Hefni Zain, S.Ag,
MM
ABSTRAK
Dalam lima dasawarsa terakhir, wacana mengenai pondok pesantren tampak
semakin marak, hal ini tercermin dari berbagai tema kajian dan penelitian yang
dilakukan para ahli. Kegairahan seperti itu terjadi, kecuali terkait dengan
ragam keunikan yang dimiliki pondok pesantren, di lembaga ini juga sedang
terjadi refungsionalisasi, dimana pesantren tidak sekedar memainkan
fungsi-fungsi tradisionalnya, seperti transmisi ilmu-ilmu keislaman,
pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama, tetapi juga telah berkembang pada fungsi pembangunan nilai (Value development),
pembangunan ekonomi (economical development), pengembangan teknologi
tepat guna, penyuluhan kesehatan,
penyelamatan lingkungan hidup,
pusat studi gender, kemandirian (Self reliance and sustainability)
dan pengembangan kecakapan hidup (life skill)
Refungsionalisasi seperti diatas juga terjadi di beberapa pondok pesantren
di Madura, mereka selain tetap mempertahankan Asas Al-Khomsah (baca :
prinsip panca jiwa) yang dimilikinya, seperti keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, ukuwah islamiyah dan kebebasan, juga mengembangkan pendidikan life
skill guna mepersiapkan para santri memiliki kecakapan dan kreativitas
sehingga tetap survive dan mampu beradaptasi dengan
kemungkinan-kemungkinan masa depan, tidak sekedar siap pakai tetapi juga siap
hidup ditengah derasnya dinamika kehidupan yang kian kompetitif.
Penelitian ini fokus pada empat hal : (1). Bagaimana strategi pengembangan
pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren Madura ? (2) Jenis pendidikan
kecakapan hidup apa saja yang dikembangkan di pondok pesantren Madura ? (3) Bagaimana dampak pengembangan
pendidikan kecakapan hidup terhadap SDM pondok pesantren di Madura? dan (4)
Bagaimana hambatan dan peluang pengembangan pendidikan kecakapan hidup di
pondok pesantren Madura ?
Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura dilakukan
dengan tiga strategi, yakni melalui pengembangan kurikulum ekstra kurikuler,
melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait, dan melalui pengembangan Sumber
Daya Manusia.(2) Jenis pendidikan life skill unggulan yang dikembangkan
di pondok pesantren Madura meliputi : peternakan, budidaya lele, budidaya ikan
hias, produksi minyak wangi dan pembuatan ramuan jamu herbal. Penetapan pilihan
jenis keterampilan diatas kecuali mengacu pada kondisi, karakteristik serta
potensi daerah setempat, juga mengacu pada. minat dan kebutuhan para santri.(3)
Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura umumnya
berdampak positif terhadap pengembangan SDM di pondok pesantren, antara lain
dapat dikembangkan sebagai sektor usaha, Terserapnya alumni sebagai tenaga
kerja pada usaha dan kegiatan perekonomian, Santri & alumni dapat
mentransformasikan kepada orang lain bidang keterampilan dan kecakapan yang
dikuasainya, dan Sebagai sarana pembentukan opini dan pencitraan positif bagi
pesantren yang bersangkutan. Dan (4) Pengembangan pendidikan life skill di
pondok pesantren Madura memiliki kendala dan peluang. Kendalaya antara lain
terdapat pada aspek kelembagaan dan manajemen, aspek kurikulum dan
pembelajaran, aspek pendanaan dan sarana, serta aspek budaya. Sedangkan
peluangnya adalah munculnya kesadaran baru untuk melakukan inovasi, prinsip dan
karakteristik pesantren yang sejalan dengan misi pendidikan life skill.
MATRIK I
Strategi
pengembangan pendidikan kecakapan hidup
di pondok
pesantren Madura
No
|
Komponen
|
Uraian
|
1.1
|
Melalui pengembangan
kurikulum ekstra kurikuler
|
Diwujudkan dalam kegiatan :
· Merumuskan target kompetensi yang diharapkan
· Mengembangkan bidang2 kecakapan yang hendak
diberikan
· Menetapkan tenaga (guru) sesuai dengan kualifikasi yang
diperlukan
· Menyiapkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan.
|
1.2
|
Melalui kerjasama dengan
pihak terkait
|
· Dengan Bank Syariah Mandiri dan
dinas koperasi kabupaten berupa pemberian modal bergulir atau ventura yang dikaitkan
dengan pengembangan potensi lokal.
· Dengan beberapa perguruan tinggi berupa pendampingan tenaga ahli, transfer teknologi,
penggunaan Information Communication Technologi, Pengadaan peralatan
produksi guna meningkatkan potensi lokal.
· Dengan Balai Latihan Kerja (BLK) dan beberapa
perusahaan lokal sebagai tempat magang.
|
1.3
|
Melalui pengembangan SDM
|
· Dengan aktif mengikuti berbagai diklat, workshop dan kursus life
skill, kewirausahaan dan home industri, baik yang diadakan sendiri
maupun dengan mengikutkannya di tempat lain.
·
SDM
yang dibutuhkan di pesantren ini adalah SDM yang memiliki jiwa entrepreneurship,
sehingga mereka nantinya tidak sekedar ikut bekerja pada orang lain,
tetapi juga berani mengetrapkan skill yg dimilikinya untuk membuka
lapangan kerja secara mandiri dan bisa bersaing dalam mencari nafkah dalam
lingkungan masyarakat yang kian dinamis
|
MATRIK II
Jenis pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren Madura
No
|
Komponen
|
Uraian
|
2.1
|
Pondok Pesantren Raudhah
Najiah Sumenep
|
· Peternakan ayam petelur disini merupakan unggulan,
diawali dengan kebutuhan masyarakat termasuk kami sendiri tiap hari
membutuhkannya, dan saat ini kami sudah bisa memasarkan dengan omzet yang
cukup lumayan, pasar tidak ada persoalan, sebab mereka sudah banyak yang tahu
sehingga datang sendiri kesini
· Saat ini pesantren Raudhah Najiah memiliki 4 kandang
dengan kapasitas 73.000, ribu ekor ayam petelur, juga memiliki perusahaan
pakan ternak mini yang berkapasitas 10.000 kg setiap harinya dan dikelola
semi modern dengan bahan baku yang ada disekitarnya tetapi kwalitas terjamin
sesuai dengan mutu pabrikan.
·
Tiap hari menghasilkan kurang telur lebih 2500 kg selain dipasarkan di daerah Sumenep dan
sekitarnya, juga telah menembus pasar di Pamekasan, Sampang dan Bangkalan
dengan sistem ambil sendiri juga pengiriman baik pada tingkap pengepul maupun
pengecer
|
2.2
|
Pondok Pesantren Misbahus
Sudur Pamekasan
|
· Untuk jenis pendidikan kecakapan hidup, di lembaga kami
mengembangkan budidaya lele, diantara
pertimbangan kami adalah ikan lele termasuk salah satu ikan yang budidayanya
cukup mudah dan pertumbuhannya sangat cepat
· Budidaya lele sampai dengan saat ini masih menjadi
favorit banyak orang. pengalaman kami disini budidaya lele menjanjikan
keuntungan yang cukup besar. Saat ini kami memiliki 7 lokal kolam dengan luas
kolam sekitar 1 hektar di tiga tempat berbeda, kami mampu meraup untung
Rp 5 sampai 6 juta per bulannya.
|
2.3
|
Pondok Pesantren
Tarbiyatus Sibyan Sampang
|
· Sejak tahun 2004 kami kami mengembangkan keterampilan budidaya ikan
hias jenis Koi, dipilihnya jenis ini sebagai unggulan, karena
ikan koi selain memiliki nilai jual yang tinggi,
juga proses
pemijahan dan perawatan benihnya tidak membutuhkan modal besar, dan potensi
pasarnya cukup stabil dalam waktu yang lama. Teknologinya juga sederhana dan
mudah diterapkan, Budi dayanya dapat diusahakan dalam skala kecil dan tidak
membutuhkan lahan yang luas, perputaran modalnya cepat, dapat dipanen dalam
jangka waktu yang singkat, dan budi daya ikan koi mampu menyerap tenaga kerja
dan marketnya cukup menjanjikan baik domestik maupun ekspor
· Di pondok pesantren Tarbiyatus Sibyan budidaya ikan Koi
telah menjadi jenis usaha pesantren.
Awal mendirikan usaha ini kami hanya memanfaatkan 2 petak kolam yang
tersedia, dari hasil keuntungan kami menambahkan modal untuk membuat kolam
dibelakang pondok, sekarang kami memiliki 40 petak kolam disekitar pondok dan
dilokasi lain 45 petak kolam dengan luas lahan seluruhnya 3ha. Perkembangan
budidaya ikan hias jenis ini semakin hari semakin meningkat, Kalau
dirata-rata setiap bulan kami bisa menghasilkan keuntungan minimal Rp 15 juta
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan warga pesantren
|
2.4
|
Pondok Pesantren
Al-Amin Bangkalan
|
· Para
santri disini dilatih membuat minyak wangi yang kebolehannya tidak
menimbulkan ikhtilaf karena terbuat dari bahan dasar bunga, produk minyak
wangi itu kami berinama Al-Amin, artinya minyak wangi yang terpacaya kesucian
dan kebolehannya
· Dengan
modal 27 jutaan, tiap bulannya kami
mampu memproduksi 8000 sampai 9000 botol minyak wangi merk Al-amin, dan
paling sedikit tiap bulannya mampu menjual rata-rata 7.000 botol dengan harga
Rp. 7500 per botol, produk kami sering di kulak oleh beberapa koperasi pesentren
yang mengelola majelis dzikir dan berbasis jamaah di Sumenep, Pamekasan, Lumajang,
Probolinggo, Pasuruan dan Bali.
|
2.5
|
Pondok Pesantren
Darus salam Bangkalan
|
· Life skill yang dikembangkan di pesantren ini bukan
hanya ramuan jamu herbal, ada juga desain grafis, pembuatan binner, tata
busana dan desain batik, tetapi memang yang lebih dikenal masyarakat adalah
ramuan jamu herbal, keunggulan ramuan yang ada disini dibanding lainnya
adalah terletak pada khasiatnya karena berbahan dasar air zam-zam dan asma’
· Terdapat banyak faktor yang
menyebabkan bangkitnya pengobatan
tradisonal melalui jamu herbal. Pertama, karena banyak cacat dalam metode kedokteran
modern, hanya 30 % dari pengobatan modern yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiyah, selebihnya hanyalah trial and error, Kedua,
Pengobatan modern terbukti banyak
melakukan mall praktek, baik kesalahan petugas medis, kesalahan
diagnosis maupun kesalahan farmasi, Ketiga, Pengobatan modern di rumah
sakit membutuhkan biaya yang mahal.
|
MATRIK III
Dampak
pendidikan kecakapan hidup terhadap SDM
di pondok
pesantren Madura
No
|
Komponen
|
Uraian
|
3.1
|
Dapat dikembangkan sbg
sektor usaha
|
Seorang alumni pesantren Raudhah Najiah
Sumenep bernama Burhan, yang saat ini sudah berkeluarga dan tinggal di desa Bluto
menyatakan keterampilan beternak ayam yang diperolehnya ketika masih mondok
di Raudhah Najiah sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya, Bermodal
keterampilan tersebut, saat ini Burhan mengaku memiliki 400 ekor ayam petelur
yang dikelola sendiri sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
bersama istri dan anaknya.
|
3.2
|
Terserapnya alumni
sebagai tenaga kerja pada usaha dan kegiatan perekonomian
|
Adalah Yono seorang alumni pesantren Misbahus
Sudur yang saat ini sudah mempunyai usaha sablon di Padem Awu Pamekasan mengaku
bahwa semula dirinya dan temannya ketika dipondok bernama Ridwan, ikut kakaknya bekerja sablon di Pasar baru,
tetapi setelah cukup modal dirinya membuka sendiri usaha sablon di Padem Awu,
dan Ridwan saat ini bekerja di perusahaan besar di Surabaya, alhamdulillah
usaha sablon milik Yono saat ini cukup terkenal dan banyak mendapat order,
menurut pengakuan Yono semua itu berkat keterampilan menyablon yang
diperolehnya ketika mondok di Misbahus Sudur .
|
3.3
|
Santri & alumni dapat
mentransformasikan kepada orang lain, bidang keterampilan dan kecakapan yang
dikuasainya
|
Seorang alumni pesantren Tarbiyatus Sibyan
bernama Fatoni Badri mengaku saat ini dirinya sering diundang beberapa
lembaga untuk memberikan trining dan penyuluhan tentang budidaya ikan hias,
menurut Fatoni untuk kegiatan tersebut sebetulnya dirinya tidak pasang tarip,
tetapi pihak yang mendapat jasanya tersebut biasanya ngasih honor mulai
Rp.250.000, sampai Rp. 500.000, Selain itu Fatoni juga mengaku sering ditanya
dan dimintai konsultasi oleh beberapa saudara dan famili yang tertarik untuk membuka usaha
budidaya ikan hias.
|
3.4
|
Sebagai sarana
pembentukan opini dan pencitraan positif bagi pesantren yang bersangkutan.
|
· Bnyaknya alumni pondok pesantren yang terserap di
lapangan tenaga kerja atau yang membuka usaha sendiri, telah memotivasi
masyarakat setempat untuk meniru sikap positif tsb shingga mendorong mereka
utk memondokkan putra-putrinya ke lembaga pendok pesantren dimaksud
· Seorang informan bernama Hamid, yang mempercayakan dua putranya
untuk mondok di Al-Amin mengatakan, Saya memilih Pesantren Al-Amin untuk
tempat belajar dua anak saya, karena
saya melihat ponakan-ponakan saya yang
alumni Al-Amin saat ini Ada yang sudah bekerja di perusahaan besar di surabaya dan ada pula yang punya usaha sendiri dan cukup maju, Jadi
saya ingin anak-anak saya selain dapat ilmu agama dari pondok juga agar
nantinya gampang cari pekerjaan, karena punya kecakapan dan keterampilan
|
MATRIK IV
Hambatan dan peluang pengembangan pendidikan kecakapan hidup
di pondok pesantren Madura
No
|
Komponen
|
Uraian
|
4.1
|
Hambatan
|
|
a
|
Aspek Kelembagaan dan
manajemen
|
· Dari 50 pondok pesantren
yang di teliti, hanya 36 prosen yang memiliki badan hukum, sementara sisanya
belum berbadan hukum dan dikelola dengan pola kepemimpinan sentralistik,
sehingga sering kesulitan dalam melakukan kerjasama dengan pihak luar dan
mengganggu lancarnya mekanisme kerja kolektif, padahal banyak perubahan yang
tidak mungkin tertangani oleh satu orang. Kecuali itu, tidak sedikit pondok
pesantren di Madura yang hingga kini
belum merumuskan visi, misi dan tujuan pendidikannya secara sistimatik yang
tertuang dalam program kerja yang jelas, sehingga tahapan pencapaian
tujuannya juga cenderung tidak jelas
· Beberapa pondok pesantren
di Madura yang dikelola secara informal didasarkan pada asumsi bahwa
pesantren sebagai lembaga tradisional tidaklah memerlukan legalitas formal,
disebabkan oleh kebesaran pengaruh seorang kyai sebagai figur sentral yang
dikagumi dan dipanuti, sehingga aspek-aspek manajemen belum sepenuhnya
dilaksanakan.
|
b
|
Aspek kurikulum dan
pembelajaran
|
· Kurikulum di pondok
pesantren kebanyakan masih terfokus pada pendidikan agama dengan sedikit
penekanan pada ilmu pengetahuan umum dan teknologi sehingga lulusannya kurang
kompetitif dalam dunia kerja. Data kantor kementerian agama Propinsi Jawa
Timur menyebutkan bahwa di Madura, hanya 39 % yang memiliki
madrasah atau sekolah dengan kurikulum umum.
· Suasana belajar mengajar di pesantren kurang memberi kelonggaran
untuk bertanya, apalagi berdebat, terutama dalam rumusan “mengapa“, hal yang
demikian karena berhubungan erat
dengan akar historis yang amat tipikal dalam kehidupan masyarakat Islam zaman
kemandegan abad 13 M. Pemahaman yang umum dipesantren adalam menganggap bahwa
ilmu bukanlah sesuatu yang lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan penalaran
(ra’yu), melainkan suatu nur yang memancar atau yang dipancarkan dari atas dari Tuhan yang maha kuasa
|
c
|
Aspek pendanaan dan
sarana
|
· Pondok pesantren di Madura
pada umumnya belum memiliki perpustakaan, laboratorium dan ruang ketrampilan
yang memadai untuk sebuah institusi pendidikan yang mengharapkan lulusannya
dapat berkompetisi di dunia global.
· Berbagai kebutuhan
finansial pesantren, sebagian besar masih dipenuhi oleh pengasuh dan
pengelola pondok pesantren, sehingga cukup menjadi faktor pembatas dalam
pengembangannya kedepan.
|
d
|
Aspek budaya
|
· Pondok pesantren di Madura
pada umumnya berbudaya paternalistik yang menjadikan figur kiai sebagai
panutan tunggal tanpa reserve. Terdapat sebuah pola relasi emosional layaknya
tradisi feodal antara kiai dan santri. Kedudukan kiai tersebut sama dengan
kedudukan bangsawan feodal yang biasa dikenal dengan nama kanjeng di
masyarakat Jawa.
· Di beberapa pesantren
salaf di Madura, dijumpai santri yang berjalan duduk ketika menghadap
kiainya. Santri juga berdiri seketika tatkala kiai lewat di depannya. Santri
juga menghentikan langkah kaki dan menundukkan kepalanya pada saat berpapasan
dengan kiai yang sama-sama berjalan kaki, hingga jarak antara keduanya agak
jauh. dan kiai tidak melarang sikap santri tersebut, sehingga sikap semacam
itu menjadi kultur yang lestari di pesantren.
·
Penghormatan yang luar biasa dari santri kepada kiainya
terjadi karena dalam kultur pesantren penyerahan diri kepada kiai merupakan
persyaratan multak. Santri harus memperoleh kerelaan kiai dengan mengikuti
segenap kehendaknya dan juga melayani segenap kepentingannya. Kerelaan kiai,
yang lazim disebut dengan barakah, adalah alasan tempat berpijak
santri di dalam menuntut ilmu di pesantren. Sikap dan perbuatan ”tidak sopan”
dalam ukuran pesantren diyakini akan berimplikasi terhadap ketidakbarakahan
ilmu yang diperoleh. Pola relasi ini terus terpelihara dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Santri-santri baru tinggal menirukan apa yang dilakukan oleh
santri-santri yang lebih senior. Santri baru sepertinya tidak perlu
menanyakan mengapa santri bersikap seperti itu.
|
4.2
|
Potensi dan Peluang
|
|
a
|
Munculnya kesadaran baru
|
Sejalan dengan arus globalisasi informasi dan era
reformasi yang berkembang di tanah air, ruang kebebasan menjadi terbuka lebar
bagi semua pihak untuk berkreasi dan berekspresi, tak terkecuali para santri
di dunia pesantren. Di internal pesantren sendiri, banyak pihak yang mulai
sadar bahwa dalam menghadapi dinamika zaman mereka dituntut
berkompetisi dengan perubahan. Kompleksitas tantangan yang mereka
dihadapi menuntut mereka berbenah,
cepat atau lambat mereka akan dihadapkan pada sebuah kompetisi yang
sangat ketat. Siapa yang aktif akan
terus survive, sebaliknya bagi yang pasif, siap-siap untuk tergilas.
|
b
|
Kebutuhan yang mendesak
akan keterampilan
|
Telah menjadi kesadaran umum di dunia pesantren bahwa
untuk mengatasi problem kemiskinan misalnya, tidak cukup hanya dengan
pendekatan teologis seperti doktrin qona’ah, zuhud, sabar dan tawakkal,
tetapi perlu juga doktrin tentang kerja keras dan pengembangan kreativitas,
dan yang lebih penting adalah fasilitas untuk itu, seperti : pemerataan
kesempatan, penyediaan lapangan kerja, pengembangan kemampuan dan skill,
tanpa itu pengentasan kemiskinan hanyalah otopia. Rendahnya mutu pendidikan
juga tidak mungkin diselesaikan dengan hanya mengacu pada doktrin ”tuntutlah
ilmu walau ke negeri Cina” tetapi diperlukan juga langkah kongkrit menyangkut
pembaharuan sistem pendidikan, pengembangan kompetensi dan profesionalitas tenaga
pengajar, sarana prasarana, aspek manajerial dan semacamnya. Bukan berarti
aspek eskatalogis diabaikan tetapi bagaimana pesan agama diterjemahkan secara
praktis sebagai solusi membebaskan umatnya dari problematika kesehariannya.
|
c
|
Prinsip dan karakteristik
dasar Pesantren sejalan dengan misi life skill
|
· Implementasi program pendidikan life skills
menemukan relevansinya di dunia pesantren, sebab pendidikan life skills mengacu pada
berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan
secara sukses, seperti : kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan
mengembangkan kerja sama, kemampuan untuk mandiri serta kesiapan dan
kecakapan untuk terjun ke dunia kerja. Sementara pesantren yang dikenal
mengakar kuat di masyarakat, juga memegang teguh prinsip asasul khomsah
yang notabene sejalan dengan spirit program pendidikan life skills.
· Dengan karakteristik,
prinsip dan potensi yang dimiliki pesantren, seperti : infra sturuktur dan
sarana prasana yang menunjang, SDM yang mamadai, aksesbilitas dan networking
yang luas, manajemen kelembagaan, kemandirian ekonomi kelembagaan, dan
semacamnya, menjadikan pesantren memiliki kesiapan menjalankan program
pendidikan life skills dengan baik.
· Pendidikan kecakapan
hidup semakin relevan dikembangkan di pesantren, karena : 1) Penyelengaraan
pendidikan pesantren dalam bentuk asrama memungkinkan para santri belajar
disiplin, menjalin kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, kemandirian, dan
kesederhanaan. 2) Di pesantren diajarkan beberapa keterampilan sebagai bekal
hidup mandiri sehingga para alumni pesantren akan lebih mandiri ketika
kembali kelingkungan masyarakatnya. 3) Sistem yang dikembangkan pesantren
lebih memungkinkan para santri berkompetisi secara realistis, bukan saja
dalam prestasi belajar tetapi juga prestasi dalam berusaha dan bekerja.
Pengembangan sikap egalitarian dikalangan para santri merupakan ciri dan
kelebihan pondok pesantren. 4) Pondok pesantren menciptakan ikatan
persaudaraan diantara para santri yang tanpa paksaan, menjadi modal dasar
terpenting dalam membangun masyarakat madani. 5) Sistem pondok memungkinkan
timbulnya semangat belajar tanpa henti dikalangan para santri, yang belajar
dengan sadar bagi perbaikan dirinya. Mereka belajar agar mampu mengatasi
persoalan-persoalan hidupnya. (6) keunggulan yang dimiliki pesantren, seperti
kemandirian, kewira usahaan, keteguhan keyakinan, idealisme dan kemampuannya
dalam melakukan pemecahan
masalah-masalah sosial
masyarakat sekitarnya yang dilandaskan pada keikhlasan dan amal saleh
adalah sejalan dengan misi life skill
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar