihadapkan pada sebuah kompetisi yang
  sangat  ketat. Siapa yang aktif akan
  terus survive, sebaliknya bagi yang pasif, siap-siap untuk tergilas.  
 | 
 
| 
   
b 
 | 
  
   
Kebutuhan yang mendesak
  akan keterampilan 
 | 
  
   
Telah menjadi kesadaran umum di dunia pesantren bahwa
  untuk mengatasi problem kemiskinan misalnya, tidak cukup hanya dengan
  pendekatan teologis seperti doktrin qona’ah, zuhud, sabar dan tawakkal,
  tetapi perlu juga doktrin tentang kerja keras dan pengembangan kreativitas,
  dan yang lebih penting adalah fasilitas untuk itu, seperti : pemerataan
  kesempatan, penyediaan lapangan kerja, pengembangan kemampuan dan skill,
  tanpa itu pengentasan kemiskinan hanyalah otopia. Rendahnya mutu pendidikan
  juga tidak mungkin diselesaikan dengan hanya mengacu pada doktrin ”tuntutlah
  ilmu walau ke negeri Cina” tetapi diperlukan juga langkah kongkrit menyangkut
  pembaharuan sistem pendidikan, pengembangan kompetensi dan profesionalitas tenaga
  pengajar, sarana prasarana, aspek manajerial dan semacamnya. Bukan berarti
  aspek eskatalogis diabaikan tetapi bagaimana pesan agama diterjemahkan secara
  praktis sebagai solusi membebaskan umatnya dari problematika kesehariannya. 
 | 
 
| 
   
c 
 | 
  
   
Prinsip dan karakteristik
  dasar Pesantren sejalan dengan misi life skill 
 | 
  
   
· Implementasi program pendidikan life skills
  menemukan relevansinya di dunia pesantren, sebab  pendidikan life skills mengacu pada
  berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan
  secara sukses, seperti : kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan
  mengembangkan kerja sama, kemampuan untuk mandiri serta kesiapan dan
  kecakapan untuk terjun ke dunia kerja. Sementara pesantren yang dikenal
  mengakar kuat di masyarakat, juga memegang teguh prinsip asasul khomsah
  yang notabene sejalan dengan spirit program pendidikan life skills. 
·    Dengan karakteristik,
  prinsip dan potensi yang dimiliki pesantren, seperti : infra sturuktur dan
  sarana prasana yang menunjang, SDM yang mamadai, aksesbilitas dan networking
  yang luas, manajemen kelembagaan, kemandirian ekonomi kelembagaan, dan
  semacamnya, menjadikan pesantren memiliki kesiapan menjalankan program
  pendidikan life skills dengan baik. 
·    Pendidikan kecakapan
  hidup semakin relevan dikembangkan di pesantren, karena : 1) Penyelengaraan
  pendidikan pesantren dalam bentuk asrama memungkinkan para santri belajar
  disiplin, menjalin kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, kemandirian, dan
  kesederhanaan. 2) Di pesantren diajarkan beberapa keterampilan sebagai bekal
  hidup mandiri sehingga para alumni pesantren akan lebih mandiri ketika
  kembali kelingkungan masyarakatnya. 3) Sistem yang dikembangkan pesantren
  lebih memungkinkan para santri berkompetisi secara realistis, bukan saja
  dalam prestasi belajar tetapi juga prestasi dalam berusaha dan bekerja.
  Pengembangan sikap egalitarian dikalangan para santri merupakan ciri dan
  kelebihan pondok pesantren. 4) Pondok pesantren menciptakan ikatan
  persaudaraan diantara para santri yang tanpa paksaan, menjadi modal dasar
  terpenting dalam membangun masyarakat madani. 5) Sistem pondok memungkinkan
  timbulnya semangat belajar tanpa henti dikalangan para santri, yang belajar
  dengan sadar bagi perbaikan dirinya. Mereka belajar agar mampu mengatasi
  persoalan-persoalan hidupnya. (6) keunggulan yang dimiliki pesantren, seperti
  kemandirian, kewira usahaan, keteguhan keyakinan, idealisme dan kemampuannya
  dalam melakukan pemecahan 
  masalah-masalah sosial 
  masyarakat sekitarnya yang dilandaskan pada keikhlasan dan amal saleh
  adalah sejalan dengan misi life skill 
 | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar